Pagi-pagi
benar handphone-ku sudah bunyi. Aku sedikit kesal dan malas bangun dari tempat
tidurku. Tapi bunyinya itu tidak kurang keras, aku malah tidak bisa tidur lagi.
Akhirnya aku paksakan juga berdiri dan lihat siapa yang call aku pagi-pagi
begini. Eh, tidak tahunya temanku Vivie. Aku sedikit ketus juga menjawabnya,
tapi langsung berubah waktu aku tahu maksudnya.
Si Vivi mengajakku ikut bareng
cowoknya ke vilanya tidak terlalu jauh dari tempatku.Aku sih setuju sekali sama
ajakan itu, terus aku tanya, apa aku boleh ajak cowokku. Si Vivi malah tertawa,
katanya ya jelas dong, memang harusnya begitu. Rencananya kami bakal pergi
besok sore dan kumpul dulu di rumahku. Singkat cerita kami berempat sudah
ngumpul di rumahku.
Kami memang sudah saling kenal, bahkan cukup akrab. Alf,
cowoknya Vivie teman baik Ricky cowokku. Oh ya, aku belum mengenali aku sendiri
ya, namaku Selvie, umurku sekarang 17 tahun, sama-sama Si Vivie, Ricky cowokku
sekarang 19 tahun, setahun lebih tua dari Alf cowoknya Vivie. Oke, lanjut ke cerita.
Kami berempat langsung cabut ke villanya Vivie. Sekitar setengah jam kami baru
sampai. Aku sama Vivie langsung beres-beres, menyimpani barang-barang dan
menyiapkan kamar. Ricky sama Si Alflagi main bola di halaman villa. Mereka
memang pecandu bola, dan kayaknya tidak bakalan hidup kalau sehari saja tidak
menendang bola. Villa itu punya tiga kamar, tapi yang satu dipakai untuk
menyimpani barang-barang. Mulanya aku atur biar aku sama Vivie sekamar, Ricky
sama Alf di kamar lain.
Tapi waktu aku beres-beres, Vivie masuk dan ngomong
kalau dia mau sekamar sama Si Alf. Aku kaget juga, nekad juga ini anak. Tapi
aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa tidur bareng Si Ricky kalau tidak di sini.
Ya tidak perlu sampai gitu-gituan sih, tapi kan asik juga kalau bisa tidur
bareng dia, mumpung jauhdari bokap dan nyokap-ku. Hehehe, mulai deh omes-ku
keluar. Oke, akhirnya aku setuju, satu kamar buat Alf dan Vivie, satu kamar
lagi buat Ricky sama aku. Sore-sore kami makan bareng, terus menjelang malam,
kami bakar jagung di halaman. Asik juga malam-malam bakar jagung ditemani
cowokku lagi. Wah, benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aku mulai mikir
yang macam-macam, tapi malu kan kalau ketahuan sama Si Ricky. Makanya aku tetap
diam pura-pura biasa saja. Tapi Si Vivie kayaknya memperhatikan aku, dan dia
nyengir ke aku, terus gilanya lagi, dia ngomong gini,
"Wah... sepertinya
suasana gini tidak bakalan ada di Bandung. Tidak enak kalau dilewatin gitu saja
ya." Aku sudah melotot ke arah dia, tapi dia malah nyengir-nyengir saja,
malah dia tambahin lagi omongannya yang gila benar itu, "Alf, kayaknya di
sini terlalu ramai, kita jalan-jalan yuk!" Aku sudah tidak tahu harus apa,
eh Si Alf juga samanya, dia setuju sama ajakan Si Vivie, dan sebelum pergi di
ngomong sama Ricky, "Nah, sekarang elu harus belajar bagaimana caranya
nahan diri kalau elu cuma berdua sama cewek cakep kayak Si Selvie." Aku
cuma diam, malu juga dong disepet-sepet kayak gitu. Aku lihati Si Alf sama Si
Vivie, bukannya jalan-jalan malahan masuk ke villa. Aku jadi tidak tahu harus
ngapain, aku cuma diam, semoga saja Ricky punya bahan omongan yang bisa
diomongin. Eh, bukannya ngomong, dia malah diam juga, aku jadi benar-benar
bingung. Apa aku harus tetap begini atau nyari-nyari bahan omongan.
