Sesosok wanita menarik perhatianku,
ketika aku baru saja selesai memarkir mobil. Sempurna sekali tubuhnya, wajahnya
cantik, rambutnya coklat dan kulitnya putih bening. Kelihatan dari wajahnya dia
keturunan China. Aku berdiri di samping mobilku sambil memperhatikan kemana
arah cewek cantik itu. Wah mobilnya bukan sembarangan, Mercedes tipe terbaru.Begitu dia masuk mobil aku pun
cepat2t masuk mobil kembali. Maksudku ingin menguntit. Mobilnya bergerak kearah
tempatku parkir. Tiba2a muncul ide untuk menabrakkan saja mobilku ke mobilnya.
Mobilku JeepWrangler parkir posisi maju, sehingga aku harus keluar mundur.
Ketika mobilnya muncul, segera
kumundurkan mobilku sehingga tabrakan belakang mobilku dengan samping sebelah
kirinya. Tidak terlalu keras, tetapi cukup dalam juga body samping belakangnya
mblesak ke dalam. Sedang mobilku tidak mengalami kerusakan berarti.
Sosok bidadari yang kuincar
tadi langsung keluar dari mobil dan melihat kerusakan. Dia marah2
menyalahkanku, yang katanya sembarangan saja mundur gak lihat-lihat. Aku segera
minta maaf dan berjanji akan memperbaiki semua kerusakannya. Padahal aku tau
bahwa mobil semewah ini tidak mungkin tidak ada asuransinya. Jadi aku tidak
perlu khawatir keluar duit banyak.
Dia memelototi aku dengan muka
kesal. Wajahnya, ampunnnn cantik banget, apalagi dalam keadaan marah begitu.
Aku tawarkan untuk menuju bengkel langgananku. Dia tidak mau membawa mobilnya
yang kelihatan jelek karena penyok, aku disuruhnya membawa mobil dia sementara
dia membawa mobilku. Untung saja mobilku interiornya sedang bersih tidak
berantakan seperti biasanya.
Aku setuju, sekitar 30 menit kami
jalan beriringan sampai ke bengkel langgananku. Pemilik bengkel menyambutku
dengan akrab. Bengkel ini memang langganan keluargaku, dia juga menerima
perbaikan yang ditanggung asuransi. Aku disarankan mengurus asuransinya.
Cewek yang mobilnya kutabrak tadi
belum tahu namanya siapa. Aku terpaksa menanyakan namanya dengan menyalaminya,
dia menyebutkan namanya Karina. Dia lalu menelepon perusahaan asuransinya.
Urusan asuransi tidak perlu aku uraikan, nanti terlalu nglantur.
Karina tampangnya masih kesal,
dia bilang aku membuat acaranya berantakan. Dia menuntut aku mengantar pulang
ke rumahnya. Aku dengan senang hati dan mengorbankan semua acaraku hanya untuk
mendapat kesempatan kenal lebih jauh dengan Karina.
Kami sampai ke kawasan Pondok
Indah Jakarta. Rumahnya besar dan sangat mewah. Sampai dirumahnya aku tidak
tahu statusnya, jangan-jangan dia istri piaraan konglomerat. Aku disuruh ikut
masuk rumahnya. Kebetulan ibunya masih di rumah. Segala kekesalannya
ditumpahkan ke ibunya mengenai tragedi tadi. Aku hanya terdiam saja duduk di
kursi. Paling tidak aku tahu bahwa Karina bukan istri piaraan konglomerat, tapi
anak konglomerat.
Ibunya untung tidak ikut
memarahiku, dia malah meminta anaknya sabar, karena musibah tidak bisa
dihindarkan. Mamanya masih cantik di kisaran usia 40-an. Dari wajahnya kulihat
mamanya seperti bule. Dari beberapa pertemuan kemudian ku ketahui bahwa mamanya
keturunan Amerika Latin. Mereka bertemu ketika Papanya yang orang China sedang
tugas bekerja di New York. Terlihat sekali Karina sangat manja. Kutaksir Karina
baru berusia sekitar 20 tahun.
Kugambarkan sedikit sosok
Karina, Tingginya sekitar 170 cm, tidak beda jauh dari tinggiku yang sekitar
175cm. Kulit putih seperti umumnya cewek cina. Tapi aku tidak terlalu khawatir
karena kulitku juga tidak hitam, seperti mamaku yang keturunan Lebanon yang
kawin dengan papaku, Jawa asli. Tubuh Karina nyaris sempurna, teteknya
kelihatan cukup tegap dan besar, pantatnya penuh dan pingangnya kecil. Kakinya
putih tanpa cacat. Ya iyalah anak orang kaya pasti perawatannya full.
Ibunya malah mengajakku
ngobrol, menanyai keluargaku dan kegiatanku. Kujelaskan bahwa papaku Pati di
Angkatan Laut, kini jadi pengusaha setelah pensiun. Ibuku keturunan Lebanon.
Aku baru selesai kuliah dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan ayahku.
Ibunya yang memperkenalkan
namanya, Margareth. Dari tatapan matanya mengesankan dia menyenangiku. Aku
pura-pura culun aja, meski aku bisa membaca bahasa tubuh. Karina yang duduk di
samping ibunya, juga sering mencuri-curi pandang ke arahku. Dari sorot matanya
aku memastikan bahwa Karina juga tertarik.
Sekitar 2 jam kami ngobrol di
ruang tamu yang mewah sekali. Ibunya dan juga Karina men save no HP ku. Aku
pastilah mempunyai semua no HP mereka. Malam ketika aku asyik ngobrol dengan
kolega di kafe Kemang,, Hpku bergetar, muncul nama Karina.
Dia minta aku menjemputnya di
rumah besok pagi jam 7 pagi, dia ada janji meeting dikantor clientnya. Ini
sebagai hukuman akibat aku menabrak mobilnya. Bagiku ini bukan hukuman tapi
kesempatan, ya kesempatan mengenal lebih jauh.
Setengah jam sebelum jam 7 aku
sudah duduk diruang tamu rumah Karina. Rumahku hanya 10 menit dari rumahnya,
jadi bisa cepat sampai. Pagi itu aku disambut ibunya yang kemudian mengajakku
duduk di meja makan untuk sarapan toast dan milo hangat. Mama Margareth banyak
bertanya mengenai diriku. Kayaknya dia penasaran mengenai siapa diriku.
Keluarga mereka baru sekitar 2
tahun tinggal di Indonesia. Sebelumnya sekitar 10 tahun di New York dan
sebelumnya di Caracas, Venezuela. Dari negara itulah mama Margareth berasal.
Pantas saja cantik. Cewek Venezuela terkenal cantik, buktinya mereka sering
memenangkan Miss World.
Jam 7 pagi tepat Karina muncul
dengan wajah segar dan cantiknya luar biasa, berkat blasteran Cina dengan Latin
Amerika. Kami segera pamit dan aku diminta men sun pipi mama Margareth, itu
memang kebiasaan mereka. Sambil mensun aku sempat terkena tendangan ujung tetek
mama Margareth yang terasa empuk menyundul dadaku.
Hari ini wajah Karina tidak
cemberut seperti kemarin, Dia malah tampil sumringah. Aku mendrop Karina di
salah satu gedung di Thamrin, dan aku meneruskan menuju kantorku di daerah
Menteng. Karina katanya akan pakai taksi menuju kantornya di kuningan. Tapi
bubaran kantor aku diminta menjemputnya.
Akhirnya aku jadi seperti supir
Karina selama mobilnya masih di bengkel. Aku senang-senang saja karena dengan
begitu bisa lebih dekat dengan Karina yang sekarang sudah makin jinak. Selain
itu aku juga senang cipiki-cipika dengan mama Maragareth yang makin hari
rasanya makin mesra, karena aku dipeluknya erat sampai dadanya ngepres ke
dadaku.
Seperti dugaan pembaca, aku
nantinya akan dapat mencicipi Karina dan mamanya. Tapi sabar ya. Ceritanya
tidak seru kalau lompat-lompat, rasanya jadi kurang nalar.
Belum sebulan aku sudah diajak
Karina masuk ke kamarnya di lantai atas. Kejadian itu ketika aku mengantarnya
pulang kerja. Rumah waktu itu sepi. Aku digandeng Karina menaiki tangga dan
langsung masuk ke kamarnya. Kamarnya khas cewek banget, dimana-mana ada warna
pink. Kamarnya lega dan selain sebuah bed yang lebar, terdapat meja kerja dan
sofa kecil. Kamar mandi juga ada di dalam.
Setelah pintu tertutup, Karina
langsung memeluk dan menciumiku dengan ganas. Aku membalasnya dengan ganas pula
sambil aku gendong dan kubaringkan di tempat tidurnya. Hanya 5 menit tanganku
diam, setelah itu langsung merambah kedua susunya. Mulai dari meremas dari luar
baju sampai akhirnya memelintir kedua putingnya yang masih kecil. Pentilnya
kecil dan nyaris terbenam, padahal susunya besar sekali, sampai telapak
tanganku tak muat menangkupnya.
Cumbuan berat sekitar 15 menit,
kami berdua sudah bugil. Tubuh Karina putih mulus tanpa cacat dengan jembut
hitam lebat. Dia menunjukkan kemahiran menghisap penisku dengan sedotan-sedotan
kuat. Dengan keahliannya ini sudah bisa di duga bahwa Karina sudah cukup
mengenal lelaki dan mungkin sudah lebih dari seorang yang dia cumbui. Tapi
peduli amat lah, karena aku pun bukan pejaka lagi sejak umur 15 tahun.
Karina senang memainkan batang
penisku yang katanya tegap dan panjang. Padahal penisku pernah ku ukur panjangnya
cuma 15 cm lebih dikit dan lingkarannya 20 cm. Cukup lama dia mengoralku dan
cukup lama pula aku menahan diri agar tidak muncrat. Akhirnya dia bosan dan
minta aku pula yang mengoralnya.
Memeknya yang lebat dengan
jembut agak merepotkan juga, Kusibak jembutnya dan terlihatlah belahan
memeknya. Model memeknya tidak secantik wajah Karina. Bibir dalamnya kelihatan
berlebih keluar. Sehingga aku bisa menjewernya ke kiri dan ke kanan. Jika
dijewer maka terlihatlah lubang magmanya yang merah muda dan diatasnya terdapat
tonjolan dengan ujung bulat mengkilat. Aku menyerbu itilnya dengan menangkupkan
mulutku ke memeknya bagian atas. Lidahku dengan mudah menemukan tonjolan itil
yang sudah ngaceng. Karina kelojotan dan menjerit-jerit nikmat ketika itilnya
aku serang dengan jilatan lidah. Sambil menjilati itilnya jari tengah tangan
kananku masuk ke lubang vaginanya mencari tonjolan Gspotnya. G spotnya sudah
mengembang dan terasa agak kasar sedikit. Dengan bantuan pelumasan vaginanya
yang sudah banjir aku menjilati sambil menggosok gpotnya. Karina tidak mampu
bertahan dengan seranganku sehingga dalam waktu tidak sampai 5 menit dia sudah
orgasme dan memuncratkan ciaran kental dari lubang kencingnya.
Spreinya basah seperti kena
ompol. Karina masih mengejan-ngejan karena gelombang orgasmenya. Setelah itu
terkulai lemas seperti orang pingsan. Aku khawatir juga kalau dia benar-benar
pingsan, maka kuciumi mulutnya dan kumainkan lidahku di dalam mulutnya.
Ternyata ada reaksi, sehingga aku merasa aman. Penisku yang sudah tegangan
penuh aku arahkan memasuki liang vaginanya yang sudah licin. Perlahan-lahan aku
selundupkan seluruh batangku sampai tenggelam. Nikmat sekali jepitan memeknya.
Sesekali ada pula gerakan ototnya mencengkeram batang penisku.
Mudahnya aku menikamkan penisku
ke memeknya maka meyakinkan aku bahwa Karina sudah tidak virgin. Ah aku tidak
ambil pusing siapa yang memerawani. Dapat kesempatan sekarang merasai memeknya
pun rasanya sudah luar biasa.
Karina yang masih lemas aku
tindih dengan gerakan pelan memompa memeknya. Sekitar 5 menit aku memainkan
posisi MOT mulai ada reaksi Karina dia merintih sambil tangannya memeluk
badanku. Punggungku dicakarnya ketika dia mencapai orgasme. Rasanya agak perih,
tapi aku bisa menghiraukan karena aku pun kemudian mencapai orgasmeku. Sperma
ku tembakkan ke dalam memeknya, sehingga luber.
Aku biarkan penisku yang baru
muncrat tetap berada di dalam memeknya, sambil kusangga badanku dengan siku
sehingga tidak menindih penuh tubuh Karina. Kupandangi wajahnya yang
kelihatannya makin cantik. Aku ciumi. Teteknya yang kencang menggembung dan aku
remas-remas.
Kegiatanku itu rupanya memicu
penisku bangun lagi. Padahal masih pada posisi tercelup dalam vagina. Merasa
makin keras, aku gerakkan maju mundur yang malah jadi makin nikmat dan makin
keras. Setelah terasa cukup keras aku bekerja lagi mengaduk vagina Karina. Dia
mengatakan kewalahan menghadapiku yang bisa main tanpa jeda. Aku pun seumur
hidup baru ngalami sekali ini bisa langsung on dalam tempo hanya kurang 2
menit. Mungkin karena pemandangan dan rasa yang kudapatkan nilainya plus semua,
maka rangsangan di otak jadi mudah bangkit kembali.
