Tubuhku Diservice Tekinisi
“Halo dengan toko powell
komputer?”
“Iya halo juga,” suara laki-laki menyambut diseberang sana.
“Maaf dengan siapa saya bicara?”
“Dengan Didit, bisa saya bantu?”
“Komputer saya error nih windowsnya bisa dibantu?”
“Oo bisa””Kapan Didit bisa ke tempat saya untuk service?”
“Sekarang juga bisa”
“Ok kalau gitu saya tunggu. Alamatnya di..”
“Ok saya langsung kesana
“Maaf dengan siapa saya bicara?”
“Dengan Didit, bisa saya bantu?”
“Komputer saya error nih windowsnya bisa dibantu?”
“Oo bisa””Kapan Didit bisa ke tempat saya untuk service?”
“Sekarang juga bisa”
“Ok kalau gitu saya tunggu. Alamatnya di..”
“Ok saya langsung kesana
”
Sebenarnya beberapa saat lagi
aku harus pergi ke pesta sehingga aku harus siap-siap merias wajah dan berpakaian
pesta. Saat itu aku mengenakan gaun backless cukup pendek yang diikat tali
dibelakang leher berwarna pink sehingga memamerkan bagian paha aku yang cukup
membuat laki-laki menelan air liurnya. Selain memamerkan paha saya, punggung
saya terbuka hingga lekukan pinggang. Setiap orang yang melihat pasti tahu
kalau saat itu saya tidak mengenakan bra sama sekali. Tapi saya mengenakan CD
g-string berwarna pink serta sarung tangan panjang warna putih sampai di siku
lengan.
Terkadang saya suka khawatir
kalau ada mata yang menatap lekat bagian pangkal paha saya, karena saya
membiarkan semua yang tumbuh disana liar tanpa sentuhan tangan manusia sama
sekali. Sepatu hak tinggi berwarna putih juga menghiasi kakiku yang cukup
serasi dengan warna putih juga.
Setelah selesai aku duduk di
sofa menunggu kedatangan Didit sambil nonton TV dan menghisap rokok marlboro
hijau. Dan tidak lama kemudian aku mendengar ketukan dipintu.
“Siapa??”
“Maaf apa ini dengan Tante Eliza?”
“Iya betul,” kujawab sambil membukakan pintu apartment.
“Anda siapa?” kutatap seorang pribumi yang lebih tinggi sedikit dari aku dan berkulit agak kehitaman. Kulihat dia agak sedikit bingung dengan penampilan diriku.
“Ehmm saya dari Powell Komputer”
“Oh silakan masuk,” sambil menutup pintu dan berjalan mendekati komputer yang ada di ruang tamu dekat dengan sofa.
“Maaf apa ini dengan Tante Eliza?”
“Iya betul,” kujawab sambil membukakan pintu apartment.
“Anda siapa?” kutatap seorang pribumi yang lebih tinggi sedikit dari aku dan berkulit agak kehitaman. Kulihat dia agak sedikit bingung dengan penampilan diriku.
“Ehmm saya dari Powell Komputer”
“Oh silakan masuk,” sambil menutup pintu dan berjalan mendekati komputer yang ada di ruang tamu dekat dengan sofa.
“Ini komputernya yang error”
Dari caranya berjalan dan tutur
katanya, aku dapat menilai kalau dia sedikit pangling dan grogi berdekatan
dengan diriku. Setelah tiba di hadapan komputer, dia langsung menekan tombol
power dan berkata.
“Saya cek dulu Tante”
“Silahkan”
“Silahkan”
Kemudian aku duduk di sofa dan
melanjutkan nonton fashion TV. Aku tidak menyadari kalau sesekali matanya
melirik ke aku yang mengenakan gaun sexy itu. Aku menumpangkan kaki kiri ke
kaki kanan sehingga bagian bawah gaun aku sedikit tertarik keatas, membuat paha
aku semakin nikmat ditonton oleh laki-laki pribumi itu.
“Ehmm Tante bisa nggak
komputernya diformat, soalnya harus diinstall lagi”
Aku tahu dari awal bahwa memang
dia ingin menatap tubuh aku yang sintal bukan untuk menanyakan hal itu.
Akhirnya aku mempersilahkan
duduk di sofa tempat dimana aku duduk di sebelahnya karena aku tidak terbiasa
berbicara dengan berteriak.
“Ehmm iya Tante” dia berjalan
sambil menatap paha aku yang terlihat sangat mulus sekali.
“Berapa lama untuk install komputer?”
“Paling lama 2 jam Tante, kalau boleh tahu memang kenapa Tante??”
“Berapa lama untuk install komputer?”
“Paling lama 2 jam Tante, kalau boleh tahu memang kenapa Tante??”
Dia mencoba untuk memperbanyak
omongan karena dia masih ingin duduk di dekatku yang mengeluarkan bau harum
sekali.
“Soalnya Tante harus segera
pergi ke pesta 15 menit lagi”
Aku menurunkan kaki dan
mengambil minuman di meja dengan setengah membungkuk.
“Didit mau minum apa?” kulihat
dia tampak bingung dengan pandangan tertuju ke kakiku.
“Mau Tante”
“Air putih atau soft drink”
“Terserah Tante aja”
Aku kemudian meneguk minuman di
gelas dan meletakkan di meja sambil mengambil bungkusan rokok marlboro dan
mengeluarkan isinya. Kemudian sebatang rokok terselip di bibir aku dan aku
tampak kebingungan mencari korek yang tertinggal entah dimana. Didit melihat
aku mencari korek yang tidak ketemu, kemudian dia langsung menyodorkan zippo.
“Nich Tante”
Kumemajukan sedikit tubuhku
sehingga gaunku yang belahan dadanya rendah memamerkan tetekku yang tidak
memakai BH. Setelah rokok tersulut aku lemparkan senyum kecil.
“Makasih dit,” sambil
menghembuskan asap rokok.
Aku tahu persis jika Didit saat
itu terpesona dengan tetek yang menantang di dadaku itu.
“Kalau mau ngerokok isap saja,”
aku mengambil bungkus marlboro hijau dan membukanya tapi ternyata kosong.
“Ehhmm saya ada Tante, saya suka yang merah” matanya tetap melalap tetekku dengan tidak peduli kalau aku melihatnya.
“Ehhmm saya ada Tante, saya suka yang merah” matanya tetap melalap tetekku dengan tidak peduli kalau aku melihatnya.
“Sebentar ya dit Tante ambil minuman dulu”
Aku berjalan ke dapur dengan
melenggak-lenggokkan bongkahan pantatku yang aduhai ini.
“Iya Tante,” jawabnya dan aku
yakin sekali kalau Didit melihat pantatku yang melenggak lenggok itu.
Aku kembali membawa sekaleng
coke dan sedotan kemudian duduk di sebelah kiri Didit, tanpa kusadar posisi
dudukku sangat dekat sekali dengannya. Kuberikan minuman itu ke tangannya.
“Makasih Tante, kirain mo
dikasih minuman yang seger-seger Tante,” katanya sambil tersenyum.
“Didit bukannya bilang dari tadi, minuman apa yang Didit mau?” kupancing arah pembicaraannya dengan sedikit menjurus sambil mengikat rambutku yang panjang dengan model ekor kuda sehingga memamerkan ketiakku yang mulus tanpa bulu itu.
“Didit bukannya bilang dari tadi, minuman apa yang Didit mau?” kupancing arah pembicaraannya dengan sedikit menjurus sambil mengikat rambutku yang panjang dengan model ekor kuda sehingga memamerkan ketiakku yang mulus tanpa bulu itu.
“Minum susunya,” jawab Didit
yang mulai mencoba menggoda aku.
Yang terbersit dalam pikiranku
saat itu adalah pasti Didit berpikir kalau ketiak aku saja mulus apalagi
sesuatu yang tersembunyi di dalam selangkanganku.
“Sorry Dit, Tante belom belanja
ke supermarket jadi nggak ada susu” jawabku pura-pura dan kembali menghisap
rokok sampai pipiku terlihat kempot.
“Ada kok Tante” matanya melirik ke tetekku.
“Tadi Tante nggak ngeliat di kulkas ada susu,” jawabku semakin ingin tahu adakah rasa keberanian laki-laki pribumi ini terhadap seorang wanita chinese yang begitu aduhai.
“Ada kok Tante” matanya melirik ke tetekku.
“Tadi Tante nggak ngeliat di kulkas ada susu,” jawabku semakin ingin tahu adakah rasa keberanian laki-laki pribumi ini terhadap seorang wanita chinese yang begitu aduhai.
Kemudian aku melanjutkan
mengikat rambut dengan kedua tangan, tapi rokok tersebut masih melekat di
bibirku.
“Ada Tante masa Tante nggak
sadar sich kalau ada?” jawab Didit sekenanya karena aku yang selalu menantang
terus.
Kusudahi sandiwaraku dengan
menjawab, “Iihh Didit.. Ini kan punya Om” aku sambil tersenyum kecil.
“Oo punya Om yahh.. Kalau saya
minta dikit gimana Tante” sambil tersenyum nakal.
“Nggak boleh, nih kalau mau keringat di ketiak Tante” tangan kiriku menunjuk ketiak kanan yang masih terpampang jelas karena belum selesai mengikat rambut.
“Nggak apa-apa Tante asal ada bonusnya aja,” jawabnya yang semakin bersemangat.
“Apa sih bonusnya”
“Nggak boleh, nih kalau mau keringat di ketiak Tante” tangan kiriku menunjuk ketiak kanan yang masih terpampang jelas karena belum selesai mengikat rambut.
“Nggak apa-apa Tante asal ada bonusnya aja,” jawabnya yang semakin bersemangat.
“Apa sih bonusnya”
Aku mulai tersenyum binal. Aku
saat itu sudah tidak ingat daratan lagi, karena selama ini aku selalu tidak
mendapat kepuasan baik dari suami ataupun pacarku sebelum aku married yang
keturunan chinese. Hari ini aku ingin mencoba kemampuan seorang pribumi yang
pekerjaannya hanyalah sebagai teknisi. Perlu diketahui bahwa apartment itu
adalah apartment yang kubeli secara sembunyi-sembunyi, sehingga suami aku,
orang tuaku dan saudaraku tidak mengetahuinya.
“Susu itu tadi Tante”
“Susu nggak boleh Dit, kalau mau keringat ketiak Tante nih”
“Masa nggak dapet bonusnya Tante?”
“Nggak ada bonus, hihihi” jawabku sambil tertawa kecil.
“Susu nggak boleh Dit, kalau mau keringat ketiak Tante nih”
“Masa nggak dapet bonusnya Tante?”
“Nggak ada bonus, hihihi” jawabku sambil tertawa kecil.
Aku tahu persis Didit sedang
berusaha bagaimana caranya agar mendapatkan tetekku.
“Iya dech asal ketiak Tante mau
dielus-elus” sambil tersenyum.
Aku mematikan rokok di asbak
dan kembali bersandar sambil mengangkat kedua tanganku dan menekuk meraih
sandaran sofa.
“Mau elus yang kiri, tapi jilat
yang kanan” saat ini aku memang sudah terbakar untuk mereguk kenikmatan dari
pribumi ini.
“Yang bener nich Tante?”
“Yang bener nich Tante?”
Didit mulai meraba ketiakku
sampai mendekati tetekku yang sebelah kanan.