Akhirnya
aku tidak tahan, baru saja aku mau ngomong, eh... Si Ricky mulai buka mulut,
"Eh... kamu tidak dingin?" Duer... Aku kaget benar, tidak jadi deh
aku mau ngomong, sebenernya aku memang mau ngomong kalau di sini itu dingin dan
aku mau ajak dia ke dalam. Tapi tidak jadi, aku tidak sadar malah aku
geleng-geleng kepala. Ricky ngomong lagi, "Kalau tidak dingin, mau dong
kamu temenin aku di sini, lihat bulan dan bintang, dan... bintang jatuh itu
lihat...!" Ricky tiba-tiba teriak sambil menunjuk ke langit. Akukontan
berdiri kaget sekali, bukan sama bintang jatuhnya, tapi sama teriakan Si Ricky,
aduh... malu benar jadinya. Ricky ikutan berdiri, dia rangkul aku dari
belakang, "Sorry, aku tidak punya maksud ngagetin kamu. Cuma aku seneng
saja bisa lihat bintang jatuh bareng kamu."Aku cuma bisa diam, tidak
biasanya Ricky segini warm-nya sama aku. Dia malah tidak pernah peluk aku
seerat ini biasanya.
Aku tengok arlojiku, jam 11.00 malam. Kuajak Ricky ke
dalam, sudah malam sekali. Dia setuju sekali, begitu masuk ke villa kami
disambut sama bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kami lari ke atas
melihat ada apa di atas. Ricky sampai duluan ke lantai atas, dan di nyengir,
terus dia ajak aku turun lagi, tapi aku masih penasaran, memang ada apa di
atas. Waktu aku mau ketuk pintu kamar Vivie, tiba-tiba ada teriakan lembut,
"Aw... ah... pelan-pelan donk!" Gila aku kaget setengah mati, tapi
tanganku sudahkeburu ngetuk pintu. Terus kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di
dalam. Pintu dibuka sedikit, Alf nongol sambil nyengir, "Sorry, ngeganggu
kalian ya? tidak ada apa-apa kok kami cuma..."Aku dorong pintunya sedikit,
dan aku lihat Si Vivie lagi sibuk nutupi badannya pakai selimut.
Dia nyengir,
tapi mukanya merah benar, malu kali ya. Aku langsung nyengir, "Ya sudah,
lanjutin saja, kami tidak keganggu kok." Terus aku ajak Ricky ke bawah.
Ricky nyengir, "Siapa coba yang tidak bisa nahan diri, hehehe."
Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah Ricky, tapi dia langsung ngelak sambil
nyengir, terus buru-buru lari ke bawah. Aku ikut-ikutan lari sambil
ketawa-ketiwi, dan kami berdua duduk di sofa sambil mendengarkan lagu di radio.
Tidak lama kedengaran lagi suara-suara dari atas.Aku tidak tahan dan langsung
nunduk menahan ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan juga olah
raga malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok sama kami berdua. Eh, di luar
dugaan aku, Ricky bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan lagu di radio itu
lagu saat Ricky ngajak aku jadian.
Aku jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu
Ricky ngomong, dan bagaimana aku akhirnya menerima dia setelah tiga bulan dia
terus nunggui aku. Ricky memang baik, dan dia benar-benar setia menungguiku.
Selesai dance, Ricky tanya lagi, "Eh kalau mereka berdua ketiduran, aku
tidur dimana? memang tidur sama barang-barang?" aku malu sekali, bagaimana
ngomongnya. Tapi akhirnya akubuka mulut, "Kita... kita tidur berdua."
Wah lega sekali waktu omongan itu sudah keluar. Tapi aku takut juga, bagaimana
ya reaksi Si Ricky. Eh tahunya dia malah nyengir, "Oke deh kalau kamu
tidak masalah. Sebenernya aku juga sudah ngantuk sih, aku tidur sekarang
ya." Aku jadi salah tingkah, Ricky naik ke lantai atas dan tidak sengaja
aku panggil dia, "Eh... tunggu!" Ricky berbalik, dia nyengir,
"Oke... oke... ayo naik, tidak bagus anak cewek sendirian malam-malam
gini." Aku sedikit canggung juga sih, baru kali ini aku tidur seranjang
sama cowok, tapi lama-lama hilang juga. Kami berdua tidak ngapa-ngapain, cuma
diam tidak bisa tidur.