Ronde keduaku membuat Karina
kewalahan. Dalam posisi MOT dia mendapat dua kali orgasme. Aku balikkan posisi
menjadi WOT. Karina hanya sanggup ketika dia mencapai orgasmenya lagi sekali
setelah itu dia minta aku kembali di atas. Kugenjot dengan cepat dan kasar, dia
menjerit nikmat dan dapat lagi satu O, sampai dia berteriak, mungkin sangking
nikmatnya.
Mungkin teriakan itu terdengar
sampai keluar kamar, karena tidak lama kemudian Mama Margareth muncul di pintu,
yang kami lupa menguncinya. Mama tidak sekedar melongok, dia malah masuk
menonton aku yang sedang menindih anaknya. Aku tidak bisa berbuat apapun,
karena posisi bugil berdua sedang tindih-menindihan dan penisku terbenam di
memek Karina. Aku pasrah, apa pun yang akan terjadi aku harus terima.
Ternyata si Mama tidak marah,
malah meminta Karina jangan teriak-teriak karena sudah malam. Tidak lama
kemudian mama meninggalkan kami. Aku jadi agak kurang gairah setelah ke gap
sedang ngentot. Namun Karina masih saja mendesah-desah mengikuti irama
gerakanku. Kayaknya dia gak terpengaruh karena kepergok mamanya.
Cukup lama ku embat si Karina
sampai dia lempar handuk alias menyerah karena tidak mampu lagi melayani
nafsuku. Padahal penisku masih tegap dan belum terasa ada tanda mau nyemprot.
Karena kasihan anak cantik kecapaian, jadi aku hentikan permainan yang
kurasakan jadi nanggung. Apa boleh buat lah. Kalau diterusin badanku juga
lelah. Karina berpesan sebelum tidur agar aku jangan pulang, tidur bersama dia
sampai pagi.
Untuk menetralisir birahiku,
aku masuk kamar mandi dan menyiram sekujur tubuhku dengan air dingin. Lepas
mandi muncul pula tuntutan baru. Perutku lapar. Berbaju piyama yang sudah
disediakan Karina aku turun ke bawah, menuju dapur besih. Aku periksa satu
persatu laci kitchen dan akhirnya kutemukan mi instan.
Dua bungkus sekali
masak, lumayan juga mengganjal perut. Tapi rasanya masih belum marem. Kucari
sesuatu di dalam kulkas. Di frezer ada beberapa hamburger siap saji bersama
rotinya dalam keadaan beku. Ah gak masalah, ada microwave semuanya beres, tidak
sampai 5 menit aku sudah menikmati hamburger panas.
Setelah tuntas melahap,
sekarang aku jadi kekenyangan. Aku duduk sejenak di sofa ruang keluarga untuk
menetralisir perut yang teramat kenyang. Remote tv di tangan, maka dunia ada di
dalam genggamanku. Aku berhenti di tayangan HBO. Bagus juga filmnya sehingga
aku terpaku menontonnya. Jam di dinding berdentang 12 kali.
Handphoneku bergetar. Aku agak kesal,
karena ada orang mengirim pesan tengah malam begini. Sambil agak malas-malasan
kubaca layar HP. Astaga, ternyata mama Margareth yang mengirim pesan. Isinya “
Itu kamu yang di ruang tengah nonton TV ya,”, Kujawab “Benar ma”
Tidak lama kemudian si Mama
muncul dari pintu kamar tidurnya. Dia menghampirku yang tengah duduk santai
disofa. Mama pakai daster yang mungkin dari kain satin, karena terlihat
berkilat dan halus. Dia mendekatiku dan tanpa basa-basi langsung duduk
dipangkuanku menindih tubuhku yang posisinya setengah berbaring. Belum sempat
aku berpikir, kedua tanganku sudah diraihnya dan diajak untuk meremas kedua
payudaranya yang tidak dibalut BH. Dikasih enak, mana mungkin nolak.
Kedua telapak tanganku langsung
bekerja sesuai dengan permintaan. Tidak puas meremas dari luar pagar, tanganku
masuk ke dalam daster melalui belahan depan daster. Dua payudara besar yang
masih sangat kenyal aku remas dan aku pelintir putingnya hati-hati. Pemiliknya
mendesah dan menindihku.
Mama bangkit lalu melepas
celana boxerku sekaligus celana dalamku. Penisku yang dari tadi belum layu,
mengeras sempurna kembali. Aku tidak sempat bertanya kenapa mama, sampai minta
jatah dariku, karena mama langsung melahap penisku. Tidak hanya dihisap dan
dijilat. Bukan hanya batang penis, tetapi kedua kantong zakarku turut dikulum.
Sudah itu lubang matahari ku tidak luput dari jilatannya. Nikmatnya luar biasa
di service pemain U-45 berpengalaman.
Aku pasrah saja melayani
keinginan Mama Margareth yang makin buas. Puas mengoral, mama bangkit dan
mengangkat dasternya yang ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Dia
berdiri diatasku . Memeknya tepat di depan mulutku. Aku segera tahu apa yang
diinginkan. Sambil mama berdiri di sofa aku meraih pinggulnya dan langsung
menjilati belahan memeknya. Kelihatannya si Mama mencukur jembutnya sehingga
tinggal sedikit di ujung lipatan , seperti jambul komedian “Gogon”.
Belahan memeknya menjepit
daging yang agak menggelambir keluar. Bentuk memeknya seperti Karina, dengan
labia minoranya yang agak panjang. Aku sibak dengan menariknya melebar. Itil si
Mama kelihatan lebih menonjol seperti penis kecil. Oleh karenanya aku lebih
mudah mencucupnya dan menjilati itil.
Mungkin karena geli nikmat si
Mama melonjak-lonjak sehingga membingungkan ku mengikuti gerakannya. Lama-lama
posisi kami jadi rubuh. Aku telentang di sofa dan si Mama menduduki mulutku.
Mulanya posisi itu membuat aku gelagapan, karena tidak ada ruang untuk
bernafas. Setelah kuatur posisi yang melegakan, aku meneruskan serbuan keujung
itil yang bentuknya seperti kepala penis kecil.
Mungkin karena posisi mama
diatas, sehingga dia lebih leluasa bergerak, dan itu membuatku sulit mengikuti
gerakannya. Berkali-kali itilnya lepas dari lidahku. Mama aku bimbing telentang
di sofa lalu aku berada di atasnya dan menjilati itilnya. Posisi ini bagiku
lebih pas, karena mama jadi agak sulit bergerak dan jilatanku konstan di ujung
itilnya. Mama mengerang nikmat, jari tengah kutusukkan ke dalam lubang
vaginanya dan meraih gspotnya. Mama makin merintih seperti orang nangis, tetapi
nadanya nikmat.
Tidak lama kemudian mama
meraung tertahan dan bersamaan dengan itu muncratlah cairan dari memeknya
membasahi mukaku. Rambutku dijambaknya sampai terasa sakit, tapi terpaksa aku
tahan, karena mama tidak sadar meremasnya terlalu kuat.
“Kamu luar biasa sampai aku
bisa benar-benar lemes,” kata Mama. Aku ambil ancang-ancang menancapkan
senjataku ke dalam lubang nikmatnya. Mama mencegah lalu bangkit dan menarikku
masuk ke kamar tidur khusus tamu.
Di kamar ini memang lebih
leluasa. Mama pasang posisi ngangkang dan aku juga merangkak diantara kedua
kakinya. Tanpa dituntun kuarahkan penisku memasuki lubang vaginanya. Penisku
menemukan jalannya dan aku tinggal menekan perlahan-lahan. Meski sudah berumur,
tetapi jepitan memek si mama, lumayan enak juga. Aku memompa perlahan-lahan
terus menerus. Mama mendesis, ini menandakan posisiku tepat merangsang g
spotnya. Makin lama suara mama makin keras dan akhirnya terdiam lalu melenguh
panjang sambil mendekapku kencang sekali. Batang penisku terasa dipijat oleh
otot-otot vagina mama.
Selepas orgasme aku merasa
memek mama makin ketat, sehingga menimbulkan kenikmatan bagi penisku. Aku
menggenjot lagi sampai sekitar 10 menit yang akhirnya kami bersamaan mencapai
kepuasan. Aku melepas spermaku di dalam lubuk memek mama. Badanku berkeringat
meskipun ruangan ber AC.
Aku memperhatikan body mama,
meski sudah tua tetapi masih bagus. Mungkin karena orang bule atau karena dia
rajin merawat dan melakukan senam. Kesadaranku pulih, sehingga berfikir situasi
keluarga Karina. Bagaimana seorang ibu memergoki anaknya di entot orang, tapi
diam saja dan bagaimana pula sang ibu minta dientot pacar anaknya, padahal
suaminya sedang ngorok dikamar. Mungkin saatnya nanti aku akan tahu bagaimana
relasi keluarga mereka.
Setelah istirahat sejenak, mama
bangun dan mengajakku ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Kami saling
membersihkan diri dari cairan kenikmatan kami tadi. Di kamar mandi yang terang
inilah aku baru cermat mengamati keindahan tubuh mama. Susunya toge banget
meski agak menggantung tetapi masih padat, alias belum kempot. Warna putingnya
merah jambu dan putingnya menonjol sebesar ujung jari kelingking.
Pantatnya bahenol banget,
seperti pada umumnya wanita latin. Matanya tajam dan hidungnya mancung.
Tingginya hampir setinggi aku. Lemak tubuhnya tidak terlalu tebal, tetapi
menggumpal di beberapa tempat. Meski begitu pinggangnya masih langsing.
“Mama ada masalah sama papa”
tanyaku.
“Ya gitulah, mungkin papa sudah
terlalu tua sehingga agak jarang melayani mama. Kalaupun main, mama tidak
sampai puas dia sudah lemes dan langsung ngorok.” kata Mama.
Tidak banyak ngomong karena
kami saling meraba dalam membersihkan diri, Mama mencoba mengocok penisku yang
kuyu dan aku meremas tetek mama yang menggemaskan. Setelah mengeringkan diri
dengan handuk, mama menyarankan aku kembali ke kamar Karina karena dia akan
kembali ke kamarnya.
Karina masih lelap tidur, dan
posisinya masih belum berubah. Dia terlalu lelah bermain denganku tadi, karena
berkali-kali mendapatkan orgasme. Aku belum tahu apa reaksinya jika dia tahu
aku “bermain” dengan mamanya. Apakah dia akan bisa menerima, seperti mamanya
mengetahui anaknya aku embat.
Hubungan ku dengan keluarga
Karina semakin akrab. Aku tidak menduga, hasil menabrakan mobilk ke mobil Mercy
Karina tempo hari menghasilkan hubungan yang demikian jauh. Aku dengan bebasnya
menyetubuhi Karina di kamarnya sendiri dan sepengetahuan mamanya. Aku kira
papanya juga tahu, karena aku sering menginap di kamar Karina.
Aku masih tidak membuka
informasi kepada Karina bahwa aku sering memuaskan keinginan sex mamanya. Aku
kelak akan membuka juga rahasia ini, tetapi waktunya belum tepat. Saat kami
sarapan pagi bertiga, Mamanya buka suara yang berkata terus terang bahwa mama
puas sekali bermain sex denganku. Kuperhatikan raut muka Karina, sepertinya dia
biasa saja mendengar pernyataan mamanya.
Ternyata si Karina sudah lama
tahu bahwa aku melayani mamanya juga, Aku agak bingung dengan keluarga ini, apa
karena terlalu lama tinggal di Barat, sehingga mereka bebas saja berbicara
masalah sex dan menerima hubungan seperti yang terjadi padaku.
Aku sempat salah tingkah dan
malu, ketika papa Karina menyatakan terima kasihnya padaku, karena aku bisa
memenuhi keinginan istrinya. Dia merasa agak tenang karena selama ini merasa kewalahan
atas tutuntan ranjang dari Mama Margareth. Menurut Papanya, lebih baik istrinya
berhubungan sex dengan ku dari pada dengan orang lain yang tidak dia kenal. Dia
pun mengatakan hubunganku dengan Karina sebaiknya dilanjutkan sampai ke jenjang
perkawinan, karena keluarga ini tidak punya anak laki-laki, sehingga tidak ada
yang bisa mewarisi usaha yang sudah berkembang besar.
Di awal cerita aku tidak
mengungkapkan bahwa Karina sebetulnya punya dua adik. Karina adalah sulung
sekarang berusia 23 tahun. Adiknya Stevani sekolah di Singapura berumur 18
tahun dan bungsu Melody tinggal di Singapura bersama kakaknya. Mereka berdua
sekolah di sana. Mereka jarang pulang karena kedua orang tuanya sering
menjenguk.
Ketika aku diajak Karina ke
Singapura barulah aku mengenal mereka berdua. Mereka cantik-cantik dan bongsor.
Melody lebih bule dibanding Stefani. Si bungsu yang berusia 13 tahun badannya
seperti cewek 17 tahun.
Di Singapura ayah Karina
memiliki apartemen yang cukup bagus. Namun ketika aku dan Karina ke Singapura
dia memilih tinggal di Shangrila hotel bersama ku dari pada nginap di
apartemen.
Sejak hubunganku sudah demikian
terbuka sehingga papanya pun merestui, maka aku makin leluasa menyetubuhi mama
Margareth dan Karina. Pernah suatu kali ketika ketika aku sedang bertarung
dengan mama, dikala Karina tidak dirumah. Tiba tiba Karina dengan santainya
masuk ke kamar mama dan menonton pertandingan kami. Setelah itu, Karina minta
jatah. Aku tidak tahu kapan dia pulang, karena mungkin sedang asyik dengan si
Mama.