“Gelii Ditt” aku mulai merasa
geli sambil menggeliatkan badan dan kedua tanganku yang memegang sandaran sofa
mencengkram erat sekali.
“Achh nggak apa-apa kok Tante” sambil terus mengelus-elus ketiak kanan dan mulai melebar hingga mencapai pinggiran tetekku yang kanan.
“Udah Ditt gelii” badanku mulai melenting-lenting kedepan sehingga kedua tetekku semakin tampak menantang yang berukuran 34B ini.
“Achh nggak apa-apa kok Tante” sambil terus mengelus-elus ketiak kanan dan mulai melebar hingga mencapai pinggiran tetekku yang kanan.
“Udah Ditt gelii” badanku mulai melenting-lenting kedepan sehingga kedua tetekku semakin tampak menantang yang berukuran 34B ini.
“Kan belum dijilat Tante, masa mau udahan” tangan kiriku berusaha mendorong tangan Didit yang masih berada disekitar ketiak dan pinggiran tetekku.
“Udah deh gelii Tante nggak tahan” tangan kananku mulai merengkuh bahu kanannya.
Kemudian Didit mengubah posisi
dari jilatin ketiakku sampai pinggiran tetekku yang masih berlapiskan gaun
satin itu dan memainkan lidahnya di pinggiran tetekku.
“Didit udah dong Tante kegelian
nih”
Tangan kanannya yang sedang
asyik mengelus-elus ketiak kiriku mulai ada dipinggiran tetekku yang sebelah
kiri sambil meremas-remas lembut tetek kiriku. Aku tertawa menahan rasa geli
yang teramat sangat sambil tangan kananku meremas-remas rambut Didit yang licin
karena aku menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan licin.
Didit tampaknya tahu kalau aku
mulai terangsang maka kedua tangannya saat ini sedang meremas-remas lembut
kedua tetekku.
“Sebentar lagi enak kok Tante”
Lidah dan bibir tidak ada
henti-hentinya mempermainkan ketiak kanan plus pinggiran tetek kananku sehingga
kepalanya terjepit di sela-sela ketiak kananku yang memegang bahunya sambil
meremas-remas kaos yang dipakainya karena menahan geli. Saat itu aku ingin tahu
kelanjutan keberanian Didit untuk menikmati tubuhku yang mulus ini dengan
berusaha bangkit berdiri.
“Udah stopp!!”
Ternyata Didit menahan tubuhku
untuk berdiri, kedua tangannya semakin liar meremas-remasnya dikedua tetekku
yang masih terbungkus gaun satinku. Kemudian mulutnya pun mulai mengarah ke
tetek kananku. Tangan kiriku mendorong kepalanya dan tangan kananku menampar
pipi kanannya.
“Plakk!!”
“Apa yang Didit lakukan hah!!”
“Apa yang Didit lakukan hah!!”
Aku mencoba berpura-pura, dan
menunggu keberaniannya untuk menikmati wanita chinese yang selama ini tidak
pernah diperlakukan atau disentuh oleh laki-laki pribumi apalagi seperti Didit
yang hanyalah seorang teknisi. Ternyata tindakanku tadi membuatnya semakin
garang. Kedua tangannya kembali hinggap dan meremas-remas tetekku dua-duanya,
terkadang memainkan puting dari luar gaun satinku.
“Oohh Ditt.. Ampunn jangan
terusinn Tante mau ke pestaa” kata-kataku mulai terbata-terbata menahan rasa
tegangan yang mulai mengalir ke ubun-ubun.
“Kita pesta sendiri saja Tante”
“Kita pesta sendiri saja Tante”
Tangan Didit masih memainkan
kedua putingku, dan mulutnya bergerak semakin mendekat ke tetek kananku. Didit
mulai membuka ikatan gaun satinku yang berada dibelakang leher agar mulutnya
dapat melahap bebas kedua tetekku yang tidak memakai BH. Setelah gaunku merosot
hingga ke perut mulutnya langsung mengulum habis tetek kananku yang terlihat
putingnya berwarna merah kecoklatan.
“Sshh bajingan kamu Ditt..”
Aku mulai mendesah keenakan.
Lidahnya bergerak dengan lincah memainkan puting tetek kananku itu. Sedangkan
tangannya yang satunya meremas-remas lembut tetekku yang sebelah kiri.
“Bajunya jangan diberantakin
Dit.. Sshh.. Nanti Tante harus pergii.. Oohh”
Setelah puas dengan tetekku
yang kanan mulutnya pindah ke tetek kiriku. Sedangkan tetekku yang kanan
dimainkan dengan tangan kirinya.
“Suka ngisep tetek cina Ditt
sshh” kupancing Didit dengan kata-kata yang menggairahkan sambil kedua mataku
terpejam.
“Suka banget Tante” Didit semakin kuat menyedot-nyedot tetek kiriku.
“Pernah ngentotin wanita cina nggak Ditt aahh”
“Belum Tante..”
“Suka banget Tante” Didit semakin kuat menyedot-nyedot tetek kiriku.
“Pernah ngentotin wanita cina nggak Ditt aahh”
“Belum Tante..”
Kedua tanganku meremas-remas
rambut Didit yang terasa sangat licin karena sarung tangan satin yang kupakai.
Tangannya berpindah meraba dari
perut sampai bagian bawah gaunku yang sudah tersingkap kemana-mana. Didit
mengelus-elus terus paha kananku bagian dalam. Sedangkan mulutnya pun tidak
pernah diam untuk memainkan tetek kiriku.
“Kalau mau ngentotin cina,
Tante kasih waktu 10 menit Dit.. Mmhh” aku meregangkan kedua pahaku sehingga terbuka
lebar.
“Nggak cukup Tante..”
“Nggak cukup Tante..”
Tangannya mulai semakin keatas
paha bagian dalam, hingga tangannya menyentuh CD g-string ku. Jari tengahnya
mencoba bermain diatas CD g-string ku.
“Harus cukup Ditt.. Sshh oohh..
Besok bisa dilanjutin lagi.. Mmhh” sambil terpejam nikmat.
“Maunya saya sekarang Tante”
“Maunya saya sekarang Tante”
Tangannya mulai mengelus-elus
lembut diatas CD g-string ku yang mulai basah. Kadang mengelus-elus kadang
Didit menekan-menekan sedikit
pas diatas memekku yang berjembut lebat sehingga CD g-string ku tidak dapat
menutupi lebatnya jembutku ini. Jembutku yang tidak tertutup CD g-string ku
juga sesekali terkena usapan.
“Tante harus pergi.. Sshh..
Kalau tidak pergi.. Besok Didit nggak bisa ngentotin Tante lagi.. Oohh..”
rangsangan yang kudapat begitu hebatnya.
“Besok yah besok Tante, sekarang kita ngentot aja” tangannya masih terus mengusap memekku dari luar CD.
“Besok yah besok Tante, sekarang kita ngentot aja” tangannya masih terus mengusap memekku dari luar CD.
Didit semakin memberanikan
diri, bukan tangan saja, tetapi jari-jarinya dimasukin ke CD g-string supaya
menyentuh langsung ke bibir memekku.
“Sshh Ditt.. Tante bisa
digampar Om kalau nggak pergi sekarang.. Makanya tolong Tante.. Mmhh.. Kalau
mau entotin Tante.. SEKARANG!!” aku berteriak saking tidak dapat menahan
rangsangan.
“Ok Tante”
“Ok Tante”
Didit mulai menarik CD g-string
ku hingga lepas, tapi aku tetap mengenakan sepatu hak tinggiku. Posisiku saat
itu masih bersandar disofa dengan pakaian yang sudah tidak karuan lagi. Didit
menatap kawah yang sudah amat sangat basah itu dan tercium bau harum ciri khas
memek.
“Bentar Tante aku mau bikin
Tante semakin horney lagi..”
“CEPETAN BAJINGAN,” teriakku semakin tidak sabar.
“CEPETAN BAJINGAN,” teriakku semakin tidak sabar.
Mulutnya mulai menciumi dari
paha dan akhirnya tertuju ke terminalnya atau memekku. Lidahnya langsung
menyentuh pinggiran memekku.
“Aahh,” aku berteriak sambil
menggeliat.
Akhirnya Didit mulai menjilat memekku dari bagian pinggir. Tanganku menarik kepalanya semakin dalam terbenam di selangkanganku. Sesekali mulutnya menyedot-nyedot bagian dalam memekku.
“Aahhnjingg enakkhh”
Aku meremas rambutnya dengan dua tanganku yang memakai sarung tangan. Lidahnya mulai bermain di itilku yang sudah membesar itu sambil terkadang disedot-sedot.
Akhirnya Didit mulai menjilat memekku dari bagian pinggir. Tanganku menarik kepalanya semakin dalam terbenam di selangkanganku. Sesekali mulutnya menyedot-nyedot bagian dalam memekku.
“Aahhnjingg enakkhh”
Aku meremas rambutnya dengan dua tanganku yang memakai sarung tangan. Lidahnya mulai bermain di itilku yang sudah membesar itu sambil terkadang disedot-sedot.
“Bajingann.. Terussinn aahh cepett”
Badanku menggeliat-menggeliat
tidak karuan ke sana kemari. Lidahnya terus bermain didalam memekku, kedua
tangannya juga mengangkat kedua kakiku agar mudah lidahnya menjilati setiap
bagian dari memekku. Dia trus bermain di memekku dengan rakusnya. Tangan Tante
kiriku akhirnya memegang betis kiri dan tangan kanan memegang betis kanan
sehingga kedua kakiku saat itu terangkat keatas membentuk huruf V untuk
memudahkannya melahap habis memekku.
“Terusshh” aku semakin bernafsu
karena selama ini aku belum pernah merasakan dijilat memeknya. Didit terus
menjilat memekku yang sudah basah sekali dari bawah keatas, dari atas kebawah
terus diulang-ulang. Badanku tergetar-getar dan kepalaku menggeleng terus ke
kiri dan kekanan, sedangkan pinggulku berputar-putar.
“Tantee udahh nggaak tahaann
oohh”
Lidahnya menerobos masuk ke
dalam memekku lalu ditarik lagi, itu terus dilakukannya berulang-ulang, dengan
diselingi sedotan ke memekku. Aku yang tidak kuat menahan kenikmatan ini
akhirnya kedua kakiku menjepit kepalanya dan tanganku menggapai langit-langit
yang tidak bisa diraih sedangkan badanku membusung kedepan. Aku lalui orgasme
dengan teramat sangat indahnya yang melambungkan diriku ke impian yang selama
ini tidak pernah kudapatkan. Semburan demi semburan terus keluar dengan tubuhku
yang berkelojotan.
Didit tahu kalau aku sudah orgasme, sehingga Didit semakin kuat menyedot-nyedot belahan memekku.
Didit tahu kalau aku sudah orgasme, sehingga Didit semakin kuat menyedot-nyedot belahan memekku.
“Aahhnjingg bangsatt oohh
enakk”
Memekku basah kuyup setelah
orgasme yang begitu deras. Lidahnya ternyata belumlah berhenti memainkan
itilku, tangan kirinya meremes-meremes tetek kananku. Tubuhku masih tersandar
disofa dengan gaun yang masih terpakai tapi sudah tersingkap kemana-mana. Karna
basahnya teramat sangat, gantian tangan dengan kedua jarinya bermain
dipinggiran memekku.
“Cepet Dit kalau mau ngentot..
