Fatimah
Gadis Seksi
Ketika umurku
menginjak 13 tahun, aku mulai merasakan perubahan dalam diriku, kurasakan saat
itu buah dadaku mulai bertambah montok, belum lagi ketiakku mulai ditumbuhi
dengan bulu bulu halus yang membuat aku merasa malu pada teman temanku, namun
dibalik itu aku mulai merasakan adanya gejolak gejolak aneh dari dalam diriku
setiap kali aku memandang tubuhku yang telanjang di depan kaca, rasanya aku merasakan
tubuhku panas dan sepertinya dari buah dadaku yang sudah mengembang besar itu
terasa geli.
Aku tak mengerti semua
ini, setiap kali aku merasakan semua ini aku hanya dapat diam saja, paling aku
hanya meremas sendiri buah dadaku agar tidak terasa geli, tapi semuanya tak
menolong. Sampai suatu ketika aku menjadi kaget ketika saat mandi aku melihat
celana dalamku penuh dengan darah. Aku menangis menemui ibuku dan mengatakan
semua ini.
Dengan tertawa ibuku
berkata bahwa sekarang aku sudah akil balig karena aku sudah mendapat haid.
Baru saat itulah aku mengerti lebih jelas tentang diriku sebagai wanita,
sehingga ketika dari kemaluanku mulai tumbuh bulu bulu keriting yang makin lama
makin memenuhi memekku, aku bukannya takut bahkan aku menjadi bangga, Setiap
pagi kuperhatikan bulu bulu itu, kucuci dengan sabun dan kulap dengan handuk,
begitu juga dengan bulu ketiakku yang makin hari makin bertambah lebat. Semua
ini berlangsung sampai umurku menginjak 16 tahun.
Pada umur 16 tahun ini
aku merasakan bahwa tubuhku sudah benar benar mekar sempurna, badanku cukup
jangkung untuk ukuran perempuan seumurku yaitu 170 cm, aku memiliki sepasang
buah dada yang sangat montok dan kencang, puting susuku berwarna kecoklatan
sangat serasi dengan kulitku yang agak kehitaman ini, begitu juga dengan kakiku
panjang sekali dan dipangkal pahaku penuh dengan kerimbunan jembut yang hitam
legam hampir mencapai ke pusarku.
Semua ini seringkali
membuat aku sangat bangga dengan diriku, karena hampir semua teman putriku iri
melihat badanku yang seksi ini. Tetapi ada satu hal yang seringkali membuat aku
gelisah, karena dengan bertambah dewasanya usiaku aku makin merasakan gejolak
birahiku makin menggebu gebu. Setiap kali aku telanjang bulat sendirian, aku selalu
merasakan nonokku basah dan sepertinya ada rasa yang tidak enak di
selangkanganku ini. Begitu juga susuku seringkali putingnya menjadi kaku dan
terasa geli sekali bila disentuh. Suatu kali ketika kurasakan nonokku basah dan
terasa ada yang mengganjal di selangkanganku, timbul keinginanku untuk
mengetahui apa yang membuat rasa tak enak diselangkanganku itu.
Ketika kusibakkan
jembutku yang lebat dan panjang itu serta kukuakkan bibir nonokku, barulah aku
tahu bahwa ternyata itilku yang mengembang membuat nonokku serasa terganjal.
Memang itilku besar sekali, jika sedang ngaceng. Ketika kusentuh dengan jariku,
aku langsung seperti tersengat oleh rasa geli yang menjalar keseluruh tubuhku.
Aku tak dapat berbuat apa apa karena memang aku tak mengerti, tetapi aku sadar
bahwa aku mempunyai nafsu yang besar, namun karena tidak punya jalan
pelepasannya, maka sampai saat itu aku masih belum tahu cara menikmatinya.
Pada usiaku yang
kesembilan belas, aku sudah menyelesaikan SMA ku dan rencananya aku kepengen
meneruskan pelajaranku keperguruan tinggi. Tetapi pada waktu itu oleh Bapak dan
Ibu aku dikenalkan pada seorang laki laki yang rencananya akan dijodokan dengan
aku. Meskipun saat ini bukan jamannya Siti Nurbaya, tetapi adat istiadat
bangsaku membuat aku tak berdaya untuk menolak kemauan orang tuaku ini. Dan
sebenarnya yang paling penting, dengan punya teman laki laki berarti aku bisa
bereksperimen untuk mengetahui nikmatnya seks.
Calon suamiku bernama
Rhoma dia seorang pemuda anak orang kaya, pada awal perjumpaan kelakuannya
memang alim sekali, tetapi pada beberapa pertemuan berikutnya ketika orang
tuaku sudah tidak ikut menemani kami, maka omongannya mulai melantur dan jorok,
tetapi anehnya aku menyukai semuanya itu. Bahkan aku berharap agar dia berbuat
lebih dari pada sekedar omong saja. Orang tuaku memberi kebebasan untuk aku dan
Rhoma berpacaran, mereka selalu membiarkan kami berdua dikamar tamu, bahkan
kadang kadang mereka pergi meninggalkan kami berdua dengan seorang pembantu
dirumah. Ini semua membuat Rhoma jadi makin berani dan akupun selalu bersikap
meladeni apapun juga yang dilakukan Rhoma, karena aku tahu bahwa Rhoma akan
mampu memenuhi rasa ingin tahuku yang sangat besar itu.
Siang itu aku
sendirian dirumah, karena kedua orang tuaku pergi ke Pasuruan untuk suatu
urusan, dalam keadaan kesepian aku mencoba menelepon Rhoma dirumahnya, ternyata
Rhoma ada dirumah dan iapun juga sedang menganggur tanpa pekerjaan. Ketika
kuberitahu bahwa orang tuaku sedang pergi dan kutawari agar dia datang ke
rumahku Rhoma setuju. Tidak sampai sepuluh menit kemudian kudengar suara mobil
Rhoma berhenti didepan rumahku, aku berlari lari keluar untuk membukakan pintu.
Setelah kupersilahkan duduk, aku masuk sebentar untuk mengambilkan minum dan
kemudian aku duduk mendampinginya.
Mula mula kami omong
omong saja, tetapi tangan Rhoma mulai mengembara ke pahaku dan bibirnya mulai
juga menciumi bibirku, lidahnya dijulurkan memasuki mulutku akupun membalasnya
dengan menjulurkan lidahku sehingga lidah kami saling berkaitan. Kupeluk Rhoma erat
erat karena aku mulai bernafsu menikmati ciuman Rhoma yang hangat itu, apalagi
ketika kurasakan tangan Rhoma menyelusupi bajuku dan meremas susuku yang kanan.
Aku menggeliat karena puting susuku terasa geli sekali oleh sentuhan jari jari
Rhoma, yang meremas susuku dengan bernafsu sekali.
Tidak puas dengan satu
tangan Rhoma memasukkan kedua tangannya kedalam bajuku dan mulai meremas serta
memilin milin puting susuku. Aku menjadi gelisah karena remasan tangan Rhoma
membuat nonokku jadi gatal dan berair, kupeluk Rhoma makin erat sambil makin
menekankan bibirku ke bibir Rhoma sekedar untuk menahan nafsuku yang membara
itu. Tidak puas dengan meremas remas dadaku, tangan Rhoma makin turun kebawah
dan mulai meremas remas pantatku, aku menggelinjang dan mulutku mulai mendesah,
dalam hatiku aku agak takut juga, karena saat itu seperti biasanya kalau sedang
di rumah, maka aku tidak memakai celana dalam. Aku yakin bahwa Rhoma mengetahui
hal ini, karena mendadak tangannya sudah menyentuh bukit nonokku yang penuh jembut
dan meremasnya dengan lembut.