Nafsu sex Karina dan mamanya
tergolong hiper. Hampir setiap hari aku melayani mereka berdua. Untung aku juga
punya nafsu yang menggebu-gebu, jadi mampu saja menandingi mereka. Aku merasa
pening jika sehari saja tidak ngentot. Rasanya bekerja pun susah berkosentrasi,
karena selangkanganku terganggu oleh tegangan. Setiap hari paling tidak aku
bisa 3 kali ejakulasi, tanpa badan merasa lelah. Sering juga aku mencapai 5
kali. Itu terjadi jika aku nginap di hari libur.
Suatu hari, aku diajak paksa
Karina ke Singapura. Keperluannya adalah menemani Stefani yang sendirian
tinggal di apartemen. Si kecil Melody ikut tour sekolahnya ke China selama 5
hari. Satu sampai hari kedua aku tidak mengalami kejadian aneh. Aku tidur
sendirian dan Karina tidur menemani Stefani. Itu pun sebelumnya Karina minta
jatah untuk mendapat “obat tidur”. Dia menyebut orgasme dengan ku sebagai obat
tidur.
Tidak mungkin Stefani tidak
tahu kalau aku “bermain” dengan kakaknya. Lha wong teriakan Karina dan
erangannya bisa menembus sampai keluar unit apartemen. Biasanya setelah dia
mendapat kepuasan dia langsung menemani adiknya dan katanya langsung tidur.
Hari ketiga, yang kebetulan
jatuh pada hari Senin, Karina memaksa pulang, karena dia mendapat telepon dari
kantornya bahwa ada masalah yang harus ditangani. Anehnya aku tidak boleh
pulang, menunggu sampai si Melody pulang. Padahal aku juga ingin menyelesaikan
pekerjaan juga. Namun Karina marah beneran ketika aku memaksa juga ingin
pulang.
Aku berkilah, kenapa bukan mama
yang datang menemani Stefani, kan mama tidak kerja, begitu desakku. Mama kata
Karina sedang ke Paris bersama rombongan teman-temannya. Aku agak bingung,
karena dipaksa tinggal bersama Stefani. Maksudku apa Karina tidak khawatir jika
nanti adiknya aku “garap”. Atau apakah dia sengaja mengumpan adiknya untuk aku
“ makan”. Dua pertanyaan itu tidak bisa kutanyakan terang-terangan ke Karina.
Apalagi dia sudah cemberut saja dan begitu taksi datang, tanpa banyak basa-basi
dia terus bablas ke airport
Di tinggal Karina, aku jadi
tidak tahu harus bagaimana. Pagi itu aku buru-buru mandi dan langsung membuat
sarapanku sendiri, roti berlapis selai. Sementara itu Stefani yang tadinya agak
cuek, kok jadi berbalik bermuka manis. Aku membatin dalam hati,” apa aku kuat
menahan diri berdua dengan remaja cantik di apartemen ini”
Stefani kuliah di Singapura.
Aku lupa dia ambil jurusan apa. Yang kuingat, pagi itu dia mengenakan rok mini,
yang sangat mini sehingga paha putih yang gempal jadi kelihatan sangat memikat
lelaki. Andai saja dia membungkuk sedikit, maka celana dalamnya akan kelihatan.
Ah aku jadi alay, Di Singapura
remaja umumnya berpakaian seperti itu. Jadi pakaian Stefani ya normal saja
sebetulnya. Stefani minta aku antar ke kampusnya. Aku tidak bertanya kenapa
mesti diantar segala, emang biasanya kan jalan sendiri.
Aku turuti saja kemauannya.
Kami berjalan berdua menuju stasiun MRT. Sepanjang jalan Stefani menggandengku.
Sebetulnya dia tidak menggandeng tapi nglendot. Jadinya susunya yang kenyal
berkali-kali menekan lenganku. Dari pengalamanku di dunia persilatan lendir,
cewek yang besikap seperti ini biasanya sudah tunduk dan mau diapakan saja. “Ah
masak Stefani begitu sih, kan aku baru akrab dan belum banyak berbicara dengan
dia,” kata ku dalam hati.
Kalau bisa aku nikmati dan
memang sedap kenapa harus banyak pertanyaan, ya sudahlah rasakan saja.
Begitulah akhirnya aku bersikap. Sampai di kampusnya, eh Stefani malah
mengenalkan aku dengan teman-temannya. Berkali-kali aku bersalaman. Setelah itu
aku dilepasnya, dan dia masuk kelas.
Belum sehari aku sudah bingung
melihat sikap adik si Karina. Dari kampusnya aku jalan-jalan dan nongkrong di
sekitar Orchad road sambil cuci mata. Pemandangan memang indah, karena banyak
yang bening-bening melintas. Namun lama-lama bosan juga. Mau masuk mall juga
bosan. Akhirnya aku putuskan menuju stasiun MRT terdekat untuk kembali ke
apartemen. Paling tidak aku bisa tidur bermalas-malasan.
Belum sampai stasiun MRT, HP
bergetar. Karina mengabarkan bahwa dia sudah sampai kantor. Dia berpesan, agar
aku jangan pulang ke Jakarta sampai si Melody kembali dari Cina. Kenapa ya
Karina khawatir sekali jika aku meninggalkan Stefani sendirian.
Rasanya ingin sekali menghisap
sebatang rokok. Kulihat di taman ada bapak-bapak sedang asik mengisap rokok
sambil membawa asbak kecil. Aku bergabung dan karena aku tidak punya asbak, aku
numpang asbaknya. Untung dia berbaik hati dan mempersilakan aku menggunakan
asbaknya.
Rasanya lebih nikmat merokok di
Singapura dari pada di Jakarta. HP ku bergetar lagi. Di layar muncul nama
Stefani. Mau apa lagi anak ini, batinku. Dia mengabarkan sudah selesai kuliah
karena beberapa mata kuliah pindah waktunya. Stefani ingin menyusulku. Aku
dimintanya menunggu saja di tempatku merokok. Dia kenal benar sudur-sudut
Orchad.
Sekitar setengah jam kemudian
Stefani muncul dari arah stasiun. Begitu melihatku dia berlari-lari kecil lalu
menubrukku dan mencium pipiku. Dia bersikap seolah-olah kami sudah lama tidak
bertemu. Padahal belum ada 4 jam berpisah.
Kami mencari makan siang. Aku
mengusulkan makan makan noddle duck, dia setuju. Habis makan kami kembali ke
apartemen. Mataku agak ngantuk sehingga yang paling kuinginkan adalah tidur.
Berkaus oblong, celana pendek,
aku melesat ke dalam selimut di kamarku. Udara AC di apartemen ini sangat
dingin. Mungkin tidak sampai 5 menit aku sudah tertidur. Entah berapa lama
tertidur aku terbangun karena merasa ada gangguan. Stefani sudah berada
disisiku. Dia memelukku dan menciumi wajahku.
“Wah anak ini cari perkara,”
kata ku dalam hati.
“ Kak aku suka ama kakak,”
katanya.
“Aku kan pacar kakakmu,”
kataku.
“Biarin aja, pokoknya aku suka
ama kakak,” dia mendesak.
Semula aku pasif saat dia
menciumi pipiku. Hembusan nafasnya terasa memburu. Ini pertanda dia sedang naik
nafsunya. Puas menciumi pipiku dia merambah mulutku dan langsung menangkupkan
mulut kecilnya ke mulutku. Lidahnya dia permainkan masuk ke dalam mulutku.
Aku tidak bisa berdiam diri
maka kutarik dia menindih tubuhku dan kami berciuman hangat. Aku merasa ciuman
Stefani ganas sekali. Dia menarik tubuhku sehingga aku berada diatasnya. Aku
melepas ciuman di mulut dan aku jilati telinganya lalu leher dan terus ke
bawah. Tanganku serta merta mencari sasaran gundukan kenyal di dadanya.
Dia tidak menghindar ketika
tanganku meremas gundukan itu dari luar kaus oblongnya. Terasa di tanganku
bahwa gundukan empuk itu tidak mengenakan BH. Tanganku menelusup dari bawah
kausnya menjangkau gundukan kenyal. Stefani malah membantu dengan mengangkat
kausnya sehingga terpampang kedua susunya yang lumayan menggunung. Putingnya
belum sempurna berkembang, tetapi teteknya telah membengkak cukup besar.
Aku jilati kedua putting kecil
itu sampai Stefani mendesah-desah. Tugas tanganku sudah diambil alih oleh
lidah, sehingga tangan mencari sasaran lain yang lebih penting. Celana
pendeknya aku dorong kebawah sekaligus dengan celana dalamnya. Terasa jembutnya
yang cukup lebat menutupi belahan memeknya.
Posisi celananya belum terbuka
penuh masih berada di pahanya, jariku sudah masuk kecelah-celah belahan
memeknya. Belahan memeknya masih rapat tetapi sudah terasa licin karena lendir
yang meleleh keluar dari lubang vagina.
Dengan jariku, aku memainkan
itilnya. Stefani makin seru merintih.Celananya dia buka sendiri juga kausnya
sehingga bugil sepenuhnya. Aku menjilati perutnya dan perlahan-lahan turun ke
bawah sampai ke selangkangannya. Tanpa merasa risih dan malu Stefani sudah
mengangkang selebar mungkin. Dia mengerti aku bertujuan menjilati memeknya.
Jembut yang lebat memuat
sebagian masuk ke dalam mulutku. Setelah aku sibak kedua sisi memeknya tampak
belahan merah muda dengan tonjolan diatas yang sudah mencuat. Itilnya sudah
keluar dari sarang. Aku melumat itilnya sampai dia melonjak-lonjak. Aku tidak
tahu apakah karena dia merasa geli atau kenikmatan yang sangat, sehingga dia
mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku jilati terus sampai
akhirnya dia minta aku berhenti dan kepalaku ditekan sekuat-kuatnya ke memeknya
yang sedang berdenyut-denyut. Lepas itu aku ditarik keatas. Kausku dibukanya
dan celanaku dia tarik sampai akhirnya aku juga bugil. Aku didorong sehingga
telentang. Penisku mengacung tegak, karena sudah full ereksi.
Di genggamnya sejenak, dikocok
lalu dia melumat penisku. Permainan oralnya sudah cukup mahir. Dari situ aku
menduga dia sudah jebol perawannya. Tidak terlalu lama dia mengoralku lalu
bangkit dan mengarahkan batang penisku memasuki lubang kemaluannya yang sudah
licin. Tanpa halangan berarti, penisku masuk sepenuhnya. Stefani berinisiatif
bergerak sendiri mengejar puncak kenikmatan.
Cengkraman memeknya lumayan
nikmat. Dia melakukan gerakan seperti sudah terbiasa berhubungan sex. Aku bisa
bertahan karena aku pasif di bawah. Sementara itu Stefani terus memacu dengan
mendesah-desah. Dia ambruk ke dadaku dan nafasnya memburu seperti habis
marathon. Dibawah sana memeknya seolah-olah sedang memijat-mijat penisku karena
denyutan orgasmenya.
Dia memuji bahwa kontolku
rasanya nikmat sekali. Aku tidak bertanya emang biasanya pakai ****** siapa.
Buat apa aku bertanya hal-hal konyol begitu. Yang penting enjoy aja. Udah dapat
makan yang enak kok tanya resepnya apa, bahannya beli di mana dan sebagainya.
Bisa-bisa jawabannya membuat kecewa.
Aku melanjutkan permainan
dengan berada di atasnya. Akulah yang menggenjotnya sekarang. Memeknya makin
terasa mencengkeram. Desahan dan reaksi tubuhnya membuatku jadi sangat
terangsang sehingga akhirnya aku tidak mampu bertahan dan lupa daratan pula
sehingga melepas jutaan benihku di dalam memeknya. Pada saat itu rupanya dia
belum sampai, sehingga dia menggerakkan pinggulnya menggeser-geser penisku yang
baru saja melepas sperma. Rupanya dia tidak terima aku mencapai finish duluan.
Stefani berusaha bergerak terus sampai akhirnya dia finish juga dengan teriakan
panjang sebagai tanda puncak kepuasan.
Kami berdua kelelahan dan
tergeletak tidur begitu saja. Dengan tetap bugil kami berdua berselimut
bersama. Stefani memelukku sampai dia tertidur dan akupun sudah tidak mampu
lagi menahan kantuk.
Aku bangun dengan perasaan lega.
Mani dan cairan sudah mengering di tubuhku, rasanya lengket. Aku bangunkan
Stefani yang masih agak malas bangun. Karena terasa kebelet kencing aku tinggal
dia yang tetap tergolek di ranjang. Aku masuk kamar mandi dan melepas hajat
kecilku di toilet. Aku melanjutkan dengan mandi dengan shower air hangat. Tidak
lama kemudian muncul Stefani sambil mengucek-ucek matanya. Dia pun kebelet
pipis. Suara desiran pipisnya nyaring sekali mengalahkan suara shower.
Dari kamar masuk ke kamar mandi
Stefani santai sambil tetap bugil. Selepas hajat kecilnya terlampiaskan dia
bergabung denganku mandi sambil membasahi rambutnya. Kami berangkulan sambil
menikmati guyuran air hangat.
Stefani mempermainkan penisku
yang sedang loyo dan aku meremas-remas buah dadanya yang tegak menantang.
Stefani mewarisi tetek ibunya yang besar, Karina sebetulnya juga besar.
Jembutnya lebat tetapi belahan memeknya ada gelambir kecil, seperti kakaknya
dan juga ibunya.