Mmhh.. Sisa waktu Tante tinggal 5 menitt.. Sshh”
Kedua pahaku masih berada di
bahunya kiri dan kanan. Tangannya masih mengusap-mengusap memekku, kadang Didit
memainkan itilku dengan jari-jarinya. Aku mencoba berdiri sehingga kepalanya
terjepit diselangkanganku. Gaun bagian bawah turun menutupi wajahnya, sedangkan
gaun bagian atas kurapikan dengan mengikat kembali simpul dibelakang leherku.
Posisi seperti ini membuat
mulutnya pas berada dibawah memekku, dan Didit memberikan sedotan yang kuat.
Aku mencondongkan tubuh Sedikit kedepan karena tidak kuat menahan sedotan di
memekku. Tangan kananku menekan kepalanya yang tertutup bagian bawah gaun
satinku. Didit mengulangi lagi sedotan itu cuma sekarang yang jadi sasarannya
adalah itilku yang kena disedot.
“Ahhnnjingg.. Enakkhh..” aku
tidak kuat akhirnya menahan tubuh dengan kedua tangan diatas meja tamu sehingga
posisiku jadi menungging. Lidahnya bergoyang menikmati itilku kekanan kekiri,
sedangkan tangannya mengelus-elus pahaku.
“Entotin Tante Ditt.. Tante udah nggak tahannhh..” setengah berteriak sambil mendesah kuat.
Tangannya mengelus puserku,
mulutnya masih asik bermain dimemekku.
“Buka celananya Ditt.. Tante
mau lihat kontol.. Sshh oohh”
Aku sudah tidak sabar ingin
melihat kontol yang selama ini terbayang begitu besar dan kuat.
“Ok Tantee..”
Didit sambil mempermainkan
memekku, kemudian dia berdiri untuk membuka celana dan CD nya sendiri. Didit
langsung mengacungkan kontolnya yang sejak tadi ngaceng keras. Aku melihat
kontol yang begitu besar dengan nafsunya karena tidak seperti kontol biasa,
memekku sudah gatel sekali rasanya ingin dientot oleh kontol itu.
“Duduk Dit di sofa.. Please”
aku mencoba untuk memohon.
“Yupss..” Didit langsung duduk di sofa dengan kontolnya berdiri tegak seperti monas.
“Baju Tante jangan dibuka ya dit..”
“Yupss..” Didit langsung duduk di sofa dengan kontolnya berdiri tegak seperti monas.
“Baju Tante jangan dibuka ya dit..”
Aku masih berdiri dan
meremas-remas kedua tetekku dengan tanganku yang terbungkus sarung tangan.
“Nggak apa-apa Tante..”
Tangannya kembali menerobos
masuk dari bagian bawah gaun satinku dan mulai mengelus-elus memekku lagi. Aku
menampar pipi kanannya dengan tangan kananku. Plakk!!
“Bajingan kamu Ditt sshh”
Aku langsung mengangkat gaun satin
bagian bawah dan berlutut disofa diatas kontolnya. Jari tengahnya berusaha
masuk dan akhirnya bisa walau sedikit menembus ke memekku. Didit langsung
mengobok-obok isi memekku. Serangan tiba-tiba membuatku tidak kuat dan dengan
kedua tangan bertumpu di bahunya.
“Aahhnjingg sshh” aku mendesah
keenakan.
Tangan satunya membuka gaun
satinku bagian atas, mulutnya langsung mengulum tetekku. Tangannya terus
bermain di dalam memekku.
“Aahh” aku membekap kepalanya
sehingga terbenam di tetekku.
Mulutnya terus menyedot-nyedot
tetekku. Tangan kiriku menggapai kontolnya lewat belakang pantatku. Memekku
yang dimainkan dengan jari-jarinya membuat memekku mulai basah kembali. Aku
mencoba meremas-remas kontol yang gede dan hitam itu.
“Achh pelan-pelan dong Tante”
Didit keenakan dan semakin kuat mengobok-obok memekku sambil memainkan itilku.
“Sshh masukin Ditt.. Tante mau kontol.. Pleasee” aku semakin tidak sabar untuk dientot sama Didit.
“Ok Tantee” Didit mulai naik sedikit agar kontolnya bisa masuk ke memekku.
“Achh” aku merasakan kepala kontolnya masuk dan ditarik kembali. Dan kontolnya dimainkan diatas memekku dulu, Didit sentuh-sentuhkan ke itilku.
“Masukin bangsatt!! Oohh” memekku terasa semakin gatal dan aku menjadi wanita binal dibuatnya.
“Yupss” Didit kembali memasukan setengahnya lalu diputar-diputar kontolnya, dan ditarik sedikit lagi.
“Seret Tantee.. Memek Tante masih sempitt achh..”
“Sshh masukin Ditt.. Tante mau kontol.. Pleasee” aku semakin tidak sabar untuk dientot sama Didit.
“Ok Tantee” Didit mulai naik sedikit agar kontolnya bisa masuk ke memekku.
“Achh” aku merasakan kepala kontolnya masuk dan ditarik kembali. Dan kontolnya dimainkan diatas memekku dulu, Didit sentuh-sentuhkan ke itilku.
“Masukin bangsatt!! Oohh” memekku terasa semakin gatal dan aku menjadi wanita binal dibuatnya.
“Yupss” Didit kembali memasukan setengahnya lalu diputar-diputar kontolnya, dan ditarik sedikit lagi.
“Seret Tantee.. Memek Tante masih sempitt achh..”
Didit mulai meracau tidak
karuan. Aku tidak kuat menahan kontol yang begitu besar masuk ke memekku. Aku
langsung melampiaskan dengan mengulum bibirnya dengan buas sambil meremas-remas
rambutnya.
“Mmhh” aku bergumam menikmati
sodokan kontolnya yang begitu nikmat. Didit langsung menekan kontolnya lagi dan
bless..
“Aduhh enak banget memek Tantee achh” Didit berteriak kenikmatan karena ini yang pertama kali baginya ngentotin memek cina.
“Aahhnnjingg!! Ennakkhh!!”
“Aduhh enak banget memek Tantee achh” Didit berteriak kenikmatan karena ini yang pertama kali baginya ngentotin memek cina.
“Aahhnnjingg!! Ennakkhh!!”
Kemudian aku mengulum bibirnya
dengan lembut. Didit menarik pelan-pelan kontolnya, lalu mendorong lagi
kontolnya. Sedangkan lidahnya bermain di mulutku. Terkadang Didit bergerak memutar
pantatnya agar kontolnya ikut bergoyang dimemekku. Aku mengimbangi putaran
kontolnya dengan berlawanan arah.
“Ditthh.. Sshh..” aku mendesis
merasakan kontol yang begitu penuh berputar-putar di dalam memekku. Didit
bergoyang kekanan dan kekiri sambil memaju mundurkan pantatnya.
“Sshh Tante enak banget Tantee truss Tantee” erangannya karena aku menggoyangkan pinggul maju mundur kadang berputar sambil memainkan otot dimemekku.
“Sshh Tante enak banget Tantee truss Tantee” erangannya karena aku menggoyangkan pinggul maju mundur kadang berputar sambil memainkan otot dimemekku.
“Sshh Ditt.. Mmhh”
“Achh Tante truss enak Tantee”
Didit rupanya sangat ketagihan
dengan permainan memek yang kulakukan terhadap kontolnya. Aku kembali mengulum
bibirnya dengan lembut. Sedangkan Didit mengimbangi goyanganku sambil tangannya
meremas-remas tetekku, kadang sambil memainkan putingku.
“Terusshh Ditthh kontol kamu
enakkhh sshshh”
Aku benar-benar ketagihan
dibuatnya, kemudian aku sedot-sedot lidahnya. Diditpun tak ingin kalah dengan
menyedot juga lidahku. Tangannya mash menempel di putingku sambil memainkan
dengan jari-jarinya yang kasar. Aku bergerak naik turun semakin cepat karena
memekku sudah basah sekali sehingga jalan keluar masuknya kontol menjadi lancar
sekali.
“Ayo Ditt.. cepet keluarinn
hhss” aku yang sudah berada diujung titik kenikmatan berteriak sambil
mengangkat kedua tanganku keatas meremas-remas rambutku sendiri. Kemudian
tangannya meremas-remas kuat di tetek ku karena Didit tahu kalau aku akan
keluar.
“Iyahh tanntee truss Tante enakk” sambil kadang tangan yang satunya mengelus-elus perutku yang mulus.
“Achh enak Tantee memek Tante enak sekalii”
“Ini memekhh apa Dittsshh..” aku bergerak naik turun dan memutar semakin gila.
“Memek yang enakk Tantee memek chiness Tantee achh”
“Iyahh tanntee truss Tante enakk” sambil kadang tangan yang satunya mengelus-elus perutku yang mulus.
“Achh enak Tantee memek Tante enak sekalii”
“Ini memekhh apa Dittsshh..” aku bergerak naik turun dan memutar semakin gila.
“Memek yang enakk Tantee memek chiness Tantee achh”
Diditpun terbawa dengan liar
menggerakkan pantatnya.
“Cephheett Ditthh kita keluar
barengghshshh”
Aku merasakan nafsu sekali
dikatakan memek cina, sehingga aku sudah tidak kuat menahan detik-detik yang
teramat sangat indah itu selama hidupku.
“Ok Tantee okkhhss”
Aku menekan kuat memek kebawah
dan menggesekkan maju dan mundur dengan cepat. Kedua tanganku terus
meremas-remas rambutku sendiri sehingga berantakan. Karena permainanku yang hot
ini otot-otot seluruh tubuh Didit tampak bergerak disuatu tempat untuk
melakukan finishingnya.
“Ayoo tanttee kita main yang
lebih hottss”
Didit meremas tetek ku dan
memainin putingku dengan kedua jarinya sambil menjepit-menjepit putingku.
“Diditt bangsshhaat teerruss!!”
teriakku semakin binal sambil memutar-memutar kontol Didit yang terbenam penuh
di memekku.
“Accduhhss enakss Tantee” Didit mulai menyedot-nyedot putingku bergantian.
“Cepett Ditthh semprott pejunyaa sshh!! tanthhee udahh gaa tahhaann!!” teriakku semakin kencang kemudian aku mengulum bibirnya dan menekan kepalanya sehingga rapat sekali wajahku.
“Tahan bentar Tantee” suaranya kacau akibat bibirku itu mendekati bibirnya.
Setelah deket langsung Didit
langsung menyantap bibir sexy yang kumiliki. Tak lepas pantat dimaju-mundurkan
kadang bergoyang yang semakin cepat gerakannya. Aku melawan terus dengan
memainkan otot memekku sekuat tenaga agar Didit orgasme. Tubuhku terus
menggeliat karena nikmat yang tiada tara ini.
“Tantee truss achhss ayo Tante
kita keluarinn Tante dah mo muncrat lomm Tantee achh” teriaknya yang udah mulai
kewalahan tidak dapat menahan lebih lama lagi untuk orgasme.
“Aahhnnjinngg” aku bergoyang dengan amat sangat liar dan akhirnya tubuhku mulai menggelepar-gelepar.
“Ayo dit Tante mau keluarr”
“Aahhnnjinngg” aku bergoyang dengan amat sangat liar dan akhirnya tubuhku mulai menggelepar-gelepar.