Saat itu aku benar
benar pasrah aku hanya menunggu apa yang akan dilakukan Rhoma, karena semuanya
terasa nikmat dan geli. Ketika Rhoma berbisik agar aku membuka bajuku dengan
sigap aku segera melepasnya.
Begitu melihat susuku yang tanpa penutup itu Rhoma
langsung menciuminya serta menghisap putingnya sembari terus menerus meremas
remasnya. Tanpa sadar aku mencakar punggung Rhoma karena aku merasakan kegelian
yang amat sangat disamping nonokku rasanya seperti bengkak dan basah kuyup oleh
nafsuku sendiri. Dalam keadaan tubuh separuh telanjang Rhoma membaringkan aku
di atas sofa, sambil bibirnya terus menghisap puting susuku yang sudah membatu
itu tangan Rhoma mulai beraksi melepaskan rokku yang bawah.
Aku bukannya berusaha
melarangnya, malahan aku sengaja mengangkat pantatku supaya Rhoma lebih mudah
membukanya. Begitu rokku ditarik kebawah, terpampanglah sudah tubuhku dalam
keadaan telanjang bulat. Meskipun sudah seringkali kami bermesraan seperti ini,
tetapi untuk telanjang secara utuh, baru kali ini aku lakukan. Tak heran
bilamana Rhoma begitu terangsang melihat pangkal pahaku yang jembutnya lebat
seperti hutan itu.
Diciuminya jembutku
sambil menggosok gosokkan hidungnya ke selangkanganku dengan penuh nafsu. Rasa
gatal yang ditimbulkan oleh gesekan kulit hidung Rhoma dengan jembutku membuat
aku menjadi gelisah. Maka bila semula tadi pahaku seperti terkunci rapat karena
rasa tegang, maka tanpa kusadari pelan pelan terkuak membuat Rhoma makin
belingsatan karena nonokku yang masih perawan itu terpampang dihadapannya.
Tanpa sungkan Rhoma langsung saja menciumi itilku yang sudah kaku seperti batu
itu dan menjilati dengan lidahnya.
Aku merasa seperti
kena listrik begitu lidah Rhoma menyentuh ujung itilku…….rasanya enak sekali…….
geli gatal semuanya menjadi satu. Kurengkuh kepala Rhoma yang menempel disela
sela pahaku dan kutekan keras keras agar makin menempel ke nonokku. Inilah
benar benar kenikmatan yang selama ini aku ingin rasakan…begitu nyata dan
nikmat…geseran lidah Rhoma diujung itilku membuat nafsuku memuncak, apalagi
ketika Rhoma juga mulai menjilati bagian dalam nonokku itu.
Kudengar suara
berkecipak ketika Rhoma menjilati nonokku yang sudah basah kuyup itu. Aku benar
benar seperti kena sihir, aku merintih rintih oleh rasa nikmat itu. Rupanya
Rhoma sendiri sudah tak tahan dengan semua ini. Ia tiba tiba menghentikan
gerakannya dan berdiri, aku sangat terkejut kutatap wajah Rhoma yang berdiri
didepanku, rupanya Rhoma sedang melepaskan pakaiannya dan telanjang bulat.
Aku kaget sekali
ketika melihat kontol Rhoma yang dalam pandanganku begitu besar dan
menyeramkan. kontolnya berwarna coklat kehitaman melengkung dengan ujungnya
yang pelontos persis seperti jamur , panjang sekali. Baru kali ini aku melihat
kontol pria yang sesungguhnya, apalagi dalam keadaan ngaceng seperti kepunyaan
Rhoma saat ini sungguh mendebarkan dan benar benar menakutkan, aku tak dapat
membayangkan seandainya barang yang sebegitu besar dimasukkan dalam liang nonok
yang sempit.
Selesai melepaskan
semua pakaiannya, Rhoma kembali mulai menciumi nonokku dan juga menjilati liang
nonokku, agar supaya lebih leluasa menjilati bagian dalamnya, Rhoma
merentangkan kakiku lebih lebar lagi sehingga nonokku makin merekah. Aku
merasakan kehangatan lidah Rhoma menelusuri bagian dalam nonokku, enak
sekali……
Rhoma benar benar pandai menjilati nonok, aku menggelepar gelepar
setiap kali lidahnya menyapu bagian bagian yang peka dari nonokku, rasa geli
yang kurasakan sepertinya tak tertahankan lagi hingga tiba tiba aku menjerit
karena kurasakan suatu desakan dari dalam liang nonokku seperti terlepas
keluar. Kurasakan dinding nonokku sepertinya berdenyut denyut nikmat sekali
disertai mengalirnya cairan hangat dari dalamnya.
Badanku jadi kaku
menahan rasa nikmat yang tiada taranya itu, kutekankan kepala Rhoma
keselangkanganku dan kujepit kepalanya dengan kedua pahaku agar aku dapat lebih
menikmati rasa geli yang luar biasa ini. Ketika rasa nikmat itu mulai
berkurang, akupun merasa sangat lemas sekali. Kulepaskan kepala Rhoma dan aku
terpejam merasakan keletihan yang luar biasa, aku sepertinya tak merasakan
apapun, yang terbayang hanyalah rasa nikmat yang diberikan Rhoma ketika dia
menjilati nonokku. Tiba tiba aku merasa kaget ketika kurasakan ada benda hangat
menempel dibibirku, ketika kubuka mataku, barulah aku tahu kalau benda itu
adalah kontol Rhoma.
” Ayo sekarang kamu
hisap punyaku ya” begitu bisik Rhoma kepadaku. Dengan ragu ragu aku mencoba
menjilat dahulu ujung kontolnya yang licin berkilat itu, terasa asin, ketika
Rhoma agak memaksa agar mulutku menganga lebih lebar maka aku mulai kuatir
kalau kontol sebesar itu tak bisa masuk kedalam mulutku. ” Jangan sampai kena
gigimu, sakit” aku hanya diam saja mendengar kata kata Rhoma, tetapi kucoba
untuk tidak sampai gigiku mengenai batang kontolnya. Pelan pelan Rhoma menekan
kontolnya memasuki mulutku, ketika sudah hampir separuh kontolnya masuk, aku
mulai tersedak.
Kutahan perut Rhoma
dan ia menurut. Disuruhnya aku untuk menghisap hisap dan mengenyot batang
kontolnya serta memaju mundurkan bibirku. Ketika kuturuti semua keinginan Rhoma
itu, kulihat Rhoma memejamkan matanya sambil mendesis seperti keenakan,
tangannya meremas remas susuku sepertinya ingin meremukkannya, tetapi anehnya
aku tak merasa sakit justru nikmat sekali. Tak lama aku menghisap kontolnya,
tiba tiba saja Rhoma mengejang dan kurasakan ada cairan kental menyembur dari
kontolnya memenuhi rongga mulutku, aku terkejut sekali, dengan spontan kutarik
mulutku dan kumuntahkan cairan kental yang sudah terlanjur masuk ke mulutku
itu.
Rhoma sangat kaget
dengan tindakanku itu tangannya segera memegang kontolnya yang masih terus
mengeluarkan cairan putih kental dari ujungnya itu, karena kulepaskan maka
cairan itu menyemprot keluar membasahi mukaku dan susuku.
Setelah beberapa saat
barulah cairan kental itu berhenti keluar dari kontol Rhoma. Rhoma langsung
mengomel ” Kenapa kamu cabut, aku baru merasa enak kok kamu lepas” Aku benar
benar tak mengerti dengan semua ini, aku kebingungan mencari lap untuk
membersihkan cairan kental yang menempel di muka serta di susuku. Ketika Rhoma
menyerahkan sapu tangannya, dengan segera kubersihkan semua cairan kental yang
berwarna putih seperti susu itu. Saat itu barulah aku sadar kalau inilah yang
namanya sperma itu. Tak kusangka bahwa begitu banyak sperma yang dikeluarkan
Rhoma, dan aku jadi agak menyesal karena membuat dia jadi kurang puas menikmati
hisapanku tadi.