Stefani manja sekali, sampai
mengeringkan badannya pun dia minta aku yang melakukan. Aku dan Stefani
mengenakan kimono dan tidak mengenakan apa pun di dalamnya. Dari jendela
apartemen aku menikmati pemandangan kota yang mulai redup dan lampu-lampu mulai
menyala.
Malam ini kami malas keluar
cari makan. Stefani minta pizza yang bisa di antar. Semua AC kami matikan
sehingga dinginnya ruangan agak berkurang. Dua potong pizza cukup mengganjal.
Sehabis pizza, hidangan berikutnya adalah melumat mulut. Itu gara-gara Stefani
yang duduk di pangkuanku lalu memancing-mancing menciumiku.
Permainan itu berlanjut sampai
akhirnya kami kembali telanjang bulat. Stefani minta “main” di sofa. Dia
katanyanya ketagihan rasa kontolku. Ada-ada saja komentarnya. Entah berapa kali
dia mencapai kepuasan sementara aku baru mencapai ejakulasi ketika permainan berlanjut
dikamar Stefani.
Malam itu aku bertempur hampir
sepanjang malam. Jika tidak salah ingatanku aku sampai 7 kali ejakulasi,
sementara Stefani sudah tidak kuhiraukan lagi berapa kali dia mencapai puncak
kenikmatannya.
Aku merasa, Stefani lebih
maniak dibanding kakaknya atau mamanya. Dia minta terus malam itu, meski pun
katanya badannya sudah letih. Aku dan dia malam itu jadi kurang tidur tapi
kelebihan ngentot.
Paginya Stefani tidak sanggup
bangun pagi, dan dia bolos kuliah, karena badannya rasanya lemes sekali. Meski
begitu habis sarapan pagi, paginya jam 10 juga sih. Stefani sudah minta dientot
lagi. Ada saja caranya untuk membangkitkan nafsuku dan menegakkan penisku.
Untungnya aku masih mampu memenuhi permintaannya. Rasanya aku hanya
mengeluarkan sperma beberapa tetes saja akhir-akhirnya. Produksinya tidak mampu
mengejar output.
Siang kami tetap tinggal di
apartemen dan Stefani menelepon restoran mi pangsit ayam. Ketika pesanan tiba
sebetulnya aku sedang “bermain” lagi. Stefani bersembunyi di kamar dan aku
menyambar kimono membayar pesanan.
Aku ingin membuat sensasi yang
mudah-mudahan akan diingat Stefani selamanya. Kami ngentot dengan posisi duduk
berhadapan. Penisku masuk ke vaginanya dan kakinya diatas kakiku merangkul
pinggangku. Kotak mi ayam aku letakkan diatas pangkuan kami. Posisi kotak mi
itu berada diatas pertemuan kedua kelamin. Kami makan sambil kontolku masuk di
dalam memeknya. Satu kotak kami makan berdua menggunakan sumpit. Setelah habis
ganti kotak yang lain sampai ludes. Untung penisku tetap mengeras, sehingga
tidak copot.
Stefani tertawa geli atas
posisi kami menikmati makan siang mie diatas sambungan memek dan ******.
Setelah minum, permainan dilanjutkan lagi sampai kami berdua terkapar.
Begitulah selama aku berada di
singapura menemani Stefani. Sebenarnya lebih tepatnya bukan menemani, tetapi
memuaskan hasrat sex adik si Karina. Meski Karina sering meneleponku, tetapi
dia tidak sedikitpun menyinggung soal hubunganku dengan Stefani. Mama Margareth
juga begitu. Padahal sepantasnya mereka tahu bahwa aku tidak mungkin tidak
ngesex dengan Stefani.
Melody pulang lebih cepat dari
jadwalnya. Pagi-pagi pesawatnya sudah mendarat di Changi. . Melody bercerita
bahwa di Cina akan ada badai, sehingga kepala rombongan memutuskan untuk
memperceepat kunjungan ke Cina.
Aku merasa gembira karena
berarti aku bisa pulang pada hari itu juga. Nyatanya Stefani mati-matian
menahanku sehingga aku diperbolehkan pulang Senin pagi. Itu berarti aku harus
extend 5 hari lagi. Melody pun ikut-ikutan menahanku. Aku tidak berdaya
menembus pertahanan mereka. Aku coba menelepon Karina, eh dia malah nyarani aku
tambah barang sehari lagi sehingga aku balik hari selasa. Ah Karina ternyata
lebih gila.
Aku tidak putus asa, lalu
mencoba menelepon mama Margareth. Ini mamak sama aja dengan anaknya. Aku
diminta tetap di Singapur dulu. Jujur saja aku sudah jenuh dengan suasana
Singapura yang terkesan hidupnya monoton, Kalau soal sex, meski tidak main
dengan stefani, toh di Jakarta ada Karina dan mama Margaerth yang sudah
berpengalaman.
Aku agak jaim terhadap Melody.
Masalahnya aku beda umur cukup jauh. Kami sepakat akan makan malam diluar.
Siang itu kami makan masing-masing. Stefani tidak bisa meninggalkan kampusnya
dan Melody pergi ke mall dekat apartemen mau ketemuan sama temen-temennya
membahas paper yang akan mereka tulis hasil study tournya. Aku cari makan siang
di dekat apartemen lalu balik dan mendengkur.
Aku terbangun dan melihat jam
sudah menunjukkan pukul 5 sore. Apartemen masih sepi, penghuni lainnya belum
pulang. Sambil menunggu mereka aku ingin merendam diriku di dalam bath tub yang
berisi air hangat.
Kontolku ngaceng akibat
terendam air hangat. Aku tiduran menikmati air yang ku atur makin lama makin
panas. Sampai suhu yang kurasa nyaman kuhentikan pengisian airnya. Sambil
tiduran aku berkhayal membayangkan betapa nikmatnya hidupku, ngentot banyak
sasaran, perut gak pernah lapar, duit gak terlalu mikir, ****** dipuji-puji
cewek. Apalagi yang kurang dalam hidupku.
Aku terkejut, karena muncul sosok
Melody yang sudah bugil bergabung ke dalam bak tempatku berendam. Apa lagi
maunya anak ini. Masak umur 13 tahun juga minta di entot sih. Tapi penisku jadi
makin ngaceng dan keras.
Melody bergabung dan dia
telungkup diatas ku yang posisiku membujur telentang. Tidak dapat terhindar
penisku menyundul-nyundul tubuhnya mungkin juga memeknya. Teteknya menempel di
dadaku dan rasanya kenyal sekali.
Posisi Melody telungkup di
atasku rupanya agak sulit dia pertahankan, sehingga dia mengubah posisi jadi
telentang di atasku. Tanpa menunggu peluang berikutnya kedua tanganku lalu
menggenggam buah dadanya. Teteknya masih keras dan kenyal sekali, Belum terlalu
besar, tetapi cukup penuh di dalam tangkupan telapak tanganku. Pentilnya masih
kecil sekali. Kuraba ke bawah diantara kedua pahanya terasa masih sedikit bulu
yang tumbuh.
\ Aku meremas-remas memeknya
yang montok dan belahannya masih rapat. Itilnya kuraba, dia mengeluh kegelian,
ketika jari tengahku menemukan letak itilnya. Kami lalu berciuman sambil saling
meraba dan meremas. Melody tanpa canggung meremas penisku yang sudah keras
seperti kayu.
Rasanya tidak perlu terlalu
lama berendam, karena birahiku sudah makin memuncak. Aku bangkit dan meraih
handuk lalu mengeringkan tubuhku seterusnya tubuh Melody yang kuseka. Lepas itu
Melody langsung aku gendong menuju tempat tidur. Aku memulai dengan menjilati
pentil teteknya yang masih kecil, tapi sudah mengeras. Penasaran dengan memek
anak di bawah umur, aku mencoba membukanya dan terlihat pemandangan
menakjubkan. Belahan memek yang masih sempit dengan lubang vagina kecil.
Penasaran juga aku ingin tahu apakah selaput daranya masih ada apa sudah jebol.
Lubang vaginanya aku buka lebar. Dia mengeluh perih, tapi aku tetap membukanya.
Terlihat lubang vaginanya tetapi di dalamnya tidak terlihat ada selaput putih
yang menghalangi. Penampakan ini mengesankan dia sudah tidak virgin lagi.
Aku kembali ketujuan semula
menjilati itilnya. Melody kegelian dan dia bukannya merintih atau mendesah
malah tertawa karena merasa geli saat itilnya aku jilat. Ini membuatku kurang
nikmat sehingga aku mau langsung saja menancapkan penisku ke lubang memeknya.
Perlahan-lahan kutuntun penisku
memasuki lubang kenikmatan. Melody mengernyit dan minta aku pelan-pelan. Meski
lubangnya ketat, tetapi penisku bisa terus masuk tanpa halangan sampai akhirnya
terbenam habis.
Dia mengaku masih agak sakit,
Aku jadi menggoyangnya perlahan-lahan. Makin lama gerakan penisku maju mundur
makin lancar karena lubangnya juga makin licin. Melody sudah tidak mengeluh
sakit. Tapi dia tidak memberi respon nikmat seperti umumnya perempuan kalau
dientot.
Lubangnya sangat ketat, meski
sudah tidak perawan lagi. Untung aku cukup kenyang ngentot selama ini sehingga
bisa bertahan terus. Setelah 5 menit aku genjot, Melody mulai bereaksi. Dia
mendesis-desis dan diluar kesadarannya dia jadi merintih dengan irama cewek
yang sedang merasa nikmat di ewek.
Aku makin bersemangat karena
kemudian dia menjerit lirih ketika memeknya kurasa berdenyut-denyut. Ternyata,
anak di bawah umur bisa juga mendapat orgasme. Padahal tadinya aku menyangka
anak seusia Melody ini belum bisa menikmati senggama.
Memeknya makin licin tapi tetap
mencengkeram. Aku makin laju memainkan penisku di lubangnya.rasa nikmat sudah
mulai menjalari tubuhku menandakan sebentar lagi aku akan orgasme. Aku genjot
terus menjelang orgasme, melody memelukku erat sekali. Rupanya dia mendahului
mencapai orgasme. Denyutan memeknya menimbulkan nikmat sehingga akhirnya aku
pun memuncak dan memuntahkan spermaku yang jumlah tidak banyak lagi.
Melody memanggilku “kak”.Kak
nikmat sekali main sama kakak. Aku belum pernah merasakan kenikmatan kayak
gini. Harusnya aku tanya “lu ngentot sama sapa aja”. Tapi kutahan saja
keinginan tahu ku. Mungkin suatu saat aku bisa tahu tanpa harus bertanya.
Aku terkejut bangun ketika
selimut dibuka tiba-tiba. Padahal aku dan Melody masih dalam keadaan bugil di
bawah selimut itu. Rupanya Stefani sudah datang bahkan dia sudah bugil dan
langsung menerkamku. Dia tidak peduli bahwa aku habis ngentot adiknya dan tidak
peduli ada adiknya berbaring disampingku, tapi dia langsung minta penisku
dimasukkan ke dalam lubang memeknya.
Tentu saja penisku belum ready.
Stefani giat mengulum penisku sampai akhirnya berdiri juga dan layak menancap
di lubang memeknya. Stefani langsung menderaku dengan laju memaju mundurkan
penisku di dalam lubang kenikmatannya. Dia mendapat orgasme pertama, namun
kelihatannya dia masih menginginkan lagi, maka dia memacu tubuhnya di atas
tubuhku lagi sampai kembali mencapai kepuasan.
Aku bukan ingin membanggakan
diri kuat bersetubuh, tetapi karena sudah terlalu kenyang “bermain” makanya
persaaanku menjadi kebal dan mampu bertahan lama. Dua kali mendapat orgasme,
Stefani tidak mampu meneruskan permainan. Dia rebah disampingku tidur telentang
sambil terengah-engah. Aku ciumi dia sampai akhirnya dia terlelap tidur.
Melody yang dari tadi
menyaksikan aksi kakaknya bermain dengan ku, mungkin birahinya bangkit. Dia
menarik tubuhku agar menindih tubuhnya. Aku paham, Melody minta aku bermain dengan
dia. Ketika aku sudah diatas tubuhnya Melody tangannya menangkap penisku lalu
dia arahkan memasuku lubang memeknya yang ternyata sudah licin. Dengan mudah
penisku masuk perlahan-lahan. Aku mengenjotnya tidak terlalu cepat, tetapi
dengan kecepatan tetap.
Melody tidak terlalu lama dia
sudah mendapatkan orgasmenya, dia lebih cepat meraih puncak kepuasannya
dibandingkan pertempuran yang pertama tadi. Mungkin perempuan adalah kebalikan
dari pria. Jika pria main di ronde kedua dan selanjutnya maka, orgasmenya akan
makin lama tercapai. Sebaliknya perempuan malah makin cepat mendapat orgasme
setelah mendapat orgasme yang pertama.
Setelah kedatangan Melody, aku
harus melayani nafsu sex mereka berdua. Badanku terasa agak lelah, karena
setiap hari berpacu sex dengan kedua cewek itu, Untungnya aku bisa mengimbangi
olah raga dengan berjalan-jalan seputar Singapura.
Ketika aku kembali ke Jakarta,
Karina sudah menunggu, karena cukup lama dahaganya tidak terpenuhi. Mama
Margareth juga minta jatah. Siang malam aku bertempur dengan mereka berdua.
Mama Margareth tidak sebuas Karina, maka aku bisa agak santai menghadapi
mamanya.
Aku lebih sering tinggal di
rumah Karina dari pada tidur di kamarku sendiri. Pekerjaanku memang agak
terbengkalai. Namun aku membangun sistem baru sehingga aku bisa bekerja tanpa
harus setiap saat ke kantor. Di samping itu ada beberapa pekerjaan dari papa
Karina yang diserahkan pengurusannya kepada ku.