“Ayo dit Tante mau keluarr”
“Ayokk Tantee keluarin didalemm yah Tantee achss”
“Aasshh”
Akhirnya titik puncak itu dapat
kuraih dengan begitu indahnya selama hidup ini. Tubuhku mengejat-mengejat
Sambil memeluk Didit erat sekali. Anganku melayang jauh merasakan gelombang
orgasme yang sedemikian hebat yang belum pernah kurasakan sebelumnya dengan
kontol ini.
“Achhzz” Didit menyemprot
begitu kuat dan derasnya didalam memekku. Crot berulang-ulang.
“Aahhmmhh” aku kembali bergumam di alam mimpi yang indah ini.
“Aahhmmhh” aku kembali bergumam di alam mimpi yang indah ini.
Bibirnya mengecup bibirku yang
ranum dan aku langsung mengulum bibirnya dengan liar sambil memeluknya yang
tercium bau aroma khas itu. Tangannya mengelus tetekku lembut.
“Memek Tante enak sekali yahh
gilee bener Tante uueennaakk Tante” bisiknya perlahan dengan napas yang masih
terengah-engah.
“Dit Tante puas sekali hari ini” aku tersenyum dan berbisik ditelinganya sambil tetap memeluk tubuhnya kemudian mengecup bibirnya dengan lembut dan perlahan.
“Baru kali ini Didit ngentot sama wanita yang hebat.. Tante benar-benar hot sekali” jawabnya puas. Tangan kananku memegang pipinya.
“Tante harus pergi sekarang Dit..”
Didit memandangi wajahku yang
sangat cantik ini.
“Ohh iya Tantee” tak terasa
kontolnya masih didalam memekku.
“Besok Tante mau jalan-jalan ke mal, Didit mau ikut?”
“Kalau nggak ngerepotin Tante boleh juga Tante”
“Besok Tante mau jalan-jalan ke mal, Didit mau ikut?”
“Kalau nggak ngerepotin Tante boleh juga Tante”
Aku peluk erat tubuhnya berbau
sangat menyengat itu seakan tidak ingin kehilangan dan mengecup keningnya.
“Didit nggak malu ke mal sama
Tante?”
“Kenapa musti malu dan karena apa Tante?”
“Nanti orang-orang kirain Didit simpenan Tante” candaku manja dengan suara setengah berbisik
dengan napas yang masih terengah-engah.
“Yah nggak apa-apa lagi Tante.. atau mungkin Tante malu jalan sama Didit nich?” sindirnya sambil
mengecup lembut ke bibir ranumku.
“Kenapa musti malu dan karena apa Tante?”
“Nanti orang-orang kirain Didit simpenan Tante” candaku manja dengan suara setengah berbisik
dengan napas yang masih terengah-engah.
“Yah nggak apa-apa lagi Tante.. atau mungkin Tante malu jalan sama Didit nich?” sindirnya sambil
mengecup lembut ke bibir ranumku.
“Mmhh Ditt.. Kalau Tante sih bangga bisa bawa anak muda di mal..”
“Kalau anak mudanya jelek gimana Tante?” sambil tersenyum menyatakan kejelekan wajahnya.
“Biarin.. Mereka nggak tahukan kalau jelek-jelek kontolnya bikin nggak bisa tidur-tidur 7 hari 7 malam hihihi” candaku sambil tersenyum.
Kemudian aku bangkit berdiri
sehingga kontolnya keluar dari memekku. Aku merapikan gaun satinku yang tidak
kusut dan terbuka itu serta rambut yang berantakan.
“Tante mau nggak kalau Didit
dijadikan simpanan Tante??” sambil membantuku merapikan gaun pestaku.
Aku duduk di meja ruang tamu
yang pendek itu sambil menghias kembali dandanan yang berantakan. Dalam hatiku
berkata mau Dit, kontol kamu enak sih..
“Didit mau jadi simpenan Tante
soalnya memek Tante legit sich” candanya sambil merayuku.
“Udah beresin pakaian Didit, Tante harus berangkat” aku menarik sarung tangan yang sedikit turun di pergelangan tangan.
“Iya Tantee” Didit menarik CD dan celana jeansnya ke pinggangnya. Aku beranjak ke depan pintu apartment karena tergesa-gesa.
“Udah beresin pakaian Didit, Tante harus berangkat” aku menarik sarung tangan yang sedikit turun di pergelangan tangan.
“Iya Tantee” Didit menarik CD dan celana jeansnya ke pinggangnya. Aku beranjak ke depan pintu apartment karena tergesa-gesa.
“Tunggu Tante” sambil merapikan pakaiannya yang sudah dikenakannya.
“Sorry Tante nggak bisa antar Didit, soalnya Tante udah telat 15 menit nih”
“Ohh ya dech Tante.. nggak apa-apa daripada ketahuan Om nanti kita nggak bisa ngentot lagi” sambil tersenyum dan berharap rupanya dia untuk ngentotin aku lagi.
Aku buka pintu apartment dan
menunggunya untuk keluar terlebih dahulu. Sambil keluar Didit mencuri untuk
mengecup bibirku dengan gerakan yang amat sangat cepat khawatir ada yang
melihatnya. Aku tarik tangannya agar masuk ke dalam dan membiarkan pintu
terbuka kemudian kupeluk erat sekali tubuhnya seakan rindu dan kangen sama
orang yang jelek dan bertubuh bau ini.
“Jangan cium Tante lagi nanti
berantakan”
“Ok Tantee”
“Tante cuma ingin pelukin Didit mmhh”
“Habis bibir Tante itu sich”
“Kenapa bibir Tante?” kupancing sambil berbisik mesra dan ternyata dia membalas dengan memeluk tubuhku erat-erat.
“Bibir Tante sexyy buanggett..” dibisikan di dekat telingaku.
“Kontol kamu enak Ditt..” candaku yang sebenarnya aku berharap bisa ngentotin dia lagi sambil menekan lagi tubuhnya hingga rapat.
“Apalagi memek Tante legit buangett” aku mulai membayangi andaikan memekku ini hanya dientotin sama dia terus.
“Makasih ya Dit.. Tante harus pergi..” aku cubit pipinya dengan tanganku yang bersarung tangan sehingga cukup licin dikulitnya.
“Ok Tante ntar hubungi saja kalau ingin ngentot lagi yah” Didit berharap.
“Makasih juga Tante telah bikin Didit puas dan nggak terlupakan, soalnya Tante wanita chinese pertama yang Didit entotin”
Aku tersenyum manis dan
beranjak keluar dari apartment. Diiringi Didit yang langsung kembali menuju ke
toko tempat dia bekerja.
“Halo siang, bisa bicara dengan
Didit?”
“Iya saya sendiri, ini dengan siapa yahh?”
“Ini Tante, Dit”
“Eh Tante apakabar”
“Baik, katanya Didit mau temenin Tante ke mal hari ini, gimana bisa nggak?”
“Ehmm bisa-bisa Tante”
“Nanti dari mal langsung ke tempat Tante ya untuk instal komputer Tante”
“Iya Tantee, memang Om nggak ada Tante?”
“Om di rumah Dit, Didit lupa ya kalau ini apartment pribadi Tante”
“Iya saya sendiri, ini dengan siapa yahh?”
“Ini Tante, Dit”
“Eh Tante apakabar”
“Baik, katanya Didit mau temenin Tante ke mal hari ini, gimana bisa nggak?”
“Ehmm bisa-bisa Tante”
“Nanti dari mal langsung ke tempat Tante ya untuk instal komputer Tante”
“Iya Tantee, memang Om nggak ada Tante?”
“Om di rumah Dit, Didit lupa ya kalau ini apartment pribadi Tante”
“Oo…”
“Didit bisa langsung ke mal A dan tunggu di depan counter B”
“Bisa Tante, sekarang juga Didit siap-siap Tante”
“Ok ati-ati dijalan ya Dit” aku akhiri pembicaraan itu dan langsung segera berangkat.
Tak lama kemudian aku sudah
tiba di cafe B dan mencari posisi yang sedikit gelap dan jauh dari keramaian
karena khawatir ada yang mengenaliku. Aku mengenakan kemeja tanpa lengan dari
bahan kulit dan rok mini kulit semua berwarna hitam. Bra dan CD ku juga terbuat
dari bahan kulit dan berwarna hitam. Tidak lupa aku juga mengenakan kaca mata
hitam agar tidak dikenali orang. Aku saat itu sudah duduk di kursi panjang cafe
tersebut sambil menyulut rokok marlboro hijau. Tak lama kemudian Didit datang
menghampiriku.
“Maaf ini Tante Eliza..?”
“Iya, silakan duduk Dit..” aku kembali menghisap rokok.
Tampaknya Didit tercengang
melihat penampilanku yang sedikit berbeda.
“Iya Tante”
“Tante.. Kelihatan beda deh hari ini”
“Masa sih? Beda dimananya Dit?”
“Beda di pakaiannya yang sexy sekali dan..?”
“Ada apa Dit?”
“Tante berpakaian sangat menantang” katanya sambil tersenyum.
“Oh ya? Menantang apanya Dit? Kita jalan-jalan aja yuk Tante males duduk disini” aku bangkit berdiri dan berjalan menuju keluar cafe.
“Tante.. Kelihatan beda deh hari ini”
“Masa sih? Beda dimananya Dit?”
“Beda di pakaiannya yang sexy sekali dan..?”
“Ada apa Dit?”
“Tante berpakaian sangat menantang” katanya sambil tersenyum.
“Oh ya? Menantang apanya Dit? Kita jalan-jalan aja yuk Tante males duduk disini” aku bangkit berdiri dan berjalan menuju keluar cafe.
“Ayo.. Tante..” sambil berjalan di belakangku.
Tanpa menoleh ke belakang aku
cubit kontolnya yang berada di sebelah kanan belakangku.
“Auww.. Sakit Tante.. Kalau
minta ngomong donk” bisiknya sambil tersenyum.
Rupanya Didit tidak ingin
kalah, dia meremas pantatku dari belakang.
“Ehmm nich.. Tante..” sambil
tersenyum.
Akhirnya kita mulai mengitari
mal, kita sambil melihat-melihat pakaian yang bagus-bagus yang ada di dalam
counter.
“Tante mau beli yang mana
sich..” dia bertanya.
“Ada yang Didit suka? Soalnya Tante nggak suka modelnya” aku menggendong tas dibahu kiri sedangkan Didit berada disebelah kananku.
“Kan Tante yang mau beli dan yang mau pakai masa Didit yang ditanyain suka apa nggaknya”
“Tante juga bingung Dit, rasanya nggak ada yang cocok deh”
“Ya sudah kalau nggak ada yang cocok kita istirahat saja yuk Tante.. Gimana mau nggak Tante?” ternyata Didit sudah mulai berani mengajakku.
“Tantee..” Didit kembali menyapaku karena pikiranku melayang-melayang mengingat kejadian kemarin.
“Tante masih ingin jalan-jalan Dit..”
“Ada yang Didit suka? Soalnya Tante nggak suka modelnya” aku menggendong tas dibahu kiri sedangkan Didit berada disebelah kananku.
“Kan Tante yang mau beli dan yang mau pakai masa Didit yang ditanyain suka apa nggaknya”
“Tante juga bingung Dit, rasanya nggak ada yang cocok deh”
“Ya sudah kalau nggak ada yang cocok kita istirahat saja yuk Tante.. Gimana mau nggak Tante?” ternyata Didit sudah mulai berani mengajakku.
“Tantee..” Didit kembali menyapaku karena pikiranku melayang-melayang mengingat kejadian kemarin.