Semuanya disebabkan
karena kekurang mengertinya aku. Ketika kulirik lagi, kulihat kontol Rhoma
sudah tidak berdiri seperti tadi lagi, saat ini kontolnya sudah menunduk, aku
tersenyum melihat kontol Rhoma seperti itu. Rhoma diam saja, hanya dia
mengambil sapu tangannya tadi dan melap kontolnya sampai bersih. Karena aku
sadar kalau aku sudah mengecewakannya, maka aku mencoba mengambil hatinya
dengan mengelus elus kontolnya yang sudah mengkerut itu, sementara nonokku yang
masih berlepotan cairan lendir itu kuhadapkan ke muka Rhoma.
Benar saja, Rhoma
langsung hilang marahnya, ia kembali lagi menjilati nonokku, terutama di bagian
luar yang tadinya penuh dengan lendir itu. Karena posisiku yang setengah duduk
tetapi agak mengangkang, maka aku dapat melihat dengan jelas semua tingkah
Rhoma yang menjilati nonokku itu, kedua belah tangannya menguakkan bibir
nonokku sehingga itilku makin maju kedepan, itulah yang menjadi sasaran lidah
Rhoma.
Rasa geli kembali
menyerang tubuhku, tanpa sadar aku meremas remas sendiri susuku. Tiba tiba
Rhoma berdiri sehingga aku bisa melihat kontolnya yang sudah ngaceng lagi itu.
Dengan agak berjongkok Rhoma menuntun kontolnya kearah liang nonokku. Aku kaget
sekali dan segera memberontak, karena untuk yang satu ini aku belum berani. Aku
benar benar takut menjadi tidak perawan, kalau cuma dijilat atau menghisap
kontol saja aku masih bersedia, tetapi kalau sudah dimasukkan, nanti dulu…………
Rhoma agak malu melihat penolakanku itu, dikiranya mungkin aku pasti mau
mengingat apa yang sudah kami lakukan tadi. Aku berkata pada Rhoma kalau untuk
yang satu itu aku belum berani, tetapi kalau yang lainnya boleh saja, karena
aku juga suka.
Rhoma rupanya tidak
kehilangan akal, ia menyuruh aku berbalik lalu ditunggingkannya pantatku
keatas, kurasakan lidah Rhoma menyelusupi liang pantatku yang juga ditumbuhi
oleh jembut, rasanya geli membuat aku terkikik karena jijik. Tapi jilatan Rhoma
tidak hanya disitu saja, lidahnya berpindah pindah dari liang pantat ke bibir
nonokku kemudian pindah lagi ke itilku, semuanya membuat aku jadi terbang
keawang awang lagi. Ketika Rhoma membasahi pantatku dengan ludah yang banyak
aku tetap tak sadar apa yang dimaui Rhoma, baru ketika kurasa perih di
pantatku, aku sadar bahwa kontol Rhoma sudah dimasukkan ke dalam pantatku.
Aku merintih
kesakitan, tetapi Rhoma menyuruh aku diam dan menikmati semuanya itu. Aku
menggigit bibir menahan sakit, sementara tangan Rhoma terus terusan meremas
susuku dan memilin milin putingku. Ketika rasa sakitku sudah mulai hilang,
kurasakan betapa liang pantatku seperti diganjal dengan tongkat yang besar
sekali. Aku kembali meringis ketika Rhoma menarik kontolnya pelan pelan sekali,
melihat aku merintih, Rhoma segera menggosok itilku dengan jarinya sehingga aku
merasa geli dan melupakan sakitku. Demikian terus Rhoma menggelitik itilku
sehingga tiba tiba dia melenguh dan pejunya menyemprot ke dalam liang pantatku.
Rhoma menjadi lega dengan semua ini.
Akupun menjadi lega
karena dapat menyenangkan pacarku. Untuk selanjutnya bilamana ada kesempatan
kami selalu melakukan hal ini, saling menjilat, menghisap dan memasukkan kontol
kedalam pantatku. Belakangan aku juga dapat menikmati enaknya main lewat pantat
ini, karena Rhoma tahu caranya merangsang itilku sambil merojok pantatku yang
juga membuat aku jadi puas.
Ketika usiaku 20
tahun, Rhoma meminangku, karena memang semua ini sudah disiapkan oleh kedua
orang tua kami, maka tidak ada penghalang bagi aku dan Rhoma untuk naik
kepelaminan. Pernikahan kami berlangsung sesuai adat suku yang penuh dengan
upacara upacara, semua berlangsung dengan lamban. Mengapa aku merasakan
kelambanan dari semua acara ini, karena sebenarnya aku sudah ingin cepat cepat
masuk kamar pengantin dan menikmati kontol Rhoma di dalam liang nonokku, bukan
hanya di pantatku saja.
Bayangkan selama satu
tahun sejak pertama kali aku merasakan nikmatnya rangsangan Rhoma, yang dilakukan
Rhoma hanyalah menjilati nonokku, merangsang itilku dengan jarinya paling
banter Rhoma hanya kuijinkan menggosok gosokkan kontolnya diluar bibir nonokku.
Semuanya kurang nikmat karena hanya semu, malam ini aku akan merasakan yang
sejati yaitu kontol Rhoma akan menyelam dalam nonokku, aku akan merasakan
kenikmatan yang sejati, bukan kenikmatan yang semu.
Menjelang jam 10
malam. orang tua kami menyuruh kami beristirahat dahulu, meskipun saat itu
masih banyak tamu yang belum pulang. Aku sebenarnya sangat malu untuk masuk ke
kamar, tetapi karena desakan orang tua, maka kamipun berdiri dan meninggalkan
pelaminan menuju kamar pengantin kami. Hampir semua muda mudi yang masih
tinggal tertawa tawa melihat kami yang menuju kamar pengantin, aku tahu apa
yang mereka tertawakan, karena hal ini juga sering aku lakukan bilamana pergi
ke pesta perkawinan temanku, kami selalu tertawa membayangkan bahwa malam itu
akan ada perempuan yang menangis karena kesakitan tetapi juga sekaligus
keenakan karena bersetubuh !
Membayangkan ini
rasanya aku ingin cepat cepat masuk kekamar dan menutup pintunya, tetapi
rasanya lama sekali perjalanan dari pelaminan menuju kamar tidur kami yang
jaraknya hanya beberapa meter itu. Begitu memasuki kamar, aku langsung duduk
diatas tempat tidur sambil bernafas lega sekali. Rhoma sendiri juga tahu bahwa
kita berdua menjadi sasaran gurauan dari semua yang hadir, karena itu dia
meminta agar aku tetap tinggal di kamar sementara dia akan keluar dahulu untuk
menemui tamu tamu yang masih tinggal agar mereka tidak berpikiran yang macam
macam.
Aku agak kecewa juga
karena acara intim yang aku harapkan ternyata masih harus sedikit tertunda,
karena Rhoma sungkan pada tamu tamunya yang masih nongkrong didepan, seharusnya
tamu tamu itu tahu diri, begitu pengantin masuk kamar, merekapun harus cepat
cepat pulang agar pengantin bisa menikmati malam pertamanya dengan tenang.
Sambil berdiri menatap
kaca hias yang berukuran besar didepan tempat tidurku, aku mulai melepasi
segala perlengkapan yang aku kenakan, memang agak repot juga melepaskan semua
perhiasan dan lain lain yang menempel di badanku, tetapi dengan sedikit
membuang tenaga, akhirnya aku berhasil melepas semua perhiasan dan juga
pakaianku sehingga aku jadi telanjang bulat didepan kaca. Dengan teliti aku memperhatikan
tubuhku sendiri, entah mengapa aku jadi terangsang sendiri melihat tubuhku yang
telanjang didepan kaca ini.