Papa Karina suatu hari
mengutusku ke Bangkok untuk mewakili dirinya bertemu clientnya di sana. Ada beberapa
proyek yang harus di negosiasi dengan clientnya di Bangkok. Mengetahui aku akan
ke Bangkok, 3 hari, Mama Karina mengatakan dirinya mau ikut.
Sebenarnya pengikut mengikuti
jadwal yang diikuti, bukan malah mengubah rencana. Tapi bukan begitu yang terjadi.
Mama Margareth membuat rutenya sendiri, sehingga perjalanan menjadi Jakarta –
mampir Singapura semalam – Bangkok 2 hari 1 malam – kembali lagi mampir semalam
di Singapura – baru kembali ke Jakarta.
Biasanya aku hanya menggunakan
tiket kelas ekonomi, tetapi karena si Mama ngikut maka berubah menjadi tiket
first class dan hotel di Bangkok menjadi suite room. Itu semua yang mengatur
Mama Margareth dan si Papa tidak bisa menolak.
Kami terbang pagi dari Jakarta untuk mengejar makan siang di Singapura. Mama malah sudah book seat di restoran Sanur, yang terkenal gulai kepala ikan dan tahu telornya. Kami tiba di Singapura tidak dijemput, karena anak-anak masih sibuk dengan sekolahnya. Mereka berjanji ketemu di restoran Sanur.
Kami terbang pagi dari Jakarta untuk mengejar makan siang di Singapura. Mama malah sudah book seat di restoran Sanur, yang terkenal gulai kepala ikan dan tahu telornya. Kami tiba di Singapura tidak dijemput, karena anak-anak masih sibuk dengan sekolahnya. Mereka berjanji ketemu di restoran Sanur.
Dari airport, menggunakan
limousine kami berdua menuju ke apartemen anak-anak. Masih cukup waktu untuk
meletakkan koper dan istirahat sebentar. Setiba di apartemen, Mama Margareth
mau mandi, karena tadi pagi tidak sempat mandi, takut kesiangan tiba di
airport. Maklumlah mandi dan dandannya lama sih.
Aku raih remote TV lalu santai
di sofa menyaksikan siaran olah raga. Mama Margareth keluar dari kamar
anak-anak hanya mengenakan kimono, tetapi bagian depannya tidak ditutup,
sehingga harta karunnya terlihat. Dia seharusnya masuk kamar mandi yang ada di
dalam kamar, tetapi malah menghampiriku yang sedang mulai ngantuk di sofa. Mama
duduk dipangkuanku dengan manja dan berbisik bahwa dia minta dimandiin.
Aku tidak bisa menolak
permintaannya, dan aku menduga, urusan tidak hanya selesai masalah mandi,
tetapi mesti ada kelanjutannya, sehingga mandinya tidak cukup sekali. Rasa
ngantuk terpaksa harus dilawan dan aku bangkit menuju kamar mandi di dalam
kamar Stefani dan Melody. Sebelum masuk kamar mandi, seluruh pakaianku dilucuti
oleh Mama.
Untuk mempersingkat urusan
mandi, kami menggunakan shower. Aku membasuh seluruh tubuh mama dan tentunya
meremas kedua susunya dan mengobel belahan memeknya. Sampai saat itu penisku
belum berdiri, mungkin karena semalam habis bertempur 2 ronde dengan Karina di
Jakarta.
Dibawah guyuran shower mama
jongkok lalu mengisap penisku yang masih lemas. Di hisap dan dijilati kantong
zakarku yang akhirnya menimbulkan nafsu birahi. Penisku perlahan-lahan mulai
terisi, sampai akhirnya penuh juga. Mengetahui penisku sudah standby, mama
manarikku. Dia bersandar di dinding lalu meraih penisku untuk dimasukkan ke
sarangnya. Diangkatnya salah satu kaki untuk memudahkan penisku masuk ke
memeknya. Aku ikuti kemauannya dan aku mulai mengayuh. Hampir 10 menit, lututku
terasa gemetaran dan rasanya tidak kuat berdiri terlalu lama. Mama rupanya juga
lelah juga.
Dia mengajakku pindah bermain
di tempat tidur. Mama langsung telentang dan membuka kedua kakinya lalu dia
tekuk. Lubang memeknya terlihat menganga siap melahap penisku. Tanpa aku tuntun
penisku langsung bisa masuk. Aku genjot agak lama juga, sampai mama sampai ke
tujuan titik kepuasan tertinggi. Entah apa yang diteriakkannya ketika
orgasmenya tercapai. Sementara itu orgasmeku rasanya masih jauh.
Aku menyudahi permainan. Mama
menciumiku dan menyatakan puas sekali bermain denganku. Seumur hidupnya dia
belum pernah mendapat laki-laki yang mampu memuaskan dalam setiap permainan.
Akhirnya kami mandi sekali lagi lalu mengenakan baju dan tak lupa
menyemprrotkan parfum.
Waktu yang tersisa sekitar 20 menit
lagi, dan kami harus tepat tiba di restoran, karena waiter di telepon sudah
berpesan, jika 10 menit telat, maka tempatnya akan diberikan orang lain. Kami
berjalan cepat menuju stasiun MRT yang kebetulan tidak jauh. Tiba di stasiun
tujuan tidak sampai 5 menit dan sekitar 10 menit kemudian kami sudah sampai di
restoran. Tepat waktu dan kami diarahkan ke seat yang sudah disiapkan. Baru
saja duduk telepon dari Stefani sudah masuk, dia mengabarkan sudah sampai di
lantai bawah mall tempat restoran itu berada, sedang Melody baru turun dari
MRT.
Acara makan siang usai, si mama
mengajakku jalan-jalan ke mall. Sesungguhnya aku bosan berkeliling-keliling
mall, tetapi karena putri raja yang mengajak, mana bisa aku bantah. Mama
membelikan ku beberapa stel baju dan celana dari merk-merk terkenal. Duit mama
banyak banget, karena beli barang-barang mahal begini kelihatannya gak ngitung.
Dia lalu tanya aku apakah aku
mau dibelikan jam. Mulanya aku tolak, karena merasa jam tanganku masih keren.
Tapi mama maksa untuk membelikan jam baru. Aku sebetulnya malas ganti-ganti
jam.
Kaget dan takjub aku dibuat
mama, dia menggiring ku masuk ke toko jam khusus Rolex, aku tidak bisa
mengusulkan pilihan, semua kemauan mama harus aku turuti. Sebuah jam tangan
keluaran terbaru yang kulirik harganya setara dengan dua buah Toyota Inova.
“sampai kapan pun, aku tidak
mungkin mau membeli jam seperti ini dari uang ku sendiri,” kataku membatin.
Mungkin itulah imbalan dari kepuasan sex yang aku berikan kepada mama.
Setelah puas berkeliling mall, kami
berempat pulang ke Apartemen. Sebelumnya mampir dulu ke gerai restoran untuk
membeli makanan take away yang akan menjadi makan malam kami di apartemen.
Sesampai di apartemen aku
segera ganti baju di kamarku sendiri, sementara Mama, Stefani dan Melody sedang
sibuk dikamar mereka membongkar belanjaannya. Aku berbaring dan ngantuk pun
datang.
Nikmat sekali rasanya bisa
tidur begini saat orang lain sedang sibuk di kantor bekerja seperti diuber
setan.Saking pulesnya tidur, sampai aku tidak sadar jika aku ditelanjangi. Aku
terbangun karena merasa dinginnya ruangan kamar. Ketika mataku terbuka, aku
kaget juga karena di sekelilingku sudah hadir Stefani, Melody dan Mama dan yang
membuat kantukku hilang sama sekali, karena mereka semua bugil.
Aku langsung membatin bahwa aku
akan berperang melawan 3 musuh dalam waktu yang bersamaan. Mama tanpa basa-basi
langsung menduduki mulutku, dia minta aku mengoral itilnya, Stefani sudah
bekerja di penisku menjilati dan menghisap, sedang si bungsu berbaring
disebelahku sambil tangannya memegang tanganku dan mengarahkan agar tanganku
memainkan memeknya.
Aku bingung mana yang harus aku
nikmati, semua perlu kosentrasi. Aku jalani saja tugas yang ada di depanku dan
apa yang bisa dinikmati yang aku nikmati, Ketika merasa nikmat kontolku
dijilat, maka jilatanku dan kobelanku jadi terhenti, setelah itu kembali
membagi perhatian antara kerja lidah dengan kerja tangan mengobel.
Nampaknya jilatanku dirasakan
oleh mama sebagai jilatan maut, karena dia mendesah-desah. Sementara itu si
Stefani sudah tidak lagi menjilati kontolku dia malah memasukkan penisku ke
vaginanya. Stefani mencari sendiri sudut kenikmatan bermain dengan penisku.
Rasanya dia berhasil menemukan, sebab dia merintih-rintih. Mama duluan orgasme
lalu si Stefani kejang-kejang kena orgasmenya sendiri.
Setelah mereka tidak lagi
menindihku, aku bangkit dan langsung menghela Melody. Penisku kutanam ke memek
yang masih agak jarang rambutnya dan segera aku menggenjotnya. Melody rupanya
sudah setengah jalan setelah aku kobel tadi. Dia merintih seperti menangis.
Anak semuda dia sudah bisa merintih menikmati alunan sex, berarti dia
benar-benar merasai kenikmatan di pusat birahinya. Makin lama rintihannya makin
keras sampai di titik puncaknya di menjerit mengejutkan semua orang.
Melody mendapatkan orgasme
terbaiknya, lalu mememelukku erat sekali. Suara dan desahan selama dia kugenjot
membangkitkan nafsuku, ketika dia mencapai orgasme aku makin terangsang
mendengar jeritan nikmatnya. Penisku tidak mampu membendung lahar panas dari
dalam ketika dipijat oleh otot vagina Melody yang menyamai orgasme. Jadilah
kulepas ejakulasiku di dalam memek kecil si Melody.
Kami berempat terkapar puas dan
lemas. Seperti biasa jika mencapai kepuasan sex, mata jadi mengantuk. Maka kami
berempat tidur bergelimpangan tidak menentu dalam keadaan bugil tapi berselimut
tebal.
Betul juga perkiraan mama,
malam itu kami sama sekali tidak bergairah keluar makan malam, apalagi candle
night dinner. Lebih enak makan yang kami beli tadi siang lalu dipanaskan
microwave. Makan malam kami lebih nikmat lagi, karena dilakukan secara bugil.
Mama yang bikin gara-gara. Dia melarang kami mengenakan baju, bahkan secuil
celana dalam pun dilarangnya.
Melody yang paling manja. Dia duduk dipangkuanku sambil minta didulang. Penisku saat itu tidak berdiri, mungkin kalau ngaceng, atas bawah mulutnya aku bisa suapi. Yang atas disulangi makanan yang bawah dijejali sosis.
Selesai makan kami ngobrol
sambil menonton tv di ruang keluarga, juga masih telanjang. Setelah bosan
akhirnya kami masing-masing masuk kamar. Melody dan Stefani masuk kekamarnya,
si mama memilih tidur satu bed denganku. Dia minta dipijat, karena badannya
lelah.
Mama memang benar-benar minta
pijat, karena dia sudah telungkup lalu meminta aku memijati seluruh tubuhnya.
Sekitar satu jam aku pijat sambil ngobrol, akibatnya penisku jadi ngaceng.
Namun tubuhku tidak sejalan dengan semangat penisku. Penisku kekar, badanku
lemas. Usai memijat, aku tidur telentang dan menarik selimut tidur satu selimut
dengan mama. Tangan mama meraih penisku, dia terkejut mendapatkan penisku
ngaceng. Dia menawari “Main” tapi aku menolak karena badanku lelah.
Mama tidak putus asa dan
berjanji tidak akan meminta diriku berperan, cukup telentang santai saja,
semuanya mama yang akan bermain. Aku pasrah. Mama mulai dengan oral. Hisapan mulutnya
memang maut sekali nikmatnya. Hampir sejam dia mengoralku, tak kunjung berhasil
membuatku ejakulasi. Memeknya yang sudah berlendir lalu dia adu dengan penisku.
Mama bermain dengan gerakan berbagai gaya, sampai dia sendiri yang syur dan
orgasme. Mungkin ada 3 kali dia mencapai orgasme, tapi aku tidak kunjung
muncrat juga. Akhirnya mama menyerah dan memilih tidur memelukku.
Ke esokan pagi kami sudah
bersiap untuk terbang ke Bangkok. Tiba di Bangkok aku chek in dikamar yang
telah dipesan mama, lalu membuat janji dengan client papa untuk bertemu. Dia
mengundangku ke kantornya dan menyarankan agar segera saja berangkat, karena
lalu lintas di bangkok macetnya parah. Mama memilih tinggal dikamar menungguku
balik.
Jam 3 sore aku selesai dan
masalah yang seharusnya dua hari diselesaikan, akhirnya selesai dalam satu kali
pertemuan itu. Aku dan client papa sama-sama puas kami bersalaman erat sekali
karena puas pembicaraan menghasilkan suatu solusi yang sangat baik.
Aku kembali ke kamar, mama
masih berada di kamar. Kesempatan beristirahat seharian, katanya. Malam itu
kami mencari tempat makan malam yang romantis. Aku berdua duduk di restoran
sambil menikmati hidangan lezat khas Bangkok.
Dari tempat dinner kami sempat mampir menonton atraksi sex, yang disitu populer disebut tiger show. Setelah puas kami kembali ke hotel untuk istirahat.