“Tante masih ingin jalan-jalan Dit..”
“Tante belum capek nichh?”
“Kalau Tante capek kan ada Didit yang mijitin Tante” aku tersenyum menantang.
“Yah Didit sih mau saja asal yang dipijit-dipijit itu yang tertentu Tante” senyumnya mulai menggodaku.
“Yang tertentu itu bagian mana Dit” aku memancing arah pembicaraannya sambil terus melangkah dengan cuek.
“Ini Tantee..” tangannya sambil menunjuk ke tetek ku.
“Malu tuh Dit dilihatin orang..” tangan kananku meraih belahan pantat Didit dan meremasnya.
“Santai saja Tante nggak ada yang lihat kok, tuhkan malah mulai, katanya malu kok gitu Tante?” Didit berbalik memancingku.
“Kenapa nggak yang didepan ini saja Tante” senyum Didit terlihat senang sekali diperlakukan seperti itu.
Akhirnya langkahku langsung
mengarah keluar mal dan langsung masuk ke dalam taksi dan duduk di belakang,
karena saat itu aku enggan untuk membawa mobil.
“Loh kok naik taksi Tante..
Kenapa? Mobil Tante dimana..?” pertanyaannya bertubi-tubi.
“Di apartment Dit, Tante males bawa mobil” aku duduk menggeser ke dalam agar Didit bisa duduk di sebelah kananku.
“Di apartment Dit, Tante males bawa mobil” aku duduk menggeser ke dalam agar Didit bisa duduk di sebelah kananku.
Aku melihat supir taksi itu
seorang pribumi yang begitu hitam legam.
“Pak tolong arah ke apartment
C,” setelah supir taksi itu mengiyakan, Diditpun hanya bisa diam. Namun matanya
nggak lepas dari pahaku yang putih mulus itu. Aku merapatkan posisi duduk ke
sebelah kanan sehingga bersentuhan dengan bahu kanannya, dan kepala Tante
mengarah ke telinganya untuk berbisik.
“Apa yang Didit lihatin?”
“Itu loh yang putih-putih itu..” jawabnya menggoda.
“Apa Dit?” aku berpura-berpura tidak tahu.
“Paha cina.. Hehehehe” pembicaraan kami berbisik-berbisik supaya tidak didengar oleh supir tersebut.
Aku menyandarkan bahu kananku
menindih bahu kirinya. Tangannya mulai mengelus perlahan pahaku. Aku mengangkat
kaki kanan dan menumpangkan ke kaki kirinya, sehingga rok mini kulitku
terangkat tinggi sekali, bibirku tetap berada di dekat telinganya.
“Suka sama paha cina Dit?” aku
memancingnya.
“Wah suka sekali Tante.. Apalagi yang diatasnya paha Tante..” jawabnya dengan pelan.
“Wah suka sekali Tante.. Apalagi yang diatasnya paha Tante..” jawabnya dengan pelan.
Tangan kanannya masih
mengelus-elus pahaku sedangkan tangan kanan aku meraih kepalanya sebelah kanan
dekat pintu. Tangannya mengelus-elus pahaku, sesekali dia mengelusnya mendekati
daerah yang berbulu lebat.
“Dit, sopirnya ngelihatin kita
terus tuh..” aku berbisik malu.
“Makanya kita jangan terlalu banyak gerak Tante.. Pelan-pelan saja biar supirnya nggak lihat..”
“Dia lihat dari kaca tengah tuh Dit, pasti kelihatan..” dadaku sedikit membusung karena bersandar di setengah bagian dadanya.
“Makanya kita jangan terlalu banyak gerak Tante.. Pelan-pelan saja biar supirnya nggak lihat..”
“Dia lihat dari kaca tengah tuh Dit, pasti kelihatan..” dadaku sedikit membusung karena bersandar di setengah bagian dadanya.
“Dah kepalang tanggung Tante.. Cuek saja dechh..” jawabnya sambil senyum-senyum melihat tetekku yang ranum.
Posisiku yang masih berpakaian
lengkap sangat menantang dan membuat nafsu semua orang yang melihat termasuk
Didit dan supir taksi itu.
“Kalau dia minta gimana Dit”
aku berbisik.
Didit rupanya sudah tidak
peduli dengan si supir itu. Tangannya sudah sampai diatas CD ku itu sambil
terus mengelus-elus CD ku. Model CD kulitku yang berwarna hitam itu terikat
dengan simpul tali di bagian kedua pinggangku.
“Didit mau ngasih apa?” dengan
suara setengah mendesah.
“Aku mau ngasih kepuasan yang lebih Tante..” tangannya sesekali menekan-nekan memek ku.
“Kepuasan apa Dit?” tangan kananku bergerak turun dari kepalanya dan mengelus-elus hidung dan bibir serta pipinya.
“Kepuasan ngentot Tante..”
“Aku mau ngasih kepuasan yang lebih Tante..” tangannya sesekali menekan-nekan memek ku.
“Kepuasan apa Dit?” tangan kananku bergerak turun dari kepalanya dan mengelus-elus hidung dan bibir serta pipinya.
“Kepuasan ngentot Tante..”
Tangannya yang satu meraba-raba
mencari tali CD ku. Sedangkan tangan kiriku bertumpu pada tempat duduk yang
kosong disebelah kiriku. Tangan kirinya masih mengelus-elus dan sesekali
menekan memekku yang lebat jembutnya. Sedangkan tangan kanannya melingkar di
pinggulku berusaha untuk masuk ke rok ku yang mini sekali.
“Tante belum pernah
diperlakukan seperti ini didepan orang lain Dit.. Mmhh,” aku berbisik dan
mendesah pelan sekali.
“Biarin Tante.. Dan ini saatnya Tante rasakan diperlakukan seperti ini didepan orang lain”
“Biarin Tante.. Dan ini saatnya Tante rasakan diperlakukan seperti ini didepan orang lain”
Tangan kanannya berhasil juga
masuk kedalam rok mini ku dan mencoba menarik tali CD ku. Sedangkan tangan
kirinya masih tetap mengelus-elus kadang menekan memekku. Dan dia berusaha agar
jari tangan kirinya masuk ke CD ku supaya bisa menyentuh memekku yang mulai
basah.
“Oogghh Ditt.. Buka aja cdnya sekalian” aku mendesah perlahan menahan rangsangan yang dilakukan Didit.
“Yupss..” akhirnya tangan kanannya dapat menarik tali CD ku..
“Oogghh Ditt.. Buka aja cdnya sekalian” aku mendesah perlahan menahan rangsangan yang dilakukan Didit.
“Yupss..” akhirnya tangan kanannya dapat menarik tali CD ku..
Dan sret langsung lepas tali CD
ku. Tangan kirinya bisa leluasa bermain dilubang memekku tidak hanya satu jari
lagi. Tangan kiriku menarik CD yang sudah terlepas tetapi masih terduduki oleh
pantatku dan melemparkannya ke bagian belakang dekat kaca belakang taksi.
Tangan kananku berusaha meremas-remas kontol Didit yang masih berpakaian
lengkap itu. Jari telunjuknya memainkan itilku dan jari tengahnya
digoyang-goyangkan dipinggir-dipinggir memekku.
“Sshh Dit.. Nakal jarinya
Didit..” aku mendesis perlahan.
Tak lama kemudian taksi
berhenti di lobby apartment.
“Sudah sampai Dit”
Aku langsung membayar taksi
itu.
“Iya Tante..”
Didit langsung mengikuti
langkahnya dari belakang. Aku berjalan masuk ke lobby dan menuju ke lift yang
kebetulan sudah terbuka dan kosong isi lift itu. Jantungku masih berdebar
kencang karena rangsangan yang Didit lakukan di taksi. Setelah lift tertutup
Didit memandangi tubuhku dan bergerak mendekat. Kedua tangannya memeluk kedua
pantatku dan meremas-remasnya. Tangan kirinya bergeser kedepan untuk masuk ke
memekku sambil mengelus-elus pahaku. Aku mundur selangkah mendapat serangan
tiba-tiba darinya sehingga tubuhku tersandar di dinding lift.
“Mmhh,” aku mulai mendesah
seperti biasa karena tidak ada orang.
Jari telunjukku menekan tombol
26 dan lift mulai bergerak naik. Tangan kirinya sudah mulai bergerak naik
mencapai memekku yang sudah tidak mengenakan CD lagi. Kedua jarinya mulai
menggosok-menggosok memekku sambil sesekali mengelus-elus itilku.
“Sshh.. Nakal kamu Dit gituin
Tante di depan orang.. Mmhh” mataku terpejam yang masih menggunakan kacamata
hitam.
“Tapi Tante suka kan??”
Aku saat itu mengenakan sepatu
model boot yang cukup tinggi hingga menutupi sebagian betis. Tangan kanannya
tetap meremas-remas pantatku yang tergolong bahenol. Tangan kirinya tetap
bermain di memekku dan sesekali jari tengahnya mencoba masuk ke memekku. Namun
terus dia menarik lagi dan itu dilakukannya berulang-ulang kadang cepat kadang
lambat.
“Sshh aahh Dit.. Kalau Tante
dientot dia gimanaa sshh…”
Aku sedikit berteriak menerima
serangan tiba-tiba dari Didit, posisi kaki yang sudah diregangkan untuk
memudahkan jari-jarinya. Dia mulai beraksi dengan mulutnya menciumi leher
jenjangku dan terus turun hingga di depan memekku. Lalu dia mengangkat rok
miniku dan melihat memekku yang masih di mainkan dengan jarinya. Sedangkan
lidahnya menjilat-jilat di kedua pahaku.
“Oohhss terusshh.. Mmhh..”
Kepalaku menggeleng-menggeleng
ke kiri kanan merasakan nikmat yang diberikannya, lift terasa bergerak begitu
lambat karena aku melirik ke indikator yang menyala baru di lantai 13. Dan dia
mulai merenggangkan kedua kakiku dengan kedua tangannya supaya terlihat jelas
memekku. Lalu dia melebarkan bibir memekku dan lidahnya dijulurkan diatas
itilku itu dan mulai menggoyang-goyangkan lidahnya diitilku.
“Auugghhss.. Suka itil cina
Dit..” dengan suaraku yang menggairahkan itu.
Posisi kakiku sudah terbuka
lebar dan punggungku tersandar di dinding lift. Langsung dia menjilat dengan
kuat memekku. Sedangkan tangan kananku meremas-remas rambutnya.
“Suka sekali Tante..”
“Kenapa suka Dit.. Mmhh” kata-katanya mulai membakar birahiku.
Kadang jari-jari kedua
tangannya mengelus-elus bibir memekku.
“Enak Tante itil cina itu..”
Sesekali lidahnya memainkan
itilku. Jari-jari tangannya tak henti-hentinya bermainkan di bibir memekku yang
sudah basah sekali. Dia pun mulai menyedot-menyedot itilku.
“Terus Ditthh.. Sshh..” dia
berulang-ulang menyedot-menyedot itilku. Kini tangan kiriku menekan-nekan
kepalanya.
“Aahhooss.. Shh” aku mendesis keras sekali.
Kadang-kadang salah satu
jarinya mencoba untuk masuk kelubang memekku. Dan jarinya mendorong-dorong
dilubang memekku sambil lidah mengelus-elus itilku.
“Kyaa.. Mmsooshhgg..”