Susuku membusung
dengan putingnya yang coklat berdiri tegak, sedangkan diantara kedua pahaku
berkumpul hutan rimba jembut yang sangat tebal, beberapa hari yang lalu aku
memerlukan waktu hampir setengah jam untuk membersihkan jembutku yang letaknya
kurang beraturan, sehingga saat ini semuanya tampak rapi terutama di bagian
bibir nonok, maksudku agar supaya memudahkan Rhoma kalau nanti memasukkan
kontolnya ke liang wasiat ini. Ketika kucoba untuk meraba nonokku yang sudah
mulai basah, sementara ketika aku menyentuh itilku terasa sudah membengkak
meskipun belum disentuh Rhoma, aku merasa kalau sebenarnya aku sudah bernafsu
sejak kemarin sore, tetapi pelepasannya menunggu saat ini, entah kapan Rhoma
akan masuk kekamar ini untuk dapat memuaskan aku.
Sementara aku menanti
Rhoma sambil berbaring ditempat tidurku dalam keadaan telanjang bulat, aku
mencoba untuk membaca baca majalah, ketika kudengar ketukan dipintu, aku
langsung tahu bahwa itu Rhoma, dengan sengaja aku tidur terlentang sambil
kakiku agak mengkangkang sehingga nonokku terpampang jelas. Kuharap Rhoma akan
terangsang melihat ini semua agar supaya dia tambah bernafsu. Setelah kurasa
posisiku sudah tepat, aku berteriak “masuk”.
Saat itu, bila ada
geledek menyambar mungkin aku tidak sekaget saat ini, karena yang tadinya
kukira Rhoma ternyata adik Rhoma. Kucoba untuk meraih benda apa saja diatas
tempat tidur itu untuk menutupi badanku, tetapi tak sepotong kainpun ada diatas
tempat tidur itu, jadi dengan muka yang terasa sangat panas, aku berusaha
menutupi bagian vitalku dengan kedua tanganku. Dengan terbata bata aku menanyai
Rochim adik Rhoma apa perlunya masuk kamarku.
Dengan muka merah
juga, Rochim mengatakan kalau kakaknya berpesan agar aku tidur dulu kalau sudah
ngantuk. Aku tak dapat menjawab kata kata Rhoma itu, aku sangat malu dan
bingung apa yang harus kulakukan agar Rhoma tidak tahu hal ini. Karena aku diam
saja, Rhoma dengan leluasa memuaskan matanya memandang tubuhku yang terbuka
ini. Aku memberanikan diri untuk berkata pada Rochim agar supaya tidak
menceritakan hal ini pada kakaknya, karena aku sangat malu. Rochim hanya
mengangguk dan langsung keluar dari kamarku. Aku menarik nafas lega, tetapi
mukaku kurasakan masih panas karena malu disamping hatiku masih berdebar debar.
Benar benar memalukan………………
Entah berapa lama aku
tertidur, namun aku terbangun oleh rasa geli diselangkanganku, ketika kubuka
mataku kulihat Rhoma sudah telanjang bulat dengan posisi 69 diatasku, sementara
Rhoma asyik menjilati nonokku, kontolnya yang sudah ngaceng tergantung bebas
didepanku. Tanpa menunggu lagi langsung aku menggenggam kontolnya dan
menghisapnya seperti aku menghisap permen loli. Aku sudah lupa dengan kejutan
si Rochim tadi, rasa geli yang ditimbulkan oleh jilatan Rhoma membuat aku makin
berusaha melebarkan pahaku supaya nonokku tambah lebar dan lidah Rhoma makin
dalam menelusuri nonokku.
Aku merasakan
kenikmatan yang luar biasa terutama di bibir nonokku, rasanya aku sudah hampir
mencapai orgasme, aku tahu bahwa kali ini Rhoma ingin membuatku benar benar
merasakan nikmatnya seks, karena itu aku juga tak mau kalah, aku juga menggarap
kontol Rhoma yang sedang kuhisap ini,
Dengan lidahku kuselusuri batang kontol
Rhoma mulai dari ujungnya sampai ke pangkalnya berulang ulang baru kemudian
kukulum ujung kontolnya yang seperti jamur itu dan kemudian lubang kencingnya
aku gosok gosok dengan lidahku sampai Rhoma menggeliat geliat menahan geli, aku
tak perduli, malahan buah pelir Rhoma aku usap dengan jari jariku dan ujung
kontolnya kukulum dan pelan pelan aku memasukkan batang kontolnya ke dalam
mulutku yang sudah kupenuhi dengan air liur itu sampai akhirnya kurasakan ujung
kontol Rhoma menyentuh pangkal leherku, aku agak tersedak tetapi kutahan agar
tidak sampai membuat Rhoma kecewa. Saat itulah Rhoma menghentikan jilatannya
sehingga akupun menghentikan kulumanku.
Ketika kulihat Rhoma
berputar posisi dan mulai menciumi bibirku, aku merasakan bahwa inilah saatnya
yang sudah lama kunanti nantikan kontol Rhoma memecahkan keperawananku. benar
saja Rhoma meletakkan bantal di bawah pantatku sehingga pantatku terangkat
keatas dan nonokku makin mencembung, dengan agak gemetar Rhoma menepatkan ujung
kontolnya diantara bibir nonokku dan dengan pelahan dia mendorong kontolnya
memasuki liang nonokkku, aku memejamkan mata dan tiba tiba saja kurasakan ada
sedikit rasa perih yang kemudian tidak kurasakan lagi karena Rhoma sudah
menempelkan seluruh badannya ke atas tubuhku sambil menciumi bibirku. Tangan
Rhoma asyik meremas remas susuku ketika tiba tiba kurasakan Rhoma mulai menarik
kontolnya, saat itu kembali kurasakan rasa ngilu tetapi juga ada rasa geli
karena gesekan kontol Rhoma dengan dinding nonokku yang sangat peka itu.
Merasakan kalau aku
kesakitan, Rhoma menahan gerakannya dan barulah dilanjutkannnya lagi ketika aku
kelihatan sudah diam, ketika Rhoma mendorong lagi kontolnya ke dalam liangku,
rasa sakit itu sudah tak terasa lagi, yang kurasakan adalah rasa geli apalagi
ketika ujung kontol Rhoma menghunjam dasar liang kemaluanku yang masih peret
itu, benar benar nikmat.
Belum lama Rhoma
memaju mundurkan kontolnya aku mendadak merasakan geli yang luar biasa
disekeliling liang nonokku sehingga membuatnya jadi mengejang rupanya saat itu
aku mencapai kepuasan yang selama ini aku nanti nantikan kepuasan dari hubungan
seks yang sebenarnya, bukan cuma kepuasan dari hasil jilat menjilat seperti
dulu. Aku merintih sambil menggigit pundak Rhoma, saat itu juga kurasakan Rhoma
menusukkan kontolnya dalam dalam dan diapun menyemburkan pejunya kedalam liang
nonokku.
Benar benar asyik…………
Aku tergeletak tanpa sadar untuk beberapa waktu rasanya badan ini lemas lunglai
tetapi dalam hatiku nafsuku masih berkobar kobar karena belum puas betul. Aku
juga merasa kalau kontol Rhoma yang masih terkubur dalam nonokku itu juga masih
keras, sehingga ketika kucoba menggerak gerakkan pantatku kurasakan kontol
Rhoma masih mengganjal dalam liangku itu.