Dari kamar sebelah masih kedengaran suara Vivie yang
mendesah dan menjerit, dan sepertinya itu juga yang bikin Ricky terangsang. Dia
mulai berani remas-remas jariku. Aku sih tidak nolak, toh dia khan cowokku.
Tapi aku kaget sekali, Ricky duduk terus sebelum aku tahu apa yang bakal dia
lakukan,bibirku sudah dilumatnya. Aku mau nolak, tapi kayaknya badan malah
kepingin. So, aku biarkan dia cium aku, terus aku balas ciumannya yang semakin
lama semakin buas. Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku,
aku merasa ada yang meraba tubuhku, disusul remasan halus di dadaku. Aku tahu
itu Ricky, aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main sebentar di sana. Ricky
makin berani, dia angkat badanku dan diduduki di pinggir ranjang. Dia cium aku
sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku. Aku tahan tangannya, ada
sedikit penolakan di kepalaku, tapi badanku kayaknya sudah kebelet ingin
mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya tanganku lemas, aku biarkan Ricky
buka pakaianku, dia juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma menyisakan
celana dalam putihnya. Aku lihat penisnya yang membayang di balik celana
dalamnya, tapi aku malu melihati lama-lama, so aku ganti lihat badannya yang
lumayan jadi.
Mungkin karena olahraganya yang benar-benar rajin. Aku tidak tahu
apa aku bisa tahan memuaskan Ricky, soalnya aku tahu sendiri bagaimana
staminanya waktu dia main bola. 2x45 menit dia lari, dan dia selalu kuat sampai
akhir. Aku tidak terbayang bagaimana aksinya di ranjang, jangan-jangan aku
harus menerima kocokannya2x45 menit. Gila, kalau gitu sih aku bisa pingsan.
Waktu aku berhenti memikirkan stamina dia dan aku, aku baru sadar kalau bra-ku
sudah dilepasnya. Sekarang dadaku telanjang bulat. Aku malu setengah mati, mana
Ricky mulai meremas dadaku lagi, yah pokoknya aku tidak tahu harus bagaimana,
aku cuma diam, merem siap menerima apa saja yang bakal dia lakukan.
Tiba-tiba
remasan itu berhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus
berhenti di putingku. Aku melek sebentar, Ricky asik menjilati putingku sambil
sesekali mengisap-ngisap. Aku makin malu, mana ini baru pertama kali aku
telanjang di depan cowok, apalagi dia bukan adik atau kakakku. Wah benaran malu
deh. Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah Ricky
di dadaku, aku mulai berani buka mata sambil melihat bagaimana Ricky
menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan sesuatu yang
menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian vaginaku. Aku tidak sadar mendesah
panjang. Rupanya Ricky sudah menelanjangiku bulat-bulat. Kali ini jarinya
mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali.
Dia masih terus menjilati
puting susuku yang sudah mengeras sebelum akhirnya dia pindah ke
selangkanganku. Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan
hangat pelan-pelan menyentuh vaginaku naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya
itu menyentuh klitoris-ku, aku tidak sadar mendesah lagi, dan tanganku tidak
sengaja menyenggol gelas di meja dekat ranjangku. Lalu "Prang..."
gelas akhirnya pecah juga. Ricky berhenti, kayaknya dia mau memberesi pecahan
kacanya. Tapi entah kenapa, mungkin karena aku sudah larut dalam nafsu, aku
malah pegang tangannya terus aku menggeleng, "Barkan saja, nanti aku
beresin. Lanjutin... please..." Sesudah itu aku lihat Ricky nyengir, terus
diciumnya bibirku dan dia melanjutkan permainannya di selangkanganku. Ricky
benar-benar jago mainkan lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek keenakan.
Terus di mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya.
Aku seperti
kesetrum tidak tahan, tapi Ricky malah terus-terusan melintir-melintiri
"kacang"-ku itu. "Euh... ah... ah... ach... aw..." aku
sudah tidak tahu bagaimana aku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa
mutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang baru lari marathon. Aku
benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat
di badanku mulai dari selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin
badanku kejang-kejang tanpa bisa aku kendalikan. Aku coba atur nafasku, dan
waktu aku mulai tenang, aku buka mata, Ricky sudah buka celana dalamnya, dan
penisnya yang hampir maksimal langsung berdiri di depan mukaku. Dia megangi
batang penisnya pakai tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Aku
tahu dia mau di-"karoake"-in, ada rasa jijik juga sih, tapi tidak
adil dong, dia sudah muasin aku, masaaku tolak keinginannya. So aku buka
mulutku, aku jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan bikin aku ketagihan. Aku
mulai berani menjilat lagi, terus dan terus.