Aku merasakan jarinya Didit
yang begitu enak dan membayangkan apalagi kontolnya. Tak lama kemudian tingg..
Lift terbuka karena sudah tiba di lantai 26. Karena lift terbuka dia menarik
mulutnya dari lubang memekku, namun sebelumnya itilku digigit-gigit kecil dan
jarinya masuk agak ke dalam.
“Aaww.. Ditt gilaa” aku
berteriak sambil mencoba mencari kunci di dalam tas.
“Ayo cepet keluar Dit” dia langsung menyedot itilku dan kemudian dia berdiri.
“Mmhh Ditt.. Jarinya keluarin, Tante susah nih kalau mau melangkah..”
“Ayo cepet keluar Dit” dia langsung menyedot itilku dan kemudian dia berdiri.
“Mmhh Ditt.. Jarinya keluarin, Tante susah nih kalau mau melangkah..”
Aku mengeluarkan kunci dari
tas. Dia tersenyum sambil mengeluarkan jarinya dari lubang memekku.
“Sorry Tante habis memeknya
hangat puisann” sambil tersenyum.
Aku memberikan kunci ke
tangannya sambil melangkah keluar dari lift hingga ke depan pintu apartmentku.
Dia pun menerima terus berjalan menuju ke pintu mengikutiku. Setelah dibuka dia
mempersilakan aku untuk masuk terlebih dahulu.
“Silahkan Tante duluan” sambil
senyum-senyum menatap mataku.
Kemudian dia menutup pintu dan
mengikutiku. Aku berjalan terus menuju ke tangga dan pantatku sengaja
kugoyang-goyangkan melenggak lenggok. Karena dia berjalan tepat dibelakangku,
mukanya hampir menyentuh pantatku yang lenggak-lenggok itu, tiba-tiba tangannya
memegang pantatku setengah mendorong sambil diremas-remas.
“Mmhh Dit..” sambil berjalan
kedua tangannya meremas-remas pantatku.
Aku tersandung dan terjatuh di
tangga sehingga posisi aku menungging dengan kedua tanganku bertumpu di lantai
tangga. Tangan kirinya menerobos masuk ke rok mini kulitku dan menekan pas
dimemekku. Lalu dia menarik kembali.
“Aahh Didit nakal”
Aku mencoba menaiki tangga itu
tapi dengan posisi merangkak karena terburu-buru khawatir dia memainkan memekku
lagi. Tangannya menahan kakiku yang ingin merangkak dan diregangkan kakiku
dengan paksa. Kemudian dia langsung mencium pantatku dan tangannya membuka
kedua belah pantatku agar terlihat memekku. Langsung dia memulai lagi jilatan
ke memekku.
“Sshh Didditt nakall” aku
berteriak keras sekali.
Jari kedua tangannya memainkan
di kedua bibir memekku yang lebat akan jembutnya. Aku semakin terangsang karena
selama ini aku tidak pernah diperlakukan seperti wanita binal ditangga.
“Oogghhss”
Jari-jarinya masih menahan
kedua pantatku yang montok dan mengelus-elus bibir memekku. Lidahnya
dijulur-julurkan pas lubang memekku.
“Mmhh”
Aku mencoba terus untuk naik
menuju kamarku. Karena aku tetep mencoba merangkak dia pun mengikutinya dan
kegiatannya tidak dihentikan. Namun kadang-kadang dia meremas-remas pantatku
kuat-kuat dan kadang digigit-gigit pantatku. Sedangkan ibu jarinya
menekan-nekan bibir memekku. Karena kakiku terus mencoba naik ke anak tangga,
aku merasakan gesekan yang teramat sangat nikmat di dalam memekku.
“Stopp Ditthh sshh”
Dia tidak mempedulikan
perkataanku. Karena posisi ibu jari semakin susah makanya dia menguatkan
elusan-elusan yang di bibir memekku, mulutnya kadang menggigit pantatku, kadang
menjilat-jilat pantatku, sambil terus mengikuti aku naik. Dan akhirnya karena
sulit, satu tangan kirinya yang mengelus-elus dimemekku, dengan jari tengah dan
jari telunjuknya bermain. Tangan kanannya kadang memukul-memukul pelan
dipantatku. Aku yang sudah benar-benar blingsatan gara-gara Didit memainkan
memekku terus berteriak-teriak.
“Diditt aanjinggss..”
Akhirnya aku sampai juga di
depan kamarku yang pintunya terbuka dengan AC yang selalu menyala. Aku mencoba
untuk bangkit dengan memegang kusen pintu kamarku. Dengan posisi sedikit
membungkuk aku menghadap ke dinding. Didit langsung menarik kedua kakiku dan
merenggangkannya, agar dengan leluasa mulutnya bisa beraksi lagi di itilku.
Lidahnya bermain di itilku, jari-jari tangannya memegang dan meremas pantatku.
Lidahnya juga sesekali menjilat bibir memekku. Mungkin karena gemas melihat
itilku itu, dia menyedot terlalu kuat dan
..
“Aahh Ditt, Tante nggak
kuatthh..”
Aku hampir tidak kuat menahan
tubuhku sendiri karena kenikmatan yang diberikan Didit membuat kedua lutut
Tante lemas hampir sedikit lagi
menyentuh lantai kamarku. Karena posisinya dibawah memekku, lidahnya mencoba
masuk ke lubang memekku dan digoyangkan kekanan dan kekiri. Sesekali dia
mengecup-mengecup itilku.
“Tantthhee keluaarr ss..
oohh..”
Tubuhku mengejat-mengejat dan
aku berteriak nyaring sekali. Kemudian aku jatuh ke lantai karena tidak kuat
menahan tubuhku sendiri. Tampaknya Didit tidak peduli dengan teriakkanku,
justru dia semakin menyedot kuat di lubang memekku. Arus gelombang orgasme yang
begitu nikmat aku rasakan hingga pipiku tergeletak di lantai.
“Aahh Ddiitt ss…”
Kedua tangannya menahan
pantatku agar tetap diatas, agar supaya mulutnya dapat menghisap cairan yang
dikeluarkan oleh memekku. Dia juga menggoyang-goyangkan mulutnya dimemekku.
Kedua jari tanganku mencengkram erat merasakan kenikmatan yang beda dari Didit
dibanding kemarin.
“Aahh Dittsshh”
Kedua mataku terpejam erat
melambungkan angan-anganku ke dunia impian lain. Tubuhku benar-benar dibuatnya
lemas sekali hingga tidak berdaya saat itu. Dia masih terus memainkan memekku
sambil itilku dijilat-dijilat dengan lidahnya. Kadang-kadang dia menyedot-nyedot
kecil itilku yang mungil itu. Pantatku akhirnya terjatuh juga ke lantai dan
tangan kiriku berusaha menggapai kepalanya yang ada hadapan di memekku.
“Sini Dit..” suaraku begitu
lemas.
Sebelum mencapai wajahku dia
menyempatkan untuk mengecup kedua tetekku.
“Dit..” aku berbisik manja.
“Yahh Tante..”
“Bawa Tante ke ranjang ya..” sambil tersenyum melihat wajahku yang letih karena telah mencapai kenikmatan.
“Tante nggak kuat jalan nih..” jantungku berdebar-berdebar terus karena terlalu letihnya.
“Ok Tante..” dia pun mulai membungkukkan tubuhnya.
Tangan kirinya meraih leherku
yang jenjang, sedangkan tangan kanannya meraih kedua pahaku yang mulus. Sebelum
dia meraih pahaku yang mulus itu dia menyempatkan mengelus memekku sambil
berkata, “Dasar memek cina ini manja yah..”
Akhirnya dia mengangkat tubuhku
yang lemas karena kenikmatan surga dunia. Sambil berjalan dia mengecup pelan
bibirku yang ranum itu.
“Tapi suka kan Dit sama memek
cina..” aku yang masih berpakaian lengkap itu tersenyum lemah.
“Suka sekali Tante..” sambil memandangi wajahku lalu kebawah melihat tetekku.
“Ayo Dit baringin Tante di ranjang”
“Suka sekali Tante..” sambil memandangi wajahku lalu kebawah melihat tetekku.
“Ayo Dit baringin Tante di ranjang”
Tak lama kemudian tubuhku
terbaringkan lemas dan dibiarkan sejenak untuk istirahat. Dia tetap berdiri
terus sambil memperhatikan sekujur tubuhku.
“Dit.. Jangan bengong dong..
Sini baring disebelah Tante.. Tante mau tidur dulu.. Temenin Tante ya Dit”
Tangan kiriku menepuk-nepuk
ranjang bagian kiri yang kosong. Kemudian dia langsung berbaring disebelah
kiriku lalu memeluk tubuhku dengan mesra. Tangan kanannya tidak sengaja berada
pas diatas tetek ku. Aku yang sudah lemah itu ingin tidur diatas tubuhnya.
Akhirnya aku berguling menindih tubuhnya sambil memeluknya erat sekali
seakan-seakan tidak ingin berpisah. Ini tidak pernah aku lakukan terhadap
suamiku sendiri. Posisi seperti itu membuat tetekku terjepit antara dadanya dan
dadaku.
“Dit.. Tubuh Tante nggak
beratkan?” bisikku di telinga kanannya.
“Nggak Tante.. Nggak berat-berat amat kok.. Didit masih kuat nahan tubuh Tante yang sexy ini” jawabnya sambil tersenyum.
“Nggak Tante.. Nggak berat-berat amat kok.. Didit masih kuat nahan tubuh Tante yang sexy ini” jawabnya sambil tersenyum.
Dia kemudian mencari bibirku
yang ranum tetapi aku menghindar dari bibirnya dan mengecup kening Didit cukup
lama.
“Tante tidur dulu ya Dit..”
Akhirnya aku tertidur menindih
tubuhnya sambil berpelukan erat dengan pakaian yang masih membalut tubuhku
serta sepatu boot yang baru kali ini naik ke tempat tidurku.
Setelah beberapa jam aku
tertidur menindih tubuh Didit dengan masih berpakaian stelan kulit lengkap dan
bersepatu boot, hanya CD g-string ku yang sudah terlepas. Didit tertidur pula
sambil memeluk tubuhku yang berada diatasnya. Terasa tetekku yang montok
mengganjal dadanya sehingga tampaknya dia sulit untuk bernafas. Aku merasakan
nyaman sekali dalam pelukannya hingga tertidur lelap.
Kedua kakinya melingkari kedua
kakiku. Permainan sex sejak kemarin bersama laki-laki pribumi seperti Didit
rupanya membuatku menjadi wanita yang mulai binal. Akhirnya aku mulai tersadar
dari tidur beberapa saat sesudahnya dan melihat Didit masih tertidur, aku
enggan untuk bergerak karena tidak ingin membangunkannya.
Aku mulai berkhayal untuk mulai
mencari kepuasan dengan laki-laki pribumi dan ingin sekali menjadi wanita yang
binal untuk membalaskan dahaga yang aku dapat karena suamiku yang lemah itu.
Aku mencium aroma tubuhnya yang cukup bau tapi menggugah seleraku, karena aku
belum pernah berpelukan dengan laki-laki pribumi. Dalam pikiranku kenapa tidak
sejak dulu aku mencari laki-laki pribumi seperti Didit yang bisa memuaskanku,
memelukku di saat tidur.