Ketika Rhoma merasakan
gerakan pantatku, ia menggerakkan kepalanya dan menatapku sambil berkata, “Enak
ya……..apa kamu mau lagi ? Aku tidak menjawab tetapi aku hanya menyeringai saja,
kucium bibir Rhoma dengan gemas sambil mendekapnya erat erat. Pelan pelan Rhoma
menggerak gerakkan kontolnya lagi, kurasakan kontol Rhoma mulai mengembang di
dalam nonokku sampai akhirnya memadati nonokku lagi.
Aku menggigit bibirku
ketika Rhoma menekan ujung kontolnya sehingga leher rahimku yang tentunya
sangat perasa itu tergosok keras sekali. kontol Rhoma sebenarnya cukup panjang
tetapi karena agak melengkung maka kelihatan pendek namun ukurannya gemuk
sekali sehingga untuk nonokku yang masih baru dipakai ini menimbulkan rasa geli
yang luar biasa karena membuat liangku padat dan selalu menggesek tempat tempat
yang sensitif di nonokku itu..
Aku mencoba menguakkan
kakiku lebih lebar lagi agar supaya nonokku mampu menelan semua kontol Rhoma,
tetapi usahaku sia sia karena liangku sudah benar benar menganga namun aku
tetap tak berhasil membuat bagian dalam nonokku terpuaskan, ini semua membuat
aku mulai menggerakkan pantatku agar supaya kontol Rhoma lebih tepat tujuannya
yaitu bagian dalam nonokku, memang aku merasakan geli ketika batang kontol
Rhoma menggesek gesek itilku, tetapi rasanya masih kurang jika leher rahimku
belum digosok dengan keras memakai ujung kontol Rhoma itu.
Aku mulai merasa kesal
dengan gerakan Rhoma yang kurang bersemangat itu, karena Rhoma hanya memaju
mundurkan kontolnya secara lamban sambil terus menerus menciumi bibirku serta
meremas remas susuku. Yang aku inginkan adalah gerakan yang cepat sehingga rasa
gelinya betul betul terasa. Ketika aku bisikkan hal ini pada Rhoma, dia
langsung menuruti permintaanku ini, namun apa lacur, baru saja Rhoma bergerak
cepat, kontolnya sudah menyembur nyembur lagi, rupanya dia sudah mencapai
kepuasannya. Aku yang tak mengerti semua ini berusaha mengimbangi tusukan Rhoma
dengan lebih keras memutar mutar pantatku, tapi Rhoma merintih kegelian,
rupanya dia tak tahan dengan gerakanku sehingga merintih rintih.
Aku yang sudah
kesetanan tak perduli, selama masih terasa mengganjal, maka aku terus
menggoyangkan pantatku agar ujung kontol Rhoma dapat menyentuh dasar nonokku ,
kucengkeram punggung Rhoma ketika kurasakan rasa geli yang makin memuncak dalam
tubuhku, mataku mendelik merasakan kenikmatan yang berkumpul didalam nonokku
sampai akhirnya srooot….ujung kontol Rhoma berhasil menyentuh dasar nonokku,
saat itulah aku berteriak lega dan……….nonokku mengejang merasakan nikmatnya
persetubuhan ini.
Aku betul betul puas,
karena aku berhasil mendapatkan apa yang kuinginkan dari Rhoma, aku setengah
tak perduli ketika Rhoma mengomel panjang pendek karena aku memaksakan
kepuasanku sendiri meskipun saat itu kontol Rhoma sudah lemas. Aku hanya tersenyum
saja mendengarkan omelannya, yang penting saat ini adalah istirahat, karena
setelah dua kali bersetubuh rasanya badan jadi letih dan lemas sekali. Ini
adalah pengalaman malam pertamaku , sebenarnya melihat Rhoma yang loyo itu aku
sudah curiga kalau dia kurang mampu dalam hal yang satu ini. Ternyata dugaan
ini terbukti setelah perkawinan kami berjalan beberapa tahun.
Perkawinan kami
berjalan dengan cukup lumayan sampai aku melahirkan dua orang anak, tetapi saat
itulah Rhoma mulai seringkali sakit sakitan. Hal ini berakibat banyak bagi
kehidupan seks yang sudah aku nikmati selama ini. Jikalau dulunya hampir dua
hari sekali aku menikmati persetubuhan sampai mencapai kepuasan, maka sekarang
persetubuhan justru hanya menjadikan aku tersiksa, karena setiap kali main,
kontol Rhoma selalu lemas dan sulit masuk di liangku.
Rhoma hanya mampu
merangsang aku dengan jilatan jilatannya yang menggelikan itu. Seperti waktu
kemarin, aku benar benar kesal dengan Rhoma. Kemarin siang aku mendapat
kunjungan temanku Mukinah, karena saat itu Rhoma sedang pergi, maka kami dapat
bercerita dengan bebas tanpa kuatir didengar oleh suami. Suatu saat Mukinah
bercerita tentang pengalamannya di atas tempat tidur dengan suaminya.
Aku tidak terlalu
heran dengan cerita Mukinah kalau suaminya pandai memuaskan dia, kalau dia
selalu mencapai kepuasan setiap kali main dan juga tentang hal hal lain tentang
hubungan intimnya dengan sang suami, bahkan ada beberapa hal yang justru
menurut aku Rhoma lebih hebat dari suami Mukinah. Namun masalahnya sejak
beberapa waktu ini Rhoma tidak pernah bisa memuaskan aku, sehingga cerita
Mukinah benar benar membuat aku jadi terangsang dan nafsuku memuncak, aku
merasa kalau saja saat itu ada kontol yang stand by, pasti sudah akan kuhisap
dan kuhunjamkan ke nonokku yang yang sudah basah kuyup itu.
Cerita cerita Mukinah
membuat aku jadi panas dingin, ketika Mukinah sudah pulang, aku cepat cepat
masuk ke kamar dan berusaha untuk tidur, tetapi rasa gatal di nonokku benar
benar tak tertahankan, selama ini aku hanya merasakan jilatan jilatan lidah
Rhoma yang menyelusuri nonokku, tetapi sudah lama kontolnya tidak pernah
berhasil membuatku orgasme, sehingga dapat dibayangkan betapa rindunya aku
dengan kehadiran sebatang kontol yang dapat mengisi kekosongan diantara celah
nonokku ini.
Tanpa terasa tanganku
sudah mengembara ke antara selangkanganku, memang sudah sejak lama aku tidak
pernah memakai celana dalam bila ada dirumah, sehingga dengan mudah tanganku
dapat mengelus bukit nonokku yang berjembut tebal itu. Kurasakan geli yang
berkumpul disitu membuatku jadi gemas sehingga berkali kali kuremas remas bukit
nonokku itu agar rasa geli itu lenyap, namun yang terjadi malahan sebaliknya,
rasa geli itu makin memuncak sampai tanpa sengaja jariku menyentuh itilku
sendiri.
Kurasakan kenikmatan
yang luar biasa, berbeda dengan jilatan lidah Rhoma, dan lebih menyerupai
gesekan kontol pada itil. Kucoba menggosok lagi itilku dengan jariku, aku jadi
terperangah karena rasa nikmat yang kudapat benar benar sensasional. Tanpa
terasa jariku asyik menggesek gesek itilku sementara tidurku yang tadinya
menyamping sekarang jadi terlentang dan kakiku sudah terpentang lebar, jari
jariku yang gemetar terus merojok itilku yang membengkak itu dan akhirnya mulai
memasuki bagian dalam liang nonokku, terasa geli dan hangat sekali. Apalagi
saat jariku menggeser geser bibir dalam nonokku rasanya luar biasa. Tanpa dapat
kutahan lagi aku menjerit kecil ketika kurasakan nonokku mengejang karena
orgasme.