Ricky duduk di ranjang, kedua
kakinya dibiarkan terlentang. Aku duduk di ranjang, terus aku bungkuk sedikit,
aku pegang batang penisnya yang besarnya lumayan itu pakai tangan kiriku,
tangan kananku menahan badanku biar tidak jatuh dan mulutku mulai bekerja.
Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai emut kepala penisnya, aku hisap
sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku, ternyata tidak masuk, kepala penisnya
sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih ada sisa beberapa senti lagi. Aku
tidak maksakan, aku gerakkan naik-turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok
batang penisnya pakai tangan kiriku. Ricky sepertiya puas juga sama
permainanku, dia mrlihati bagaimana aku meng-"karaoke"-in dia sambil
sesekali membuka mulut sambil sedikit berdesah. Sekitar 5 menit akhirnya Ricky
tidak tahan, dia berdiridan mendorong badanku ke ranjang sampai aku terlentang,
dibukanya pahaku agak lebar dandijilatnya sekali lagi vaginaku yang sudah
kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke ukuran maksimal.
Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku, tapi tidak langsung dia masukan, dia
gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, baru beberapa detik kemudian
dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang maksa masuk ke dalam
vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir. Vaginaku sudah
basah, tetap saja tidak semua penis Ricky yang masuk. Dia tidak memaksa, dia
cuma mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku mulai merem-melek lagi
merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku, benar-benar
nikmat. Waktu aku asik merem-melek, tiba-tiba penis Ricky maksa masuk terus
melesak ke dalam vaginaku. "Aw... ah..." vaginaku perih bukan main
dan aku teriak menahan sakit. Ricky masih menghentak dua atau tiga kali lagi
sebelum akhirnya seluruh penisnya masuk merobek selaput daraku. "Stt...
tahan sebentar ya, nanti juga sakitnya hilang." Ricky membelai rambutku.
Di balik senyum nafsunya aku tahu ada rasa iba juga, karena itu aku bertekad
menahan rasa sakit itu, aku menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa... aku
tidak apa-apa. Terusin saja... ah..." Ricky mulai menggerakkan pinggangnya
naik-turun. Penisnya menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat terus makin
lama makin cepat. Rasa sakit dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa
nikmat luar biasa setiap kali Ricky menusukkan penisnya dan menarik penisnya.
Ricky makin cepat dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah
merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam
vaginaku. "Tidak lama lagi... tidak bakalan lama lagi..." Ricky
ngomong di balik nafasnya yang sudah tidak karuan sambil terus mengocok vagina
aku. "Aku juga... ah... oh... sebentar lagi... ah... aw... juga..."
aku ngomong tidak jelas sekali, tapi maksudnya aku mau ngomong kalau aku juga
sudah hampir sampai klimaks. Tiba-tiba Ricky mencabut penisnya dari vaginaku,
dia tengkurapi aku, aku sendiri sudah lemas tidak tahu Ricky mau apa, tapi secara
naluri aku angkat pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku
sedikit. Tanganku menahan badanku biar tidak ambruk dan aku siap-siap
ditusukdari belakang. Beneran saja Ricky memasukkan penisnya ke vaginaku dari
belakang, terus dia kocok lagi vaginaku.
Dari belakang kocokan Ricky tidak
terlalu keras, tapi makin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku biar
tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Ricky meremas-remas dadaku dari belakang,
terus jarinya menggosok-gosok puting susuku, bikin aku seperti diserang dari
dua arah, depan dan belakang. Ricky kembali mengeluarkan penisnya dari
vaginaku, kali ini dimasukkannya ke anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya
masuk, tapi tidak semuanya bisa masuk. Ricky sepertinya tidak peduli, dia
mengocok anusku seperti mengocok vaginaku, kali ini cuma tangan kirinya yang
meremas dadaku, tangan kanannya sibuk main-main di selangkanganku, dia masukkan
jari tengahnya ke vaginaku dan jempolnya menggosoki klitorisku. Aku makin
merem-melek, anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok, dadaku
diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir, terus vaginaku dikocok-kocok
juga pakai jari tengahnya.