Dari tempat dinner kami sempat mampir menonton atraksi sex, yang disitu populer disebut tiger show. Setelah puas kami kembali ke hotel untuk istirahat.
Seperti yang dipersyaratkan
mama, jika tidur malam, setelah bersih diri, maka diharuskan tidak mengenakan
pakaian apa pun untuk masuk ke dalam selimut. Aku dan Mama tidur dalam satu
selimut dan kami berdua telanjang bulat di dalamnya.
Andai saja aku tidak terlalu
sering melakukan hubungan badan, pada situasi seperti ini, pasti penisku akan
tegak berdiri. Tetapi kali ini, penisku tidur anteng, meski pun mama tidur
memelukku dan mengelus-elus dadaku.
Tiba-tiba mama menyatakan ingin
bicara serius denganku. Mau tidak mau aku harus menyatakan siap. Mana mungkin
dielakkan. Mama pertama menanyakan keseriusanku berhubungan dengan Karina. Mama
dan papa katanya sangat berharap aku menikahi Karina. Jika aku menyatakan ya,
maka mama berjanji akan mengungkap rahasia dalam keluarga mereka yang di mata
orang, kehidupan mereka aneh.
Aku berpikir sejenak, apa yang
aku rasa tidak cocok denganku terhadap Karina. Tidak aku temukan sih. Cuma
apakah sudah pantas aku menyandang gelar suami dan mempunyai rumah tangga,
lantas tidak bebas lagi, setelah ada ikatan. Kalau tidak bebas, aku tidak tahu
apa lagi yang aku inginkan, perempuan mana lagi yang akan diburu dan dimakan.
Dan apakah ikatan perkawinan dengan Karina bakal mengekang pergaulanku.
Namun ada yang aku ragu, dan
ini harus kutanyakan kepada Mama, sebab sebelum aku meresmikan hubungan dalam
pernikahan, nyatanya aku sudah meniduri, mamanya, adik-adiknya. Apakah pantas
diriku yang sudah menjelajah itu menjadi suami idaman.
Menurut Mama, masalah kehidupan bebas melakukan hubungan sex dalam keluarga, itu bukan masalah. Sepanjang dua belah pihak menginginkan, tidak ada paksaan, maka hal itu sah-sah saja.
Bahkan jika sudah kawin nanti
pun, tidak akan ada pembatasan.
Sebelum aku menjawab YA, aku
perlu tanya ke mama, mengapa aku jadi pilihan untuk menjadi menantunya. Kata
mama, pribadiku cocok dan bisa beradaptasi dengan situasi keluarga mama. Semua
anggota keluarga bisa menerima kehadiranku bahkan lebih dari itu, menyukai
kehadiranku.
Akhirnya aku menyatakan siap
menjadi suami resmi Karina. Mama langsung menciumiku. Wajahnya kelihatan
berbunga-bunga. Dia mengatakan sepulang dari Bangkok ini akan mulai disusun
rencana pernikahan itu.
Aku lalu menagih mama bercerita
mengenai keluarganya. Mama berkata agar aku sabar sedikit.
Dia mengajakku duduk di bed
dengan posisi berhadap-hadapan.
Begini ceritanya.
Mama dan papa sebelum menikah
sudah melakukan kehidupan sex bebas. Maklum kehidupan di Amerika memberi
peluang seperti itu. Papa dan Mama memang memiliki nafsu yang kuat. Mama
mengaku bahwa tidak perawan lagi sejak usia 10 tahun. Yang mengambil perawannya
adalah ayahnya sendiri. Aku sempat tertegun, tetapi mama datar saja dan tidak
merasa bahwa hal itu luar biasa.
Hubungan dengan papanya tidak bersembunyi dari mamanya, sehingga sejak diperawani itu rutin melakukan hubungan dengan papanya. Mama tertarik pada papa, karena mama suka pada pria asia, yang dinilainya sayang istri bertanggung jawab.
Hubungan dengan papanya tidak bersembunyi dari mamanya, sehingga sejak diperawani itu rutin melakukan hubungan dengan papanya. Mama tertarik pada papa, karena mama suka pada pria asia, yang dinilainya sayang istri bertanggung jawab.
Sejak pacaran sampai menikah pun
papa dan mama bergabung dengan klub swinger, suatu perkumpulan tukar menukar
istri-suami. Setelah Karina lahir, kegiatan swinger jauh berkurang. Bahkan
setelah di Jakarta mereka masih punya patner swinger, yang kata mama beberapa
adalah pejabat penting. Itulah yang memberi jalan kepada papa, mudah
menyelesaikan urusan bisnis, karena pejabat-pejabat itu adalah rekan swinger.
Itulah makanya tidak ada yang
tabu bagi keluarga mereka dalam soal sex.
Satu rahasia lagi yang
diungkapkan mama adalah bahwa semua anak-anaknya yang memerawani adalah papa
sendiri. Itu dilakukan bukan secara sembunyi-sembunyi, karena mama membantu
proses pecah dara itu. Anak-anak diperawani setelah mereka berulang tahun ke
12. Penjelasannya mengapa begitu, menurut mama, itu adalah bagian dari sex
education. Dengan begitu anak-anak mudah dikendalikan dan bisa bicara lebih
terbuka.
Ketika papa masih muda,
kemampuan sexnya sangat prima, tetapi setelah tua vitalitasnya turun sekali.
Apalagi sekarang, papa sudah susah ereksi karena diabetes yang diidapnya.
Itulah makanya Papa menyerahkan kepada ku untuk memenuhi hasrat sex mama. Mama
mengaku hasratnya sampai setua ini masih menyala.
Kata mama, semua anak-anaknya
sejak diperawani sudah dipasangi kontrasepsi. Oleh karena itu mereka terhindar
dari hamil. Melody yang masih di bawah umur pun sudah dipagari oleh
kontrasepsi.
Aku benar-benar terhenyak
dengan pengungkapkan rahasia di keluarga Mama Margareth. Kenyataan yang
kuhadapi ini sungguh menakjubkan, Jangankan melihat, mendengarpun aku belum
pernah. Bahkan dapat cerita mengenai keluarga seperti ini aku belum pernah.
Aku memeluk dan mencium mama
lalu mengucapkan terima kasih telah diberi kepercayaan menjaga rahasia keluarga
mereka. Mendengar itu, mama terisak-isak menangis terharu. Wajahnya aku ciumi
lalu mama aku baringkan. Selimut sudah terbuka sehingga tubuh bugil kami berdua
terlihat jelas.
Mama sulit menghentikan
tangisnya, sebaliknya aku kok malah bernafsu, sehingga tak pelak tanganku mulai
meremasi dada mama yang ukurannya XXXL. Kumainkan pentilnya sampai mengeras.
Lalu aku jilati dan menghisap serta mengigit lirih. Mama mulai mengeluarkan
suara lirih tanda-tanda mulai terangsang. Sesenggukan tangis haru berubah
menjadi sesenggukan birahi.
Kedua kaki mama dibukanya
lebar-lebar. Aku menangkap bahasa tubuh itu bahwa mama ingin aku rangsang
kelaminnya dengan ciuman dan jilatanku. Karena harapan sudah dipancarkan, maka
kenikmatan akan muncul jika itu dipenuhi. Aku melakukannya tetapi tidak sampai
memberi kepuasan maksimal. Tujuanku hanya menaikkan derajat birahinya saja. Aku
menciumi sekitar bibir vagina mengigit pelan dan menarik lalu menjilati. Mama
semakin bergairah, tangannya mencengkeram sprei dan kepalanya menggeleng-geleng
sambil bersuara irama nikmat.
Aku tidak menyerang
clitorisnya. Biasanya inilah titik serangan utamaku. Dalam keadaan sudah
semakin hot aku tinggalkan bagian kelamin dan aku mengatur posisi menindih mama
dan mengarahkan penisku memasuki lubang kegairahan mam. Perlahan-lahan penisku
menguak dinding vagina mama sampai seluruhnya tercelup.
Aku berhenti sejenak lalu
melancarkan serangan ciuman di mulut mama. Ketika kosentrasi mama beralih dari
bawah ke atas, aku mulai menggoyang penisku maju mundur. Kosentrasi mama pecah
dan kembali merasa kenikmatan di vaginanya.
Persetubuhan pasca suasana haru
sampai berlinangan air mata tadi memberi dampak kepasrahan total menikmati
hubungan kasih sayang. Aku tidak lagi menilai bahwa lubang memek mama sempit
atau mencekam. Aku hanya merasa kenikmatan ketika penisku berada di dalam
lubang vagina mama yang menyayangiku. Mungkin mama pun tidak terlalu hirau oleh
posisi ku mencoblos memeknya. Di bagian mana pun dirasa nikmat karena
kepasrahan seluruh tubuh untuk menerima hubungan kasih sayang sudah demikian
total.
Hubungan sex seperti ini
memberi kenikmatan yang sangat luar biasa. Aku tidak mampu terlalu bertahan.
Mungkin hanya 10 menit akhirnya aku menyemprotkan cairan kebahagiaanku. Merasa
aku mencapai puncak, rupanya mama pun merasa kenikmatan puncaknya sampai pada
titiknya. Bukan karena clitorisnya tergerus, atau g spotnya disenggol tetapi
keikhlasanku melampiaskan hasrat sex dilakukan dengan gerakan kasih sayang.
Mama lalu menjerit panjang
beberapa saat setelah kusemprot cairan panas di dalam vaginanya.
Dapat dikatakan kami mencapai orgasme kami yang sangat bermutu secara bersamaan. Setelah itu kami memagut satu sama lain sampai akhirnya penisku keluar sendiri. Kutarik selimut dan mama langsung memelukku sampai kami tertidur pulas.
Dapat dikatakan kami mencapai orgasme kami yang sangat bermutu secara bersamaan. Setelah itu kami memagut satu sama lain sampai akhirnya penisku keluar sendiri. Kutarik selimut dan mama langsung memelukku sampai kami tertidur pulas.
Setiba kembali ke Jakarta
segera dipersiapkan pernikahanku dengan Karina. Di singkat saja ceritanya,
selesai nikah sebetulnya kami tidak perlu berbulan madu, namun mama yang
mengusulkan berbulan madu. Tetapi bulan madunya lain dari pada yang lain,
karena bukan hanya aku dan Karina yang pergi berlibur, tetapi semuanya kecuali
papa. Pilihan tempat bulan madu adalah satu resort di di Thailand Selatan, di
pulau kecil yang sangat terisolir. Resort itu khusus untuk wisatawan yang tidak
ingin diganggu liburannya.
Kami berlima menempati villa
dua kamar yang dibangun di atas air. Suasananya sangat romantis. Pengunjung
resort itu tidak terlalu banyak. Mungkin hanya kami yang tampang Asia, lainnya
orang bule. Namun cewenya ada yang orang Thai dan Jepang atau Cina.
Banyak yang bugil bersantai di
pantai. Aku seperti Joko Tarub yang dikelilingi para bidadari. Adalah si Mama
yang mengusulkan agar kami bugil saja di dalam resort. Kebetulan laut di bawah
penginapan tidak terlalu dalam, hanya setinggi pinggang jadi bisa berenang
dengan turun dari tangga di penginapan.
Aku setuju usulan mama dan
langsung terjun ke laut berenang tanpa celana. Rupanya ini mendorong lainnya
ikut-ikutan yang lain sehingga kami berlima berenang bugil di sekitar
penginapan. Airnya sejuk dan banyak ikan-ikan kecil berenang di dasar.
Selepas berenang kami mandi
bilas bersama-sama dalam satu kamar mandi. Kalau sudah telanjang begini, sudah
tidak ada lagi bedanya istri, ipar atau mertua. Semua saling merangkul, mencium
dan menghisap penisku bergantian.
Diawali oleh suasana hot di
kamar mandi jadi keterusan ke kamar. Aku dikerubuti oleh 4 orang bidadari yang
semuanya bugil dan sedang birahi. Apakah perlu aku ceritakan suasana
pertarungan dengan mereka. Kayaknya gak usah ya, nanti kepanjangan toh
ceritanya juga sama dengan sebelumnya.
Setelah selesai bertempur kami
makan bersama dengan hidangan yang diantar room service. Selesai makan aku
menikmati rokok di teras villa dengan pemandangan laut.
Aku membayangkan yang tidak
bisa terbayang, bagaimana kelak kehidupanku setelah berumah tangga dengan
Karina, dimana aku bebas menyetubuhi adik-adiknya bahkan mamanya. Apa
perkawinan itu hanya formalitas, tetapi faktanya aku pejantan mereka.
Karina menurutku cukup
sempurna, dia bisa mengurus suami, bisa masak, rajin berbenah dan meski pun
kerja kantoran, tetapi urusan di rumah tidak terbengkalai. Kami tidak mempunyai
pembantu karena tidak banyak yang barus dikerjakan. Apartemen yang cukup mewah
hadiah perkawinan dari papa Karina terawat apik berkat Karina pandai
mengelolanya.
Setelah Stefani mempunyai pacar
dan Melody setelah masuk universitas juga punya pacar. Mereka berdua jarang
lagi berhubungan denganku. Sesekali Mama Margareth masih ingin berakrab sex
denganku.
Sudah lebih dari 5 tahun Mama
tidak pernah pulang kampung, dia mengatakan rindu dengan keluarganya. Setelah
rapat keluarga, papa memutuskan mama boleh pulang kampung, tetapi papa tidak
bisa menyertai. Perjalanan ke Caracas Venezuela memang sangat panjang dan
melelahkan.