Keringat dingin
membasahi seluruh tubuhku, karena baru sekali ini aku mendapatkan kenikmatan
yang lebih nyata. Jantungku berdebar debar karena rangsangan yang aku rasakan
tadi itu, dalam batin aku berpikir apakah ini yang disebut dengan masturbasi
itu, memang rasanya nikmat tetapi sejujurnya saja lebih nikmat jika batang
kontol yang sejati yang menggelitik nonokku, bukan cuma jari telunjukku yang
menggeser geser di bibir nonok sampai basah kuyup, dengan tubuh dan pikiran
yang lebih enteng, aku coba untuk tidur tiduran karena hari masih sore
sedangkan Rhoma baru pulang sekitar jam 5 atau 6 sore nanti.
Namun justru berbaring
baring ini menyebabkan pikiranku jadi melayang layang dan membuat nafsuku jadi
berkobar lagi, karena sebenarnya saja aku masih ingin merasakan kontol yang
sejati. Kadang kadang terlintas di pikiranku untuk mencari pria lain yang dapat
memuaskan aku, tetapi pikiran ini aku buang jauh jauh karena aku takut. Tetapi
bagaimana lagi, Rhoma tak berhasil memuaskan aku, saat aku melamun seperti itu
kudengar pintu kamarku dibuka, rupanya Rhoma yang barusan pulang dari pergi dan
langsung masuk kekamar.
Ketika melihat aku
tidur tiduran, ia segera duduk disamping tempat tidur sambil menyapaku,
tangannya memijat mijat pundakku sambil menanyakan kenapa aku kok beristirahat,
apakah memangnya aku lelah. Sementara berbicara itu tangannya mengembara dan
langsung menelusup kebalik dasterku dan meremas nonokku, aku yang sudah sejak
tadi terangsang jadi kelabakan. Aku jadi nekad kepengen mencoba barangkali saja
Rhoma bisa memuaskan aku kali ini.
Segera kubuka ikat
pinggang Rhoma dan kubuka celananya serta kukeluarkan kontolnya. Ketika
kukulum, kontol Rhoma langsung berkelojotan dan mulai ngaceng meskipun tidak
terlalu keras. Ketika kusibakkan dasterku keatas, maka nonokku sudah langsung
terpampang didepan mata Rhoma. Seperti biasanya Rhoma langsung menciumi nonokku
dan membentangkan bibir nonokku untuk mulai menjilatinya.
Tetapi kali ini aku
bertindak agresif. Aku memberontak dan mulai melepaskan pakaian Rhoma sehingga
dia telanjang bulat. Ketika sudah bugil, kusuruh Rhoma terlentang sehingga
kontolnya yang setengah ngaceng itu menjulang keatas meskipun agak melengkung,
aku sengaja tidak mau lagi menghisapnya karena aku kuatir kalau terlalu geli
maka Rhoma justru akan cepat keluar. Langsung saja aku mengangkangi Rhoma dan
kuselipkan kontolnya diantara kedua bibir nonokku, ketika sudah kurasakan
tepat, maka pelan pelan aku menurunkan pantatku karena kalau aku tekan cepat
cepat aku kuatir kalau meleset karena kontol Rhoma belum ngaceng sepenuhnya.
Akhirnya kontol Rhoma
berhasil amblas ke dalam liangku, aku benar benar merasa lega meskipun
kurasakan rongga nonokku agak sulit merasakan gesekan kontol Rhoma yang masih
agak mengantuk itu. Ketika kucoba memutar pantatku pelan pelan,kudengar Rhoma
menggerang dan terasa kontolnya mulai mekar di dalam liang nonokku, aku makin
mempercepat putaranku bahkan kadang kadang aku menaik turunkan pantatku.
Akhirnya kurasakan
kontol Rhoma sudah benar benar ngaceng dan memadati dinding dinding nonokku,
aku mulai merasakan nikmat yang luar biasa. Kurasakan ujung kontol Rhoma
menggosok gosok leher rahimku menimbulkan rasa geli yang jauh berbeda jika
hanya sekedar dijilati saja, tetapi aku juga merasakan bahwa meskipun kontol
Rhoma sudah ngaceng gosokan didalam liang nonokku ini tidak sekeras dahulu
waktu kontol Rhoma masih tokcer.
Dengan memejamkan mata
kuputar putar pantatku agar gesekan ujung kontol Rhoma makin terasa dileher
rahimku, sementara tanganku asyik meremas remas susuku sendiri. Aku tak berani
mengangkat pantatku terlalu tinggi karena aku kuatir kalau gerakanku itu akan
menimbulkan rangsangan dan rasa geli yang akan membuat Rhoma jadi muncrat.
Namun upayaku percuma
saja, karena ketika aku merasa bahwa puncak kenikmatanku segera tiba, maka
tanpa sadar aku mempercepat putaran pantatku, saat itu Rhoma mendorong tubuhku
dan meminta agar aku menghentikan gerakanku. Aku tak perduli karena aku merasa
bahwa dalam sekejap aku sudah akan mencapai kepuasan yang sejak lama aku
dambakan. Namun apa yang terjadi, tiba tiba saja aku rasakan ada cairan hangat
menyembur nyembur dalam nonokku, rupanya Rhoma sudah tak tahan lagi dan pejunya
keluar.
Kucoba untuk
meneruskan gerakanku agar supaya kenikmatanku segera tercapai, tetapi sayang
sekali kontol Rhoma sudah langsung loyo setelah memuntahkan pejunya sehingga
tidak lagi dapat bertahan dalam jepitan nonokku dan melejit keluar. Aku
menjerit marah dan memukuli badan Rhoma, karena rasa kecewaku yang luar biasa,
hanya dalam hitungan 1,2,3 saja sebenarnya aku sudah akan terpuaskan, tetapi
Rhoma benar benar lemah sehingga tidak dapat menunggu. Rhoma hanya menunduk
lesu melihat kekecewaanku itu, dia diam diam keluar dari kamar dan pergi mandi.
Aku menangis sejadi
jadinya tanpa mengerti harus berbuat apa, yang kuinginkan hanyalah sebuah
kontol yang segar dan mampu membuat nonokku jadi terpuaskan, mengapa aku harus
mempunyai suami yang tak sanggup memuaskan aku, padahal sebagai perempuan muda,
nafsuku sangat besar dan untuk berbuat serong aku belum berani…………………
Aku selalu berusaha
agar Rhoma berhasil memuaskan diriku, semua cara sudah kupakai, mulai dari
membiarkan Rhoma merangsang aku dan begitu aku merasa hampir mencapai puncak
maka aku memaksa Rhoma agar memasukkan kontolnya ke dalam nonokku sampai yang
paling sadis aku memperkosa Rhoma agar bisa memuaskan aku. Semuanya tak ada
yang berhasil, bahkan Rhoma jadi marah marah setiap kali aku memaksanya untuk
bersetubuh.
Suatu hari Rhoma
pulang dari bepergian sambil tersenyum senyum, aku jadi heran karena tidak
biasanya dia bersikap seperti itu. Ketika aku menanyakan, dia hanya bilang
kalau sekarang dia pasti bisa membuat aku puas. Aku jadi ingin tahu apa yang
membuat dia begitu yakin dapat memuaskan aku padahal biasanya lemas seperti
tahu.
Ketika kuikuti
langkahnya ke kamar, Rhoma mengeluarkan suatu benda panjang dan langsung
disodorkan padaku, ketika kupegang benda itu, barulah aku sadar bahwa itu
adalah kontol palsu dibuat dari karet. Aku langsung menelan ludah sendiri
ketika memperhatikan barang tersebut. Panjangnya sekitar 30 cm dengan lingkar
sekitar 5 cm warnanya agak pucat tetapi persis seperti kontol yang asli, bahkan
kalau dibandingkan dengan kepunyaan Rhoma, maka kontol palsu ini jauh lebih
meyakinkan.