Aku benar-benar tidak kuat lagi, akhirnya aku
klimaks, dan aku merasakan Ricky juga sampai klimaks, dari anusku kerasa ada
cairan panas muncrat dari penis Ricky. Akhirnya aku ambruk juga, badanku lemas
semua. Aku lihat Ricky juga ambruk, dia terlentang di sebelahku. Badannya basah
karena keringat terus, kupegang badanku, ternyata aku juga basah keringatan.
Benar-benar kenikmatan yang luar biasa.Tidak tahu berapa lama aku ketiduran,
waktu akhirnya aku bangun. Aku lihat arloji, sudah jam 2 subuh. Leherku kering,
tapi waktu aku mau minum, aku ingat gelas di kamarku sudah pecah gara-gara
kesenggol. Aku lihat ke lantai, banyak pecahan kaca, terus aku ambil sapu, aku
sapu dulu ke pinggir tembok. Aku turun ke bawah, maksudnya sih mau ambil minum
di bawah, aku masih telanjang sih, tapi aku cuek saja. Aku pikir si Alf pasti
masih tidur soalnya dia pasti capai juga olah raga malam bareng Si Vivie. Aku
turun dan mengambil air dingin di kulkas.
Kebetulan villanya Vivie lumayan
mewah, ada kulkas dan TV. Aku ambil sebotol Aqua, terus sambil jalan aku minum.
Aku duduk di sofa, rencananya sih aku cuma mau duduk-duduk sebentar soalnya di
kamar panas sekali. Tidak tahu kenapa, tapi aku akhirnya ketiduran dan waktu
aku bangun aku kaget setengah mati. Aku lihatSi Alf dengan santainya turun dari
tangga langsung menuju kulkas, kayaknya mau minum juga. Aku bingung harus
menutupi badanku pakai apa, tapi aku telat Si Alf sudah membalik duluan dan dia
melongo melihat aku telanjang di depannya.
Dia masih melihatiku waktu aku
menutupi selangkanganku pakai tangan, tapi aku sadar sekarang dadaku kelihatan,
makanya tanganku pindah lagi ke dada, terus pindah lagi ke bawah, aku
benar-benar bingung harus bagaimana, aku malu setengah mati. Alf akhirnya
berbalik, "Sorry, aku pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi...
jadi..." "Tidak apa-apa, ini salahku." Aku masih mencari-cari
sesuatu untuk menutupi badanku yang telanjang polos, waktu akhirnya aku juga
sadar kalau Alf juga telanjang. Sepertinya dia pikir aku masih di kamar sama Si
Ricky, makanya dia cuek saja turun ke bawah. Aku pikir sudah terlambat untuk
malu, toh Alf sudah melihatku dari atas sampai ke bawah polos tanpa sehelai
benangpun, apalagi aku sudah tidak perawan lagi, so malu apa. Cuek saja lah.
"Kamu sudah boleh balik, aku tidak apa-apa." Aku mengambil remot TV
terus menyalakan TV. Aku setel VCD, aku pikir bagus juga aku rileks sebentar
sambil nonton TV. Alf juga sepertinya sudah cuek, dia berbalik tapi tidak lagi
melongo melihatiku telanjang, dia duduk sambil ikut nonton TV. Gilanya yang aku
setel malah VCD BF. Tapi sudah tanggung, aku tonton saja, peduli amat apa kata
Si Alf, yang penting aku bisa istirahat sambil nonton TV. "Bagaimana
semalem?" aku buka percakapan dengan Alf. Dia berbalik, "Hebat, Vivie
benar-benar hebat." Alf sudah bisa nyengir seperti biasanya. Aku
mengangguk, "Ricky juga hebat, aku hampir pingsan dibikinnya." Alf
nyengir lagi, lalu kami ngobrol sambil sesekali menengok TV.
Kayaknya tidak
mungkin ada cowok yang tahan ngobrol tanpa mikirin apa-apa sama cewek yang lagi
telanjang, apalagi sambil nonton film BF. Tiap kali ngomong aku tahu mata Alf
selalu nyasar ke bawah, ke dadaku yang memang lumayan menggoda. Aku tidak
memuji sendiri, tapi memang dadaku cukup oke, ranum menggoda, bahkan lebih
seksi dari kepunyaan Vivie, itu sebabnya Alf tidak berhenti-berhenti melihati
dadaku kalau ada kesempatan.