Beberapa lamanya aku mengkhayal
dan aku merasakan pantatku dielus-dielus oleh kedua tangannya. Aku mulai
berfikir kalau laki-laki pribumi memang sangat memuaskan birahiku, nafsunya
yang besar seolah-olah tiada hari tanpa mengentot tubuhku. Dia mulai melakukan
remasan ke pantatku, dan kemudian tangannya dimasukkan kesela-sela pantatku.
Akhirnya kukecup keningnya dengan mesra.
“Sorry Tante membangungkan
Didit..” bisikku dengan lemah.
“Nggak apa apa Tante..” jawabnya perlahan dengan suara agak parau.
“Nggak apa apa Tante..” jawabnya perlahan dengan suara agak parau.
Tangan kanannya berusaha
memasukkan jarinya kesela-sela pantatku dan dibelahnya pantatku yang montok
itu.
Aku mulai menggeliat kecil
kegelian karena selama ini aku tidak pernah dipermainkan belahan pantatku.
“Dit nakal kamu..”
“Biarinn.. Tapi sukakan..” jawabnya sambil tersenyum.
“Biarinn.. Tapi sukakan..” jawabnya sambil tersenyum.
Jari-jari tangan kanannya mulai
menggosok dari lubang anusku sampai ke bibir memekku.
“Kalau nanti Tante jadi wanita
binal gimana Dit?”
Kedua kakiku mulai
menggesek-menggesek kakinya karena geli di sekitar pantatku.
“Nggak apa-apa asal binalnya
sama Didit aja..”
Jari tengahnya
bergoyang-bergoyang dibibir memekku sedangkan ibu jarinya menekan-nekan anusku.
Tangan kirinya sesekali meremas-remas pantatku yang montok ini.
“Dit, jangan mainkan anus Tante, jijik Tante nggak suka”
“Dit, jangan mainkan anus Tante, jijik Tante nggak suka”
Aku mulai merayap mendekati
bibirnya dan mulai mengecup-mengecup lembut. Setelah aku berbicara itu maka
dihentikan kegiatan ibu jarinya dan dilanjutkan jari telunjuk bermain dibibir
memekku yang sebelah kanan dan jari tengah dibibir memekku yang kiri. Karena
aku mengecup bibirnya langsung dia menyambar bibirku yang sexy itu. Jari-jari
tangan kanannya tetap bermain dibibir memekku dan digoyang-goyang digosok-gosok
terus memekku.
“Dit.. Saat ini Tante ingin
sesuatu yang lembut dan soft.. Mmhh..” kedua tanganku memegang pipinya.
“Iya Tante Didit akan bikin apa maunya Tante..” jawabnya.
“Iya Tante Didit akan bikin apa maunya Tante..” jawabnya.
Jari tengahnya mulai menyentuh
itilku dan sesekali itilku dielus-elus dengan jari tengahnya walau dengan
sedikit sulit. Aku kembali mengulum bibirnya dengan pelan dan mesra sekali. Dia
balas mengulum bibirku, lidahnya dimainkan didalam mulutku, terkadang lidahku
disedotnya. Aku benar-benar menyukai cara permainan lidahnya karena aku
tergolong baru dalam hal-hal sex yang seperti ini. Akhirnya aku sambil
menekan-nekan pipinya dan terkadang meremas-remas rambutnya.
“Mmhh”
Disaat kami masih berciuman,
kedua kakiku itu direnggangkan dengan kedua kakinya, agar tangan kanannya
bermain dengan leluasa. Setelah kedua kakiku terbuka lebar jari tengahnya
menekan-nekan itilku sedang jari telunjuknya berputar-putar dibibir memekku.
Ciuman dibuatnya lebih panas
lagi dan kadang disedot lidahku yang mungil dengan agak kuat. Nafsu birahiku
cukup terangsang dengan pola permainan ini, sehingga aku hanya meremas-remas
rambutnya dengan kedua tanganku.
“Mmhhss”
Kini setelah agak basah memekku
dia mengubah posisi jari telunjuknya, kini jari itu dimasukkan kedalam memekku.
Jarinya mencari g-spot yang berada di dalam memekku, setelah ditemukan digosok
perlahan-slahan dan diimbangi dengan gerakan jari tengahnya yang mengelus-elus
itilku itu.
“Sshh.. Ditt.. Mmhh”
Tubuhku terasa mulai melayang
menikmati permainan pada g-spot ku. Kegiatan itu terus dilakukan sedangkan
bibirnya masih menyatu dengan bibirku dan terkadang lidahku disedot-sedot dan
digigit-gigit kecil. Tangan kirinya berusaha mengelus-elus punggungku yang
masih berpakaian itu. Rangsangan cukup hebat yang aku dapatkan membuat kedua
tanganku bergerak meremas bantal yang ditidurinya sehingga ketiakku berada
disisi kiri dan kanan kepalanya.
“Oohh.. Nikmat sekali Ditt…
sshh..”
Tangan kirinya berusaha mencari
tetekku, jari tangan kanannya masih bermain dimemekku, kadang dimainkan cepet
sekali, terkadang dimainkan lambat. Tubuhku mencoba merayap semakin keatas
sehingga tetekku berada didepan wajahnya. Dengan satu tangan kirinya dia
mencoba membuka bajuku, setelah terbuka tangan kirinya langsung meremas-remas
tetekku. Sedangkan jari-jari tangan kanannya masih dimemekku kini jari-jari itu
dia goyangkan seperti langkah orang berjalan, kadang cepat kadang lambat.
“Jangan dilepas Dit baju Tante
mmhh.. Tante ingin terlihat sexy sama Didit”
“Aku cuma mau ngeluarin tetek Tante saja kok..”
“Aku cuma mau ngeluarin tetek Tante saja kok..”
Setelah dia bisa mengeluarkan
tetekku langsung mulutnya menyambar putingku dan langsung menyedot-menyedot
putingku yang kecil itu. Tangan kirinya meremas-remas tetekku yang kiri. Kini
jari telunjuknya keluar dari memekku dan ikutan bermain di itilku dengan kedua
jari berputar-putar diatas itilku itu.
Aku terus merayap hingga kini
kepalanya melihat rok mini kulitku membuat posisiku bertumpu dengan kedua
tanganku di bantal.
“Sshh Dit..”
Setelah aku menaikkan posisi
tubuhku dan posisi memekku diatas muka, dia langsung menarik rok miniku keatas
agar dia bisa melihat memekku yang berjembut lebat. Setelah kelihatan dia
langsung kecup pas diatas itilku. Memekku itu dibelah dengan kedua tangannya,
lidahnya langsung begoyang-goyang di itilku dengan sesekali disedotnya
.
“Aahh Ditt enakk… Hh..”
Aku mulai berkelojotan
merasakan permainan lidah dan bibirnya di memekku. Kedua tanganku meremas-remas
rambutku sendiri. Aku tidak bisa melihatnya karena wajahnya yang tertutup rok
miniku seluruhnya. Kadang itilku digigit-gigit kecil lalu disedot perlahan.
Lidahnya pun kadang menjilat-jilat bibir memekku dari kanan ke kiri.
“Lidah pribumi memang nakall
hhss..” aku berteriak sambil kepalaku tergeleng-geleng kekiri dan kekanan.
Lidahnya semakin berputar-putar
didalam lubang memekku yang basah, kadang diselingi sedotan pas dilubang
memekku. Dikala dia menyedot pas dilubang memekku jari telunjuknya
menekan-nekan itilku. Permainan lidahnya dimemekku membuat aku berada diujung
puncak kenikmatan. Mataku terpejam rapat-rapat ingin merasakan kenikmatan yang
akan segera kuraih.
Kedua tanganku meremas-remas
tetekku sendiri yang seluruh kancing bajunya telah terbuka. Jari telunjuknya
yang kanan diposisi menggoyang-goyangkan itilku terus dilakukan kadang
ditekan-tekan itilku itu. Sedangkan lidahnya terus menyapu bibir memekku.
Permainan dibuatnya dengan tempo cepat sekali. Sedotannya pun sering dilakukan
dilubang memekku. Terkadang lidahnya dimasukkan kedalam lubang memekku.
“Cukup Ditthh.. Sshh buka
celananya Dit sekarang”
Aku berdiri diatas ranjang
menginjak kasur dengan sepatu boot yang masih terpakai.
“Iya Tante..”
Diapun langsung membuka celana
jeansnya dan cdnya langsung dilepaskan. Aku terus meremas-remas tetekku dengan
tangan kanan sedangkan tangan kiriku memainkan itil yang tepat berada sekitar
hampir 1 meter dari kepalanya. Tak lama kemudian keluarlah kontolnya yang sudah
berdiri, sesaat dia mengelus-elus kontolnya sendiri.
“Shhmm..”
Kedua matanya memandangiku. Aku
berbalik badan untuk melihat kontol pribumi yang sudah ngaceng itu sambil terus
melakukan sedikit gerakan-gerakan erotis seperti wanita binal, aku masih
berdiri diatas ranjang. Tangan kanannya masih mengelus-elus kontolnya yang
tegang, tangan kirinya meremas-remas pantatku yang montok itu. Sesekali jarinya
ada yang menelusup masuk kebibir memekku dan dielusnya.
“Oohh Ditt..”
Dengan masuknya jarinya ke
memekku, tangan kiriku mengelus-elus jembutku yang lebat sambil membayangkan
jika kontol pribumi yang begitu hitam dan besar itu masuk dalam mulutku karena
aku tidak pernah menghisap kontol sebelumnya hanya menyaksikan di film-film
saja.
Jari telunjuknya dimasukkan ke
memekku dan digosok-gosok ke bibir memekku sambil terkadang dimasukkan ke
lubang memekku. Sedang ibu jarinya bergoyang-goyang pada tempat antara memekku
dengan lubang anusku. Tubuhku akhirnya terjatuh berlutut dikasur karena lemas
menahan serangan yang dilakukannya. Kini aku mulai memegang kontolnya dengan
kedua tanganku. Ingin sekali rasanya aku untuk mencoba menghisap kontol pribumi
yang membuat diriku menjadi binal.
“Aahhdiittsshh”
Karena posisi pantatku,
terutama memekku dekat sekali dengan wajahnya, dia langsung menarik pantatku
merapat ke wajahnya. Dia langsung menjulurkan lidahnya ke dalam memekku yang
basah sedangkan jari telunjuk kanannya dimainkan diitilku. Dia mencoba untuk
menyedot pinggir lubang memekku.
“Ditt..”
Aku jatuh tertelungkup di atas
tubuhnya karena tarikan tangannya di pantatku. Sehingga kontolnya berada dekat
sekali dengan wajahku. Aku terus meremas-remas kontolnya dengan lembut.
Lidahnya masih bermain dilubang memekku. Sedangkan jari telunjuknya masih
bergoyang-goyang di itilku.
Tangan kirinya menggapai
kontolnya lalu didekatkan kebibirku. Lidahnya sesekali bergoyang kekanan dan
kekiri menyentuh bibir-bibir memekku. Kontolnya menyenggol-nyenggol terus
bibirku yang masih enggan untuk mengulum karena selama ini bayanganku jijik
untuk mengulum kontol.
“Eeaasshh mmhh”
Dia menyedot bibir memekku yang
kanan. Jarinya masih menggoyang-goyangkan itilku kadang berputar-putar sambil
ditekan-tekan itilku yang mungil itu. Tubuhku menggerinjang akibat permainan di
itil dan memekku.
“Entott Tante Ditsshh”
kini dia menyedot bibir memekku yang kiri. Itilku dipegang dengan jari telunjuknya dan ibu jarinya lalu dipelintir-pelintir.