Meskipun sebenarnya
aku mengerti fungsi benda ini, tetapi aku pura pura tidak mengerti, bahkan aku
bertanya apa gunanya benda tersebut. Rhoma tak menjawab, malahan ia segera
melepas dasterku sehingga aku jadi telanjang bulat, Rhoma sendiri tidak membuka
pakaiannya, tetapi ia merebahkan aku ditempat tidur serta menggosok gosok
itilku agar aku terangsang.
Aku memejamkan mata
merasakan jari kasap Rhoma yang menggosok itilku itu. Mestinya aku langsung
basah merasakan rangsangan Rhoma ini, karena saat itulah kurasakan kontol karet
tadi oleh Rhoma diselipkan diantara bibir nonokku dan kemudian pelan pelan
ditekannya kedalam, aku menggeliat geli karena barang ini benar benar membuat
liang nonokku jadi tergesek dengan sempurna. Rhoma terus menekankan kontol
palsu itu ke dalam nonokku pelahan lahan sampai mengenai dasar rahimku, Rhoma
langsung berhenti.
Dia lalu memutar mutar
kontol karet itu serta mengeluar masukkan di dalam liangku itu. Aku merintih
geli dan keenakan karena sudah beberapa lama kenikmatan seperti ini tak pernah
aku dapat. Memang rasanya hambar, karena tanpa pelukan mesra dan kehangatan
tubuh Rhoma yang menempel lembut di seluruh tubuhku sehingga mulai dari susu
sampai ujung kaki semuanya bersentuhan.
Namun rasa geli yang
ditimbulkan oleh gerakan tangan Rhoma membuat aku menggelinjang keenakan,
mataku terpejam rapat karena rasa geli dan enak yang memenuhi seluruh alat
kelaminku mulai dari itil, bibir dan dinding nonok sampai juga di leher rahimku
semuanya terasa geli sehingga aku tak tahan lagi, tanpa sadar tanganku sudah
membantu Rhoma merojokkan kontol karet itu ke dalam nonokku sementara mulut
Rhoma juga asyik mengulum pentil susuku.
Aku tak menyangka
kalau Rhoma bisa mempunyai pikiran untuk membeli barang seperti ini, sehingga
saat ini aku dapat merasakan kenikmatan yang luar biasa, bahkan lebih hebat
daripada saat saat kontol Rhoma masih tokcer dulu. Rasa geli yang membuat
nonokku jadi banjir dengan lendir kental ini sudah tak tertahankan lagi, aku
melenguh keras dan kujepit kontol karet itu dengan kedua pahaku ketika
kurasakan aku mengalami orgasme.
Ketika dilihatnya aku
sudah lemas karena kepuasan, Rhoma mencabut kontol karet itu dan berbisik,
kalau saja aku kepengen maka sebaiknya aku pakai alat itu, dia nggak keberatan.
Aku tak menyahut, karena saat itu aku barulah merasa malu, entah bagaimana
sikapku tadi ketika mencapai puncak kenikmatan. Tetapi aku tak perduli lagi,
tokh yang menyuruh Rhoma sendiri.
Sambil tiduran, aku
sempat berpikir mana yang paling nikmat, bersetubuh dengan Rhoma, dijilati oleh
Rhoma atau main dengan kontol karet itu. Aku merasa bahwa yang paling nikmat
adalah dijilati, karena rasa gelinya membuat tubuhku jadi menggelepar gelepar
seperti ikan yang jatuh kedarat. Kedua barulah main pakai kontol karet itu,
tetapi aku juga bertanya dalam hatiku, bagaimana rasanya main dengan laki laki
yang mampu bertahan lama dalam bersetubuh, pasti aku akan menemukan kenikmatan
yang luar biasa, karena pada saat mencapai puncaknya, pasti kami sama sama akan
beringas.
Meskipun aku sudah
lebih menikmati kepuasan seks dengan kontol karet itu, tetapi hubunganku dengan
Rhoma tetap saja hambar, karena di mataku Rhoma makin hari makin bertambah
seenaknya sendiri, entah karena dia mengalami stress atau bagaimana, tetapi
yang jelas, makin hari Rhoma makin ngawur dan tak bertanggung jawab baik dalam
hal keuangan maupun dalam hal keluarga. Aku sendiri dengan keadaan ekonomi
orang tuaku yang kaya, aku tak pernah perduli dengan kelakuan Rhoma itu, aku
mampu membiayai hidupku dengan uang orang tuaku serta juga dengan bisnisku
sendiri, meskipun Rhoma selalu marah bila aku berdagang.
Aku menyadari juga
bahwa memang berdagang bagi perempuan secantik dan semontok aku memang
berbahaya, karena banyak lelaki hidung belang yang selalu siap memangsa aku.
Untunglah selama ini aku dapat bertahan karena aku masih dapat menerima
kepuasan yang kudapat dari memuaskan diri sendiri, meskipun sejujurnya saja aku
masih mengharapkan kontol yang segar dan persetubuhan dengan laki laki yang
perkasa yang dapat membuat aku benar benar berteriak keenakan oleh cara mainnya
yang tangguh……………
Jikalau Achmad selalu
mencurigai kalau aku berbuat serong dengan kenalanku dari berdagang, kurasa itu
tak keliru, karena mereka memang rata rata seringkali menggoda aku meskipun aku
tak pernah menganggapinya. Tetapi yang diluar dugaan Rhoma dan sesungguhnya
saja juga diluar dugaanku, justru teman dekat Rhoma sendiri yang membuat ulah
denganku…………………….
Rhoma mempunyai
seorang kenalan yang berbisnis dengannya, aku juga kenal baik dengan laki laki
Cina ini, dia seringkali datang kerumah dan berbincang bincang dengan Rhoma.
Setiap kali ada kesempatan dia selalu mengajak aku berbicara, bicaranya
menyenangkan dan dia selalu bercerita tentang segala macam hal yang aku
senangi.
Selama itu Rhoma tak
pernah curiga karena bisnisnya dengan Rudy nama si pria itu selalu sukses dan
dia merasa banyak diberi keuntungan oleh Rudy, sehingga malahan seringkali bila
Rudy datang dan dia harus pergi, maka Rudy selalu diajaknya, tetapi jikalau
Rudy menolak, maka dibiarkannya Rudy tetap dirumahku dan disuruhnya aku untuk
menemaninya.
Sifatku yang terbuka
dan periang menyebabkan pembicaraan kami selalu hidup dan menyenangkan, bahkan
akhirnya kami sering berbicara juga masalah seks. Aku sangat suka dengan cara
Rudy berbicara, karena setiap kali dia bercerita, nonokku jadi basah kuyup
karena terangsang mendengar ceritanya yang hebat hebat itu. Tetapi khusus yang
satu ini aku tak pernah bercerita pada Rhoma, kusimpan sendiri.
Saat itu aku baru saja
menutup garasi setelah mengantar Rhoma keluar, aku langsung bergegas mandi
karena hari sudah agak siang. Didalam kamar mandi aku melepas dasterku dan
tanpa sengaja pandanganku menatap pada kaca besar yang sengaja dipasang Rhoma
dikamar mandi itu. Aku melihat tubuh telanjangku sendiri, kulihat susuku yang
montok menantang dengan pentilnya yang mencuat ke atas, belum lagi jembutku
yang rimbun di sela pahaku itu. Aku jadi bernafsu sendiri karena membayangkan
seandainya ada pria yang bersamaku di kamar mandi itu. Ketika kurasa nonokku
seperti terganjal, aku sadar bahwa itilku sudah mulai membengkak, benar saja
ketika aku menunduk dan menyibakkan jembutku, kulihat itilku yang warnanya
merah tua itu sudah muncul keluar dari celah lipatan bibir nonokku.
Pelan pelan kugosok
itilku dengan jari, rasa geli yang kurasakan membuat mataku terpejam
menikmatinya.