Ada sedikit rasa bangga juga dibalik rasa
maluku,dan sekilas kulihat penis Alf yang mulai tegang. Aku nyengir dan
sepertinya Alf tahu apa yang aku pikirkan. Dia pegang tanganku, "Boleh aku
pegang, itu juga kalau kamu tidak keberatan." Wah berani juga dia, aku
jadi sedikit tersanjung, terus aku mengangguk. Alf pindah ke sebelahku, dia
peluk aku dan tangannya mulai remas-remas dadaku.
Mula-mula dia sedikit
ragu-ragu, tapi begitu tahu kalau aku tidak nolak dia mulai berani dan makin
lama makin berani, dan jarinya mulai nakal memelintir puting susuku. Aku mulai
merem-melek sambil memutar badanku. Sekarang aku duduk di paha Alf
berhadap-hadapan. Alf langsung menyambar putingku dan lidahnya langsung
beraksi. Aku sendiri sudah kebawa nafsu, aku mulai mengocok penisnya pakai
tanganku dan sepertinya Alf juga puas dengan permainanku. Aku mulai terbawa
nafsu, dan aku sudah tidak peduli apa yang dia lakukan, yang jelas enak buatku.
Alf menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar mandi, soalnya kamar di atas ada
Vivie sama Ricky, tapi tebakanku keliru. Dia malah menggendongku ke luar, ke
halaman villa. Aku kaget juga, bagaimana kalau ada yang lihat kami telanjang di
luar.
Tapi begitu Alf buka pintu luar, aku melihat di seberang villa, sepasang
cowok-cewek lagi sibuk nge-sex. Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali
berteriak. Aku lihat lagi ke sekitarnya, ternyata banyak juga yang nge-sex di
sana. Rupanya villa-villa di sekitar sini memang tempatnya orang-orang nge-sex.
"Bagaimana? kita kalahkan mereka?" Alf nyengir sambil menggendongku.
Aku ikutan nyengir, "Siapa takut?" terus Alf meniduriku di rumput.
Dingin juga sisa air hujan yang masih membasahi rumput, punggungku dingin dan
basah tapi dadaku lebih basah lagi sama liurnya Si Alf. Udara di luar itu
benar-benar dingin, sudah di pegunungan, subuh-subuh lagi. Wah tidak terbayang
bagaimana dinginnya deh. Tapi lama-lama rasa dingin itu hilang, aku malah makin
panas dan nafsu, apalagi Alf jago benar mainkan lidahnya. Sayup-sayup aku
mendengarkan suara cewek dari villa seberang yang sudah tidak karuan dan tidak
ada iramanya. Aku makin nafsu lagi mendengarnya, tapi Alf sepertinya lebih
nafsu lagi, dia itu seperti orang kelaparan yang seolah bakal nelan dua gunung
kembarku bulat-bulat. Lama juga Alf main-main sama dadaku, dan akhirnya dia
pegang penisnya minta aku meng-"karaokei"-in itu penis yang besarnya
lumayan juga.
Gara-gara tadi malam aku sudah mencoba
meng-"karaokei"-in penis Ricky, sekarang aku jadi kecanduan, aku jadi
senang juga meng-"karaoke"-in penis, apalagi kalau besarnya lumayan
seperti punya Si Alf. Makanya tidak usah disuruh dua kali, langsung saja aku
caplok itu penis. Aku tidak mau kalah sama permainan dia di dadaku, aku hisap
itu penis kuat-kuat sampai kepalanya jadi ungu sekali. Terus kujilati mulai
dari kepalanya sampai batang dan pelirnya juga tidak ketinggalan. Kulihat Alf
melihati bagaimana aku main di bawah sana. Sesekali dia buka mulut sambil
berdesah menahan nikmat. Aku belum puas juga, kukocok batang penisnya pakai
tanganku dan kuhisap-hisap kepalanya sambil kujilati pelan-pelan. Alf
merem-melek juga dan tidak lama dia sudah tidak tahan lagi, sepertinya sih mau
keluar, makanya dia cepat-cepat melepaskan penisnya dari mulutku. Aku tahu dia
tidak mau selesai cepat-cepat, makanya aku tidak ngotot
meng-"karaoke"-in penisnya lagi.