Rapat keluarga memutuskan
akulah yang harus menemani mama, karena tidak laki-laki lain dalam keluarga
setelah papa berhalangan. Aku sesungguhnya enggan melakukan perjalanan yang
sangat panjang dan jauh. Sudah kebayang betapa beratnya melawan jetlag dan
berbagai kendala di perjalanan.
Namun aku tidak bisa menolak
dan terpaksa harus mendampingi mama. Perjalanan pertama adalah Jakarta – New
York. Mama memerlukan mampir di ibukota dunia ini untuk menyambangi beberapa
sanak saudaranya yang tinggal di situ. Meskipun kami terbang dengan fasilitas
kelas satu, tetapi lamanya perjalanan itu membuat aku tetap saja bosan.
Kami tiba di Bandara JFK pada
siang hari. Di Bandara sudah dijemput oleh salah seorang ipar mama. Dia
menjemput bersama istrinya, bule cantik berambut pirang. Perjalanan dari
bandara ke Manhattan cukup lama juga karena jalanan agak macet. Mama memilih
bermalam di hotel dan menolak tidur dirumah saudara-saudaranya. Hotel The Plaza
dekat taman Central Park di tengah Manhattan cukup megah, konon ini adalah
milik Donald Trump.
Kami tinggal di New York 3
malam untuk aklimatisasi, atau menyesuaikan diri dengan iklim setempat. Siang
jadi malam dan malam jadi siang, begitulah rasanya di New York, karena
perbedaan waktu lebih lambat 12 jam dari WIB. Jadi kalau siang mata agak
ngantuk, karena tubuh masih mengikuti jam WIB yang sudah malam. Sedang kalau
malam susah tidur karena di Indonesia masih siang.
Aku diperkenalkan oleh keluarga
besar mama yang ternyata cukup banyak tinggal di New York. Silaturahmi tidak
seperti di Indonesia, tetapi pertemuan dengan dinner bersama, tertawa-tawa dan
mereka bercerita mengenai masa lalu. Aku bengong saja, karena tidak punya bahan
pembicaraan. Dinner setiap malam dari jam 8 malam sampai jam 10. Setelah itu
bubar.
Kami tidak bisa terbang
langsung dari New York ke Caracas. Ini mungkin karena perseteruan Amerika
Serikat dengan Venezuela. Pilihannya kami harus stop over di Mexico. Mama
memilih stop over di Cancun, satu kota wisata pantai yang sangat terkenal.
Cancun mungkin seperti Denpasar, yang kalah ramai dengan daerah resortnya yang
menyebar sepanjang garis pantai lautan Atlantik.
Aku dan mama menginap semalam
di Cancun di sebuah hotel di tepi pantai, kalau tidak salah ingat namanya hotel
Tropical. Tidak banyak yang bisa aku kagumi dari Cancun, karena rasanya Bali
jauh lebih indah. Mungkin wisatawannya saja yang menarik, karena mereka lebih
berani berpakaian, terutama cewek-ceweknya . Cancun bukan kota yang murah.
Selama semalam kami nginap di
hotel, kami sempatkan keluar makan malam di tempat keramaian yang merupakan
bangunan kumpulan dari cafe-cafe dan club-club. Pulangnya aku agak pusing
karena minuman Tequila, mama mungkin juga rada terpengaruh karena gelagatnya
agak kurang normal.
Jam 11 malam kembali ke hotel.
Seperti biasa aku membersihkan diri, karena badan agak lengket berkeringat.
Cancun kota yang cukup hangat. Mama mengikuti ke kamar mandi, kami berdua
telanjang dan saling menyeka. Pengaruh pandangan melihat tubuh sintal seorang
wanita meskipun tergolong STW, birahi jadi bangkit. Apalagi Mama malah
memainkan penisku dengan menggengam dan mengocoknya. Akhirnya kami bergumul di
dalam bak air hangat. Sehingga tidak dapat dielakkan, penisku terselip masuk ke
vagina mama. Aku kurang bisa bergerak leluasa, karena bak mandi yang sempit,
jadi agak repot menyetubuhi mama dalam bak. Meski begitu, penisku tetap
terbenam di dalam memek mama.
Mama kelihatannya juga kurang
puas, akhirnya kami mengeringkan badan dan melanjutkan permainan di tempat
tidur. Kami bermain berganti-ganti posisi, seperti mempratekkan kamasutra.
Namun menurutku yang paling nikmat MOT dan WOT, selebihnya hanya melelahkan dan
repot, karena gerakan kurang leluasa.
Aku bisa mencapai orgasmeku dan
mama sempat mendapat dua kali orgasme. Orgasme adalah obat tidur, karena
setelah permainan itu kami langsung tertidur sampai pagi.
Setelah sarapan pagi yang
menunya sangat mexico, kami bersiap-siap berangkat ke airport untuk penerbangan
ke Caracas.
Tiba di Caracas sudah gelap.
Ada penjemput, seorang wanita cantik yang mengacungkan papan nama isinya adalah
namaku. Kami bersalaman dan sesuai dengan unggah-ungguh disana aku harus
mencium pipi kiri dan kanannya. Dia memperkenalkan diri dengan menyebut namanya
Stevi. Seorang gadis bule, tapi berambut hitam, cantik sekali, bodynya
proporsional dan tinggi. Cewek-cewek di Venezuela terlihat cantik-cantik. Bisa
dikatakan jika ada 10 cewek yang cantik adalah 11.
Stevi adalah keponakan Mama.
Dia hanya bisa berbahasa Spanyol. Aku hanya mengerti sepotong-sepotong, kalau
mama jangan ditanya, menggerutu aja pakai bahasa gituan. Stevi menyetir sendiri
mobilnya. Aku lupa apa mereknya, tapi sedan cukup keren, kayaknya buatan
Amerika.
Stevi mengantar ke hotel dan
dia memberi waktu setengah jam saja untuk kami meletakkan koper dan merapikan
penampilan. Sebab sebuah gala dinner sudah dipersiapkan oleh keluarga besar di
sana di rumah salah seorang family mama.
Aku hanya buang air kecil saja,
sementara mama masih sempat ganti baju menyesuaikan acara makan malam. Stevi
yang turut ke kamar sempat juga melepas hajat kecilnya yang desirannya nyaring
sekali sampai terdengar keluar.
Sekitar 30 orang sudah duduk
mengelilingi meja jamuan. Aku menyalami mereka semua memperkenalkan diri.
Dinner dilaksanakan di belakang rumah di halaman terbuka. Acaranya
bakar-bakaran atau barberque .Musik latin diperdengarkan tidak terlalu keras.
Aku duduk terpisah jauh dari mama. Repotnya aku sulit ngobrol, yang karena
mereka semua kurang bisa bahasa Inggris.
Meski begitu, aku senang karena
di kiri dan kananku adalah cewek-cewek cakep. Mereka hanya senyum-senyum saja
ketika tidak mengerti ucapan inggrisku. Sekitar 2 jam kami bergembira dan
pulangnya rada puyeng karena kebanyakan minum minuman beralkohol.
Sesampai di hotel aku dan mama
langsung tertidur sampai pagi. Kami bangun lalu mandi bersama. Kami hanya
berpelukan dan saling mencium. Selesai mandi kami turun ke bawah untuk sarapan
pagi. Mama memberi tahu bahwa hari ini kami akan pindah menginap atau tinggal
di salah seorang saudara mama.
Tempat menginap itu memang agak
jauh di luar kota, tetapi merupakan resor wisata. Di tempat itu lengkap
berbagai fasilitas. Mama bercerita sambil berbisik bahwa resor itu adalah resor
nudis. Kami diberi kesempatan menginap free of charge alias gratis untuk semua
fasilitas. Maklum yang memiliki tempat itu adalah sepupu mama.
Sekitar sejam kami santai di
restoran, muncul Stevi yang melambaikan tangan di pintu masuk restoran.
Penampilannya segar, baju teng top dengan hot pan yang super pendek, sampai
lekuk bokongnya kelihatan. Kelihatannya di balik teng top dia tidak pakai BH,
sehingga teteknya berguncang geal-geol. Padahal teteknya cukup membusung.
Setelah cipika-cipiki dia duduk
satu meja, tapi menolak ikut sarapan. Kami bertiga naik kekamar membereskan
koper. Lalu turun.setelah menyelesaikan bill hotel kami melaju dengan mobil
yang dikendarai Stevi.
Lalu lintas di Caracas tidak
sepadat Jakarta, malah menurutku sangat longgar. Sekitar 45 menit, kami sampai
di resor yang letaknya seperti di dataran tinggi. Di pintu gerbang petugas
menanyai Stevi, lalu dia membukakan pintu gerbang.
Jalan masuknya lumayan panjang
juga, mungkin sekitar 1 km. Wilayah resor itu memiliki pemandangan yang indah
dan sangat terpelihara. Sebelum sampai di kantor penerimaan tamu mata ku sering
melihat orang-orang bugil sedang menikmati liburan.
Setiba di front office, saudara
mama yang memperkenalkan namanya Carlos yang merupakan pemilik resort itu
menyambut kami. Pegawainya memberi well come drink rasanya seperti sprite
tetapi di dalamnya ada daun mint. Aku teguk sekali teguk langsung habis, karena
rasanya manis segar dan dingin.
Aku dan mama diberi kamar
terpisah, malah terpisah jauh, Jika aku di sisi Barat, Mama di sisi Selatan.
Kamar yang didisain. Mas Carlos, begitu aku menyebutnya sengaja memisahkan kami
berjauhan agar kami lebih banyak bergaul dengan pengunjung.
Bangunan penginapannya cukup
bagus, rapih, bersih, dan interior serta eksteriornya khas Mexico, dengan kayu
dan batu bata yang diekspos. Di dalam kamar terdapat, tempat tidur besar, kamar
mandi yang dilapisi batu alam, teras dengan pagar dari kayu bulat.
Aku masih menyimak arsitektur
di dalam kamar, lalu melihat-lihat keluar dari teras kamarku. Suara ketukan
pintu mengejutkan. Buru-buru aku buka pintunya. Aku terkejut, ketika muncul
sosok Stevi yang sudah telanjang bulat di depan pintuku. Tanpa ragu dan malu
dia masuk ke dalam kamarku dan berbicara dalam bahasa inggris sepotong-potong
yang maksudnya aku harus membuka semua bajuku pada hari ini.
Tidak terlihat kerikuhan, Stevi
membantu membuka bajuku dengan memelorotkan celanaku sekalian celana dalamnya.
Penisku masih loyo, mungkin karena ikut terkejut. Ditoelnya penisku yang masih
lemas berkali-kali sampai akhirnya bangun. Aku membalas dengan memelintir pentil
susunya kiri dan kanan. “”Wow…..” katanya.
Birahiku jadi bangkit, mungkin
Stevi juga. Kami berciuman lekat sekali sambil berdiri. Harus diakui permainan
pagutannya luar biasa. Aku jadi lupa daratan dan langsung meremas teteknya yang
cukup menggunung dan menantang. Puas meremas aku melakukan kerajinan tangan di
selangkangannya. Terasa berlendir celahnya. Tanpa menunggu lama, aku cucukkan
penisku sambil berdiri masuk ke lubang vaginanya. Terasa hangat dan lumayan
mencekat. Kusandarkan Stevi ke dinding lalu aku genjot. Dia mengerang-ngerang.
Aku tidak peduli apakah itu pura-pura atau memang sungguhan.
Cukup lama main berdiri,
lututku jadi lemas. Sambil penisku masih tertancap aku gedong Stevi dan kami
rebah ke tempat tidur lalu meneruskan genjotan. Rasa persetubuhannya jadi makin
nyaman dan aku benar-benar bisa menikmati genggaman memeknya dan memperhatikan
bentuk tubuhnya yang memang aduhai.
Mungkin aku bermain sekitar 15
menit. Stevi bisa juga mendapat orgasme bersamaan dengan ku. Dia menciumiku dan
entah apa yang disebutkan tapi aku mengira-ira dia memujiku dari permainan
singkat itu.
Kami lalu sama-sama
membersihkan diri dan setelah berhanduk, Stevi menggandengku menuju ruang
makan. Disana terlihat semua orang sudah bugil sambil menikmati makan siang yang
disiapkan secara prasmanan. Mama menyambutku sambil senyum-senyum. Dia juga
bugil.
Ada sekitar 20 orang di dalam
ruang makan itu, sebagian besar masih muda-muda. Cowoknya ganteng-ganteng dan
ceweknya cantik-cantik pula. Tuan rumah terlihat duduk diapit dua cewek
cake-cakep. Aku tidak melihat istrinya. Rupanya istrinya mondar-mandir mengatur
hidangan sambil berjalan bugil. Dia tidak hirau, suaminya sedang bercengkerama
dengan cewek-cewek cantik.
Aku digandeng Stevi dan
diperkenalkan kepada yang hadir di situ. Mereka berbeda dengan yang ikut makan
malam. Cukup bersahabat para nudist yang berkumpul di rumah ini. Stevi
memperkenalkan aku ke cewek yang tak kalah cantiknya bernama Silvya. Aku
telanjang dia telanjang, jadi tidak ada yang dirahasiakan. Aku berusaha
berpenampilan biasa, dan untungnya tadi habis bertempur, jadi birahiku lumayan
terkendali berada di tengah-tengah orang telanjang. Cewek ini kata Stevi akan
mendampingiku berkeliling halaman rumah untuk menunjukkan berbagai fasilitas.
Area kaum liburan kaum nudist
yang aku kelilingi cukup luas, kata Silvy sekitar 10 ha. Ada pondok-pondok
kecil untuk istirahat, ada telaga untuk bermain kano lalu bisa juga memancing.