Badanku jadi gemetar karena sentuhan jariku itu, memang
belakangan ini hampir tak pernah aku bersetubuh dengan Rhoma karena belakangan
ini Rhoma sering sakit dan kondisi tubuhnya lemah, jikalau dulu melihat aku
telanjang saja dia sudah langsung terangsang meskipun kontolnya agak impoten,
tetapi belakangan ini meskipun aku telanjang dia tak bereaksi apa apa. Jadi
otomatis aku lebih banyak main sendiri demi untuk kepuasan nafsu seksku yang
menggebu gebu itu. Ketika rasa geli makin terasa, aku bersandar pada tembok
kamar mandi sementara tanganku yang kiri menguakkan lubang nonokku dan jari
tangan kananku makin cepat menggosok itil serta mengaduk aduk liang nonokku,
saat itulah kudengar teleponku berdering.
Aku kaget sekali,
kuhentikan gosokan nikmat itu , dalam hati aku mengumpat karena sedang asyik
asyiknya kok telepon berdering. Karena tak juga berhenti dering telepon itu,
dengan telanjang bulat aku keluar dari kamar mandi dan mengangkat telepon itu.
Aku mengomel panjang pendek ketika kuketahui telepon itu datangnya dari Rudy,
dia tertawa terkekeh ketika kuberitahu bahwa saat itu aku sedang mandi. Dia
bertanya apakah aku telanjang bulat, ketika kuiyakan ia berkata lagi, sayang
teleponnya tidak bervideo, kalau tidak tentu sudah dapat melihat
ketelanjanganku itu.
Aku tertawa ketika ia
berkata bahwa tadi ia melihat mobil Rhoma meluncur ke arah Surabaya, sehingga
ia menelepon aku dari jalan. Ketika kupastikan bahwa aku di rumah sendirian,
Rudy menyatakan kalau dia akan ke rumahku. Aku mengiakan dan kembali aku masuk
ke kamar mandi, rencanaku untuk memuaskan diri jadi buyar karena telepon Rudy
tadi, tetapi aku justru menmbayangkan hal yang lain lagi, seandainya saja Rudy
mengajakku main, apakah aku diam saja, tokh di rumahku sepi…………..
Baru saja aku keluar
dari kamar mandi kudengar ketukan di pintu depan, pasti itu Rudy, aku sedikit
heran kok begitu cepat dia sampai di rumahku, tetapi aku menduga kalau dia tadi
menelpon mempergunakan hand phone, sehingga langsung meluncur ke rumahku.
Aku
agak berpikir, apakah aku langsung membukakan pintu ataukah aku berganti
pakaian dulu, karena saat itu seperti biasanya aku sama sekali tak memakai
pakaian dalam serta daster yang aku pakai agak tipis sehingga pasti Rudy dapat
melihat benda benda rahasia milikku. Karena ketukan dipintu semakin keras aku
memutuskan untuk cuek saja, jadi aku langsung ke pintu dan membukanya, Rudy
sambil cengar cengir berdiri didepan pintu, tanpa kupersilahkan dia sudah
menerobos masuk dan berdiri disampingku sambil memperhatikanku.
Matanya berpindah
pindah menatap susuku dan ke selangkanganku yang ada dibalik daster tipisku.
Aku jadi agak malu, jadi kupersilahkan dia untuk duduk dulu dan aku langsung
masuk menuju kamarku untuk berganti pakaian. Selintasan kulihat kontol Rudy
sudah ngaceng melihatku, karena tampak dari celananya yang menggembung di
bagian depan itu.
Seperti yang sudah
kuduga, ketika aku masuk kekamar, Rudy pun mengikutiku ke kamar, hanya saja ia
cuma berdiri di depan pintu sambil berkata, “Kenapa mesti ganti, kan selama ini
kamu kan memangnya nggak pernah pakai celana, kok sekarang malah mau ganti
pakaian. Aku tersenyum malu, tapi aku berkata, “Rud, sana duduk dulu, aku mau
ganti ya, nanti kita omong omong lagi yang sip !” Tapi Rudy diam saja malah
katanya, ” Kalau mau ganti ya ganti saja, biar aku lihat dari sini, apa bedanya
Madura dan Cina !”
Aku berdebar debar
melihat kenekadan Rudy ini, karena memang sebenarnya aku juga suka dengan Rudy,
maka dengan membelakangi Rudy aku melepas dasterku, karena memang aku tak
memakai apapun di sebelah dalam, maka otomatis saat itu aku telanjang bulat.
Ketika aku membuka lemari pakaianku, tiba tiba kurasakan Rudy memelukku dari
belakang, kedua tangannya langsung meremas susuku dengan lembut sementara bibirnya
menciumi leherku dari belakang.
Aku mencoba untuk
memberontak, tetapi tangan Rudy lebih kuat memelukku, bahkan justru dengan
gerakanku itu, pantatku menyentuh benjolan kontolnya yang sudah ngaceng itu.
Aku mencoba untuk melarang Rudy dan mendorong tubuhnya, tetapi Rudy sepertinya
melekat dipunggungku, bahkan sekarang tangannya yang satu mulai merambah ke
bukit nonokku dan mengusap ngusap jembutku yang lebat itu.
Sambil berbisik Rudy
berkata di telingaku “Aku sudah lama rindu kepengen meraba jembutmu yang lebat
ini, baru sekarang berhasil lho !” Rangsangan Rudy pada susuku benar benar
membuat nafsuku jadi naik, karena cara Rudy merangsangku sangat halus dan kalem
sekali, tangannya dengan lembut memilin puting susuku sementara tangannya yang
satu berusaha menyelipkan jarinya di liang nonokku dan yang paling membuat aku
lemas adalah ciuman dan jilatan jilatan Rudy pada leher serta daun telingaku.
Benar benar luar
biasa, teknik mencumbuku sangat berbeda dengan Rhoma yang kasar itu. Aku benar
benar tak tahan dengan semua ini, tubuhku kusandarkan sepenuhnya kebadan Rudy
sambil berbisik “Rud aku takut kalau ketahuan tetangga lho !” Tetapi Rudy yang
mungkin juga sudah kesetanan tak perduli, malah aku didorongnya ke tempat tidur
dan didorongnya aku ke atas tempat tidur, karena masih malu aku tak mau
terlentang, tetapi aku terus saja telungkup dan menempelkan mukaku keatas
kasur.
Rudy tak perduli
meskipun aku tak mau terlentang, dia terus menciumi punggungku mulai dari leher
turun terus menyusuri pingganggu, kemudian ia bahkan menggigit pelan pelan
pantatku yang montok itu dengan gigitan mesra. Rasanya aku sudah ingin menjerit
minta disetubuhi saja, karena meskipun nonokku sama sekali belum disentuh,
tetapi cumbuan Rudy sudah membuat aku banjir nggak karu karuan. Rasanya seluruh
tubuhku jadi membengkak dan mukaku terasa panas sekali, apalagi ketika Rudy
menguakkan pantatku dari belakang dan di luar dugaanku, lidahnya yang hangat
itu mulai menjilati lubang duburku yang juga ditumbuhi rambut rambut halus yang
cukup banyak itu , aku menjerit kecil merasakan kenikmatan ini.
Benar benar nikmat,
rasa geli dan gatal yang ditimbulkan oleh gesekan lidah Rudy yang kasap itu,
rasanya dunia sudah berputar putar. Aku mandah saja ketika Rudy mendorong
tubuhku sehingga sekarang aku terlentang, tak ada sedikitpun usahaku untuk
menutupi tubuhku, kubiarkan Rudy menyaksikan tubuhku yang hanya pernah dilihat
Rhoma itu, kubiarkan dia memperlakukannya sesuka hati, aku sudah pasrah dan
menanti puncak dari kenikmatan ini