Alf sengaja membiarkan penisnya
istirahat sebentar, dia suruh aku terlentang sambil mengangkang. Aku menurut
saja, aku tahu Alf jago mainkan lidahnya, makanya aku senang sekali waktu dia
mulai jilati bibir vaginaku yang sudah basah sekali. Benar saja, baru
sebentaraku sudah dibikin merem-melek gara-gara lidahnya yang jago sekali itu.
Sepertinya habis semua bagian vaginaku disapu lidahnya, mulai dari bibirnya,
klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam, sampai anusku juga tidak
ketinggalan dia jilati. Aku dengarkan, sepertinya pasangan di seberang sudah
selesai main, soalnya sudah tidak kedengaran lagi suaranya, tapi waktu aku
lihat ke sana, aku kaget. Cewek itu lagi meng-"karaoke"-in cowok,
tapi bukan cowok yang tadi. Cowok yang tadi nge-sex sama dia lagi membersihkan penisnya,
mungkin dia sudah puas.
Sekarang cewek itu lagi meng-"karaoke"-in
cowok lain, lebih tinggi dari cowok yang tadi. Gila juga itu cewek nge-sex sama
dua cowok sekaligus. Tapi aku tarik lagi omonganku, soalnya aku ingat-ingat,
aku juga sama saja sama dia. Baru selesai sama Ricky, sekarang sama Alf. Wah
ternyata aku juga sama gilanya. Aku nyengir sebentar, tapi terus merem-melek
lagi waktu Alf mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Alf
benar-benar ahli, tidak lama aku sudah mulai pusing, aku lihat bintang di
langit jadi tambah banyak dan kayaknya mutar-mutar di kepalaku. Aku benar-benar
tidak bisa ngontrol badanku. Ada semacam setrum dari selangkanganku yang
terus-terusan bikin aku gila. "Ah... ah... Alf... Ah... berhenti dulu
Alf... Ah... Ah... Shhh..." aku tidak tahan sama puncak nafsuku sendiri.
Tapi Alf malah terus-terusan melintir-melintir klitorisku.
Aku benar-benar
tidak tahan lagi, aku kejang-kejang seperti orang ayan, tapi sudahnya
benar-benar enak sekali, beberapa menit lewat, semua badanku masih lemas, tapi
aku tahu ini belum selesai. Sekarang bagianku bikin Alf merem-melek, makanya
aku paksakan duduk dan mulai menungging di depan Alf. Alf sendiri sepertinya
memang sudah tidak tahan ingin mengeluarkan maninya, dia tidak menunggu lama
lagi, langsung dia tusukkan itu penis ke vaginaku.
Ada sedikit rasa sakit tapi
tidak sesakit pertama vaginaku dimasukkan penis Ricky. Alf tidak menunggu lama
lagi, dia langsung mengocok vaginaku dan tangannya tidak diam, langsung
disambarnya dadaku yang makin ranum karena aku menungging. Diremasnya sambil
dipelintir-pelintir putingnya. Aku tidak tahan digituin, apalagi badanku masih
lemas, tanganku lemas sekali, untuk menahan hentakan-hentakan waktu Alf
menyodokkan penisnya saja sudah tidak kuat. Aku ambruk ke tanah, tapi Alf masih
terus mengocokku, dari belakang. "Ah... euh... ah... aw..." aku cuma
bisa mendesah setiap kali Alf menyodokkan penisnya ke vaginaku. Aku coba
mengangkat badanku tapi aku tidak kuat, akhirnya aku menyerah, aku biarkan badanku
ambruk seperti gitu. Alf memutarkan badanku, terus disodoknya lagi vaginaku
dari depan. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain, setiap kali Alf menyodokkan
penisnya selain dinding vaginaku yang tergesek, klitorisku juga tergesek-gesek,
makanya aku makin lemas dan merem-melek keenakan.