Aku dan Silvy berkeliling dengan kendaraan ATV. Dia yang mengendarai aku
membonceng. Tidak bisa dihindarkan aku duduk merapat ke tubuhnya dan aku
memeluknya dari belakang. Tanganku kadang-kadang menyentuh jembutnya. Dari pada
pura-pura aku sentuh saja gundukan kemaluannya yang berbulu lumayan lebat.
Tidak hanya menyentuh tapi aku
juga berkesempatan menyelipkan jariku ke dalam lipatan memeknya. Silvy hanya
menggoyang-goyang badannya. Dia berbicara yang hanya sepotong aku pahami. Yang
jelas memeknya berlendir. Sambil dia menunjukkan fasilitas di situ aku meremasi
teteknya yang mengkel. Silvy usianya 21 tahun. Akibat tanganku tidak bisa
anteng, maka penisku jadi makin mengeras dan menyodok bagian belakang pantatnya
yang montok.
Kami sering bertemu para nudist
yang selalu memberi salam dengan melambaikan tangannya. Mereka tidak hanya
berjalan-jalan, tetapi ada juga yang bermesraan di kerimbunan semak sambil
membeber kain untuk alas. Menurut Silvy di taman nudist ini pengunjung bebas
bertelanjang dan melakukan hubungan sex dengan siapa saja asal tidak ada
paksaan.sex
Silvy sedikit-sedikit bisa
bahasa Inggris, sehingga dia bercerita dengan bahasa campur-campur. Kami
berhenti di sisi telaga yang paling jauh. Suasana masih sepi. Silvy mengajakku
berjalan-jalan di tepi telaga. Aku turun dari ATV dengan agak canggung,
berhubung penisku tegang. Apa mau dikata, aku santai saja jalan sambil penisku
ngacung ke depan. Silvy hanya tersenyum melihat penisku siap tempur.
Digandengnya penisku lalu dia mengajakku masuk ke semak-semak. Ada jalan kecil
yang terawat rapi dan akhirnya kami menemukan tangga yang menaiki rumah di atas
pohon. Silvy mengajakku naik ke atas. Silvy naik mendahuluiku, sehingga aku
mendapat pemandangan celah selangkangannya dari bawah, karena model tangganya
adalah tangga tegak lurus. Cukup tinggi juga, sehingga dari pondok diatas pohon
kami bisa melihat sekeliling.
Silvy kayaknya sengaja pasang
posisi, karena dia merangkak di depanku. Tanpa minta izin aku pegang bongkahan
pantatnya lalu aku tancapkan penisku memasuki lubang vaginanya. Silvy melenguh
ketika merasakan memeknya aku tusuk dari belakang. Dia lalu menggoyang
pantatnya maju mundur. Aku menyetubuhinya dengan posisi doggy sambil
melihat-lihat pemandangan sekeliling. Unik juga main di tempat beginian. Posisi
doggy hanya berlangsung 5 menit, lalu diteruskan dengan posisi MOT. Cukup lama
juga kami main sampai kami puas dan aku melepas mani ku didalam memeknya.
Selepas itu kami istirahat
sambil menyaksikan pemandangan dari atas ke sekeliling wilayah peristirahatan.
Dari beberapa sudut aku sempat menangkap pemandangan orang lagi berhubungan
sex, ada yang sepasang, ada yang rame-rame. Yang membuatku agak kaget di salah
satu sudut semak aku melihat sekumpulan anak di kisaran usia 10 – 13 tahun
mungkin ada 5 anak, 3 diantaranya perempuan. Mereka sedang asyik bercumbu dan
ada pula yang bersetubuh.
Tempat mereka memang agak
tersembunyi, tetapi dari celah-celah daun aku dapat melihat kegiatan mereka.
Mungkin mereka tidak sadar jika ada yang mengintai. Aku gamit Silvy untuk
melihat pemandangan yang menurutku menakjubkan. Silvy senyum saja. Di sini
seperti itu sudah biasa katanya.
Silvy lalu mengajaku turun dan
dia lalu menggandengku menuju tempat anak-anak tadi lagi “bermain”. Suara
gemerisik, kaki kami menginjak daun kering membuat anak-anak itu melihat
kedatangan kami. Silvy lalu memberi salam “ hola” yang dijawab anak-anak itu
dengan sebutan yang sama.
Mereka tidak merasa terganggu
sama sekali dengan kehadiran kami. Yang lagi ngentot, terus aja ngentot, yang
lagi meremas-remas ya lanjut. Silvy ngomong ke anak-anak itu bahwa aku dan dia
mau gabung, apa boleh. Kelima anak-anak itu secara hampir bersamaan mengangguk
dan mempersilakan kami gabung.
Silvy menarik anak laki-laki
yang kutaksir baru berusia 12 tahun. Mungkin Silvy mengatakan akan mengajarinya
menjilat memek, karena Silvy menarik anak itu ke kangkangan kakinya dan memberi
instruksi untuk melakukan oral. Berkali-kali Silvy memberi arahan agar anak
didiknya menjilati tempat yang sensiitif.
Aku bengong melihat adegan itu,
seorang cewek yang tubuhnya masih kecil, teteknya saja baru membengkak kecil
dengan pentil yang tumbuh lancip. Dia mengatakan kira-kira minta izin mengisap
penisku. Aku persilakan dia melakukan keinginannya. Dia melakukan oral sangat
mahir, dijilati penisku yang masih loyo, lalu. Melomot kantong zakarku dan
dijilatinya. Dia berkomentar, seperti yang diterjemahkan Silvy bahwa penisku
bau sperma dan cairan vagina. Silvy yang menjawab bahwa baru saja dia “main’
denganku.
Sensasi dijilati anak di bawah
umur memberi rangsangan yang sangat kuat. Penisku langsung bangun
perlahan-lahan sampai akhirnya tegang maksimal. Eh anak itu berhenti malah
tepuk tangan senang. Mungkin dia senang karena berhasil membangunkan penisku.
Lainnya lalu menyarankan dia memasukkan penisku ke memeknya yang masih gundul
dan belahannya masih rapat. Aku didorongnyanya agar berbaring lalu dia duduk di
atas penisku, membimbing kepala penisku memasuki lubang memeknya.
Perlahan-lahan dia rendahkan badannya sehingga penisku makin terbenam. Cukup
banyak juga batang penisku terbenam di memeknya meski tidak sampi mentok, alias
penisku masuk semua, karena aku merasa kepala penisku menyundul halangan.
Halangan itu bukan selaput
perawan, karena dia sudah jebol. Anak ini memperkenalkan diri sambil bergerak
naik turun dengan menyebut namanya Amanda. Heran juga aku melihat anak yang
baru numbuh tetek sudah main dengan lihainya diatas tubuhku. Memeknya terasa
mencekat, tetapi lubangnya licin. Cukup lama dia menggenjot diatas, sampai dia
merasa lelah. Lalu berhenti dan melepas memeknya dari penisku. Aku belum
klimaks dan rasanya si Amanda pun belum juga mencapai klimaksnya
.
Dia rupanya memberi kesempatan
temannya yang usianya lebih tua. Ini kelihatan karena susunya sudah lebih besar
dan di ujung lipatan memeknya sudah tumbuh sedikit rambut. Dia mengangkang di
atasku lalu memasukkan penisku ke memeknya. Memeknya licin dan penisku langsung
ambles sepenuhnya sampai mentok. Sambil bergoyang dia cium aku dan menyebut
namanya Velany. Enak juga memeknya, rasanya cukup menggigit dan takjub melihat
bibir memeknya sampai agak monyong karena dipaksa menerima penisku yang terlalu
besar bagi memeknya.
Agak lama kami bermain sampai
dia mencapai klimaksnya dan rebah ke tubuhku. Setelah itu dia berdiri dan
posisinya diganti oleh satu lagi temannya. Kayaknya usianya diantara si Amanda
dengan Velany. Teteknya sudah tumbuh tapi masih kecil gundukannya, Memeknya
sudah cukup banyak bulunya. Mukanya imut dan rambutnya hitam seperti jembutnya.
Dia melihat batangku masih kokoh berdiri lalu dimasukkan ke memeknya. Dia tidak
mau bermain diatasku dan minta aku menindihnya. Aku turuti kemauannya. Badannya
terasa kecil di bawah tindihan tubuhku. Kepalanya saja tepat di dadaku. Aku
menggenjot memeknya yang sudah terasa licin. Memek anak ini yang memperkenalkan
namanya Sisil, terasa terlalu licin, sehingga kesannya longgar.
Aku lepas penisku dari memeknya
dan mengambil sembarang kain yang ada di situ, lalu aku melap penisku yang
berlumuran cairan memeknya. Setelah itu pelan-pelan aku masukkan lagi. Sekarang
terasa agak kesat dan mengigit. Lumayan juga rasanya seperti memek yang baru
diperawani. Aku bermain terus sampai akhirnya aku ejakulasi. Aku rasa si Sisil
belum mencapai orgasme, karena tanda-tandanya tidak aku rasakan. Badanku lemas
karena setengah hari ini aku sudah nembak 3 kali. Aku duduk bersila dan
memperhatikan dua anak laki laki yang penisnya masih kecil bermain di memek
Silvy dan yang satu sedang merintih nikmat di oral .
Kedua anak itu berganti-gantian
menjajal lubang atas dan lubang bawah Silvy, sampai keduanya mencapai puncak
kenikmatannya. Hujan tiba-tiba seperti tumpah dari langit, membuat aku
terkejut, tetapi yang lainnya tenang -tenang saja. Malah anak-anak itu
berlarian bermain hujan. Aku baru sadar, apa yang perlu dikhawatirkan, karena
kondisi kami kan bugil, jadi tidak perlu takut baju basah.
Aku dan Silvy kembali ke ATV
dan dia mengarahkan pulang ke hotel. Silvy adalah salah satu pegawai di hotel
yang bertugas sebagai pemandu tamu-tamu. Dia bercerita Stevi juga petugas di
resor itu. Dia mengantarkan aku kembali ke kamar dan kesempatan itu kami mandi
bersama di kamar mandi dengan pancuran air hangat.
Menurut Silvy, jika aku
berminat “main” dengan pengunjung disitu, dan kesulitan berkomunikasi, dia
dengan senang hati akan membantu. Menurut Silvy, banyak cewek yang bakal mau
diajak kecan oleh ku karena aku adalah pria tampang Asia yang jarang-jarang ada
di resor itu.
Aku dan mama tinggal di situ
selama 12 hari. Aku puas setiap hari berganti-ganti pasangan. Sebagian besar si
Silvy yang mengkomunikasikan dengan targetku. Pernah aku main dengan 2 cewek
yang merupakan anak dan ibunya. Ibunya berusia sekitar 35 dan anaknya umur 12
tahun cewek. Kami main bertiga di kamarnya. Suaminya yang ada di situ
tenang-tenang saja dan mengetahui istri dan anaknya aku embat.
Selama di resort itu aku
puas-puaskan bermain dengan anak-anak di bawah umur, karena mereka
cantik-cantik dan di negaraku anak seperti itu susah di dapat. Pernah sekali
aku menemukan anak usia mungkin antara 9 atau 10 tahun. Lha teteknya aja belum
numbuh. Dia mendekatiku dan minta digendong dan mengajak aku masuk ke kamarku.
Dia rupanya ingin merasai penisku pula. Aku tadinya menolak karena anak ini
terlalu kecil untuk di ewek, tapi dia bilang sudah beberapa kali main dengan
laki-laki dewasa. Gila juga dia yang berinisiatif memasukkan penisku ke dalam
memeknya. Meski belum akil balik, tetapi memeknya sudah mampu menampung penisku
yang terlalu besar bagi belahan memeknya
.
Sedikitpun dia tidak merasa
sakit, malah menggenjotku bersemangat. Lucu juga aku melihatnya sehingga dengan
kamera Hpku aku mengabadikan dia sedang di atasku berkali-kali.,
Itukan pengalaman yang
enak-enak. Ada juga yang agak kurang enak, ketika beberapa kali nenek-nenek
mengajakku berhubungan dengan alasan mereka ingin merasakan penis asia. Ada
yang paling tua kutaksir umurnya sudah lebih dari 60 tahun. Dia membawa jelly
pelicin untuk membantu memperlancar penisku memasuki vaginanya. Meski
nenek-nenek tapi nafsunya hot juga. Dia bisa juga meraih orgasme, sementara aku
sulit. Memeknya sih memang tidak terlalu kendor, tetapi badannya sudah pada
kendor, sehingga selama main, pemandangan yang disuguhkan kurang menggairahkan.
Adegan lucu dan unik pernah
juga kualami ketika semalaman aku harus bermain dengan 3 nenek-nenek. Teteknya
sih besar-besar, tapi sayangnya sudah bergelayut, sehingga kalau diremas
seperti balon berisi air yang kurang kenyal. Mereka bertiga bermain
mengerrubutiku. Aku mau melayani mereka karena ini adalah peluang yang langka,
main orgy dengan nenek-nenek bule. Aku rasa genggaman memek perempuan tua tidak
terlalu beda dengan wanita dewasa, cukup nikmat juga koq. Namun yang membedakan
adalah bodynya yang sudah kendor, sehingga kalau dipandang agak kurang
menggairahkan.
Selama 12 hari, tiada hari
tanpa”main”. Malah sehari bisa 3 – 4 kali crot. Setelah kami meninggalkan
Caracas menuju pulang Jakarta. Aku banyak tertidur salama di pesawat. Rasanya
tenagaku seperti habis terkuras