“Pake konthhooll priibumii Dittsshhmm”
kini dia menyedot bibir memekku yang kiri. Itilku dipegang dengan jari telunjuknya dan ibu jarinya lalu dipelintir-pelintir.
“Pake konthhooll priibumii Dittsshhmm”
Aku yang sudah gatal mau
dientot berteriak dengan sekuatnya tanpa mempedulikan ada yang mendengarnya.
Karena aku sudah meminta-minta dilepaskanlah itilku itu dan ganti lidahnya yang
bermain di itilku sambil digigit kecil itilku. Setelah itu disedot isi memekku.
“Oogghh.. Tante mohon entotin
Tante Dithhmm..”
Aku yang sudah kalap sama
kontol pribumi berteriak-berteriak tidak sabar. Setelah itu diangkatnya
pantatku itu lalu setengah didorong kedepan agar memekku pas diatas kontol yang
sudah berdiri tegak. Setelah pas tangan kanannya yang memegangi kontolnya lalu
digoyang-goyang dan dipukul-pukul memekku itu dengan kontolnya. Posisiku jadi
menungging saat itu.
“Masukin Ditt.. Tante sudah
gatel nih..”
Aku bertumpu dengan lutut dan
kedua tanganku yang masih berpakaian lengkap itu. Setelah dipukul-pukul
kontolnya digosok-gosok dengan kepalanya pas di itilku. Kadang dia mulai
menggosok dari atas lubang memekku sampai ke itil. Tangan kirinya mengelus-elus
pantatku kadang dipukul-pukul pantatku.
“Pribumi bajingan.. Jangan
bikin Tante penasaran..” bentakku yang sudah tidak tahan untuk segera dientot.
Dia mulai mencoba memasukkan
kepala kontolnya, namun baru kepala kontolnya dia mencabut lalu digosok lagi ke
itilku hingga menyentuh bulu jembutku yang lebat. Itu dilakukannya hingga
beberapa kali.
“Sshh Ditt bangsatt kamuu”
Aku menggerinjang menerima
kontolnya yang keluar masuk hanya kepalanya itu sambil kedua tanganku yang
bertumpu dikasur meremas bed cover. Setelah puas melakukan itu dia memasukkan
kontol ke dalam memekku hingga setengahnya lalu ditarik kembali hingga tinggal
kepala kontolnya yang ada didalam memekku. Itupun dilakukan hingga beberapa
kali, sedangkan tangannya yang kanan memegang pinggangku. Tangan kirinya
meremas-remas tetekku, terkadang-kadang memelintir putingku.
“Sshh.. teruss”
Aku menggelengkan kepala
menahan laju kontolnya yang begitu besar untuk masuk ke memekku. Kedua tanganku
menarik bed cover dengan kuat sekali. Karena kedutan otot-otot memekku yang
meremas urat kontolnya, dia tampak tidak tahan untuk segera memasukkan
kontolnya ke dalam memekku.
“Achhss..”
“Memek chinanya enak Tantee.. Oouyucchhss”
“Kontoll pribumii mentookkhh”
“Memek chinanya enak Tantee.. Oouyucchhss”
“Kontoll pribumii mentookkhh”
Aku tidak peduli ada yang
mendengar teriakanku itu.
“Oogffhh”
Tubuhku sedikit terangkat
menerima sodokan kontol yang hingga mentok itu. Sesaat didiamkan kontolnya
dalam memekku. Lalu dia mulai menariknya perlahan-lahan lalu didorong lagi
dengan sekuat tenaga. Kadang pantatnya digoyangkan kekanan dan kekiri agar kontolnya
bisa mengaduk-aduk isi memekku.
“Mmsshh Ditt”
aku ikut bergoyang hingga
rambutku yang tergerai menutupi punggung menjadi berantakan. Kontolnya yang
begitu penuh di dalam memekku membuat aku melenting ke belakang sehingga aku
kini tidak bertumpu lagi pada kedua tanganku. Kedua tangannya meremas-remas
pantatku yang mulus kadang dielus-elusnya. Sodokkan demi sodokkannya dilakukan
kadang lambat kadang cepat.
“Terusshh Ditt.. Enaknyaa
kontol pribumii.. Sshh”
Akhirnya punggungku bersandar
didadanya sambil tangan kananku menggapai kepalanya yang ada disebelah kanan
kepalaku.
“Memek chinaa pun enak
Tantee..” teriakannya tidak kalah dengan suaraku.
Karena punggungku menempel
didadanya, leherku dijilat dan diciumnya. Tangan kanannya meremas-remas tetekku
dan memilin putingku, sedang tangan kirinya mengelus-elus itilku. Aku semakin
menggebu-gebu mendengar kata memek cina.
“Aacchh Ditt.. Entotin terusshh”
“Achh.. Tante memeknya chinaa enakkss..”
“Achh.. Tante memeknya chinaa enakkss..”
Dia mendorong-dorong pantatnya
kearah atas hingga tubuhku ikut bergerak-gerak keatas. Tangan kirinya
mengelus-elus itilku, kadang berputar-putar dengan kedua jarinya. Posisi ini
membuatku tidak dapat ikut bergoyang, akhirnya aku memohon kepadanya untuk
mengentot aku dengan posisi aku dibawah.
“Ditt.. Tante rebahan ya.. Mmhh”
“Iya Tante.. Ehmss”
Akhirnya aku melepas kontolnya
yang ada di dalam memekku. Dan aku merebahkan tubuh telentang di spring bed.
Pakaianku masih lengkap hanya kancing baju yang terbuka.
“Suka memek cina Ditt sshh”
“Suka Tante.. Suka sekali sama memek cina yang satu ini Tantee..”
“Suka Tante.. Suka sekali sama memek cina yang satu ini Tantee..”
Setelah tubuhku terbaring
telentang tangan kanannya menggosok-gosok memekku dan dimainkan itilku,
dielus-elus dengan ibu jarinya.
“Cepet entotin cina lagi Ditt..
Sshh”
Aku sudah tidak sabar lagi
untuk menunggu. Kedua tanganku memegang bantal bagian atas sehingga ketiak
mulusku yang tanpa bulu sedikitpun terpampang jelas. Aku menatap tubuhnya yang
hitam seakan membangkitkan gairahku. Tangan kanannya memegang kontolnya, lalu
dipukulkan, digosok-gosok diatas memekku hingga ke itilku.
“Cepetan pribumi bangsat”
bentakku yang sudah tidak sabar lagi untuk segera dientot.
Setelah puas dengan gosokannya
ke itilku, lalu dimasukkan kontolnya ke lubang memekku.
“Annjingg sshh” dia masukkan
semua batang kontolnya ke dalam memekku.
“Achhss.. Enakss Tattaanntee..”
Kedua tanganku meremas kuat
bantal yang kupegang tadi. Aku mainkan terus otot memek berkali-kali. Denyutan
urat memekku yang begitu kuatnya, membuat dia pun tidak ingin kalah dengan
permainan memek yang kuberikan lalu disodok-sodoknya memekku itu.
“Aacchh teruusshh”
Tangan kirinya meremas-remas
tetekku bergantian kadang kiri, kadang yang kanan. Itu dilakukan terus tanpa
henti-hentinya. Sedangkan tangan kanannya mengelus-elus perutku. Aku berusaha
memutar-mutar pantatku agar kontolnya cepat enyemprotkan peju.
Goyangan pantatnya diimbangi
dengan gerakan kekanan dan kadang kekiri oleh Didit. Tubuhku melenting-lenting
karena kenikmatan sehingga dadaku tampak sedikit membusung kedepan.
“Sshh mmhh cepetthh Ditt kita
keluar barengghhss”
Tampaknya dia juga merasakan
akan segera keluar, maka goyangan pantatnya dipercepat sekali.
“Buka baju kamu Dittss Tante
mau lihat tubuh hitam Diditsshh”
Aku merasa horny sekali ingin
melihat laki-laki muda pribumi yang hitam mengentot cina yang putih. Sambil
menggoyangkan pantatnya, dia melepaskan baju dengan kedua tangannya. Posisi
kontolnya masih maju mundur didalam memekku. Aku tarik tangannya dan memeluk
tubuh hitamnya dengan erat sambil terus menggoyangkan pantat berputar. Tidak
lupa aku mainkan otot memekku untuk meremas-remas kontolnya.
“Sshh terusshh”
Posisi tubuhnya skrg diatas
tubuhku bertahan dengan kedua siku tangannya sedangkan telapak tangannya
memainkan tetekku. Kadang memutar-mutar putingku, sedangkan gerakan pantatnya
bukan lagi kedepan atau kebelakang melain keatas dan kebawah. Kadang bibirnya
menyedot-menyedot puting tetekku.
“Ayo Ditthh kita keluar
barengghh cepettann” teriakku yang sudah diujung birahi.
“Iya Tantee.. Ehmss”
“Iya Tantee.. Ehmss”
“Sshh”
Dia mempercepat gerakan
pantatnya maju mundur. Aku memeluk tubuh hitamnya semakin erat seakan tak ingin
lepas untuk selamanya.
“Ayoo Tantee”
“Ayoo pribumii”
“Ayoo pribumii”
Saat itu mataku terpejam erat.
Sodokan kontolnya di memekku semakin cepat sekali. Tubuhku bergoyang semakin
menggila.
“Ayoo memek chinaa.. Itil
chinaa ayukss..”
Sambil meremas tetekku
kuat-kuat dan goyangan pantatnya cepat sekali sehingga kontolnya menghunjam
memekku dengan ganasnya.
“Aahh Ditt, Tantthee nggak
kuatthh, kekeelluuaarinn barengss”
Tubuhku mengejang dan
jari-jariku mencakar-cakar punggungnya yang hitam.
“Aacchh Tantee keluarrshh”
Aku dan Didit keluar bersamaan.
Pejunya menyembur-nyembur bagai lahar panas membanjiri memekku ini. Kedua
kakiku menekan pantatnya agar kontolnya dapat masuk sedalam-dalamnya dimemekku.
Kemudian tubuhnya lunglai menindih tubuhku. Aku memeluk erat tubuhnya sambil
mencium bibirnya kemudian mengulumnya.
“Aauummhh enaknya kontol
pribumi Dittsshh” dia menyedot lidahku disaat aku mengulum bibirnya.
“Enak juga memek chinanya Tante ehmss” aku mengulum terus bibirnya dan lidahnya sambil tanganku meremas-remas rambut Didit dengan lemas.
“Tante bisa gila kalau nggak dientot sama pribumi Dit” bisikku.
“Enak juga memek chinanya Tante ehmss” aku mengulum terus bibirnya dan lidahnya sambil tanganku meremas-remas rambut Didit dengan lemas.
“Tante bisa gila kalau nggak dientot sama pribumi Dit” bisikku.
Sambil dimainkan lidahnya
didalam mulutku, tangannya mengelus-elus rambutku.
“Didit juga gila sama memek
chinanya Tante” sambil mengelus-elus keningku yang penuh dengan keringat
setelah pertempuran yang hebat itu.
Karena lemasnya aku ingin tidur
dalam pelukan Didit dengan kontol yang masih terbenam di memekku. Aku
memejamkan mata dan pikiranku terbang melayang membayangkan hari-hari yang
berikutnya penuh dengan sejuta kenikmatan dan sensasi yang membuat gairahku
semakin bertambah.