Alf memegang kaki kiriku,
terus diangkatnya ke bahu kanannya, terus dia mengangkat kaki kananku,
diangkatnya ke bahu kirinya. Aku diam saja, tidak bisa menolak, posisi apa yang
dia ingin terserah, pokoknya aku ingin cepat-cepat disodok lagi. Aku tidak
tahan ingin langsung dikocok. Ternyata keinginanku terkabul, Alf menyodokku
lagi, kakiku dua-duanya terangkat, mengangkang lagi, makanya vaginaku terbuka
lebih lebar dan Alf makin leluasa mengocok-ngocokkan penisnya. Vaginaku
diaduk-aduk dan aku bahkan sudah tidak bisa lagi berdesah, aku cuma bisa buka
mulut tapi tidak ada suara yang keluar. "Aku mau keluar, aku mau
keluar..." Alf membisikkan sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
"Jangan di... jangan di dalam. Ah... ah... oh... aku... aku tidak mau...
hamil." Aku cuma bisa ngomong gitu, seenggannya maksud aku ngomong gitu,
aku tidak tahu apa suaraku keluar atau tidak, pokoknya aku sudah usaha, itu
juga sudah aku paksa-paksakan. Aku tidaktahu apa Alf ngerti apa yang aku omongin,
tapi yang jelas dia masih terus mengocokku. Baru beberapa detik lewat, dia
mencabut penisnya, kakiku langsung ambruk ke tanah. Alf mengangkang di perutku,
dan dia selipkan penisnya ke sela-sela dadaku yang sudah montok sekali soalnya
aku sudah dipuncak nafsu.
Kujepit penisnya pakai dadaku, dan Alf
mengocok-ngocok seolah masih di dalam vaginaku. Tidak lama maninya muncrat ke
muka dan sisanya di dadaku. Aku sendiri klimaks lagi, kulepaskan tanganku dari
dadaku, maninya mengalir ke leherku, dan mani yang di pipiku mengalir ke
mulutku. Aku bahkan tidak bisa menutup mulutku, aku terlalu lemas. Aku biarkan
saja maninya masuk dan aku telan saja sekalian. Belum habis lemasku, Alf sudah
menempelkan penisnya ke bibirku. Aku memaksakan menjilati penisnya sampai
bersih terus aku telan sisa maninya. Alf menggendongku ke dalam, terus dia
membaringkanku di sofa. Aku lemas sekali makanya aku tidak ingat lagi apa yang
terjadi selanjutnya. Yang jelas baru jam 8.00 aku baru bangun. Begitu aku buka
mata, aku sadar aku masih telanjang. Aku memaksakan duduk, dan aku kaget kenapa
aku ada di kamar Vivie.
Terus yang bikin aku lebih kaget lagi, aku lihat
sebelah kiriku Alf masih tidur sedangkan di kananku Ricky juga masih tidur.
Mereka berdua juga masih telanjang seperti aku. Belum habis kagetku, Vivie
keluar dari kamar mandi di kamarku, dia lagi mengeringkan rambutnya dan
sama-sama masih telanjang. Baru akhirnya aku tahu kalau semalam Vivie bangun
dan melihat aku lagi nge-sex sama Alf. dia sih tidak marah, soalnya yang
penting buat dia Alf cinta sama dia, soal Alf memuaskan nafsu sama siapa, tidak
masalah buat dia.
Ternyata Vivie melihat dari jendela bagaimana aku sama Alf
nge-sex dan Ricky yang juga bangun subuh-subuh kaget melihat aku lagi nge-sex
sama Alf. Dia keluar kamar, sepertinya mau melihat apa benar aku lagi nge-sex
sama Alf, tapi dia sempat menengok ke kamar sebelah dan melihat Vivie yang lagi
nonton aku sama Alf nge-sex dari jendela. Ricky langsung dapat ide, so dia
masuk ke dalam dan mengajak Vivie nge-sex juga. Singkat cerita mereka akhirnya
nge-sex juga di kamar. Dan waktu aku sama Alf selesai, Alf menggendongku ke
atas dan melihat Ricky sama Vivie baru saja selesai nge-sex. Makanya kami
berempat akhirnya tidur bareng di kamarnya telanjang bulat. Hehehe, tidak
masalah, kami berempat malah makin dekat. Nanti malam juga kami bakalan
nge-sexlagi berempat, tidak masalah buat aku Ricky atau Alf yang jadi
pasanganku, yang penting aku puas. Tidak masalah siapa yang muasin aku.
Seperti
rencana kami semula, malam itu juga kami nge-sex berempat bareng-bareng. Asik
juga sekali-kali nge-sex bareng seperti gitu. Ricky masih tetap oke walaupun
dia sudah ngocok Vivie duluan. Aku masih kewalahan menghadapi penisnya yang
memang gila itu. Alf juga tidak kalah, biarkan dia masih ngos-ngosan waktu selesai
ngocok aku, dia langsung sambar Vivie yang juga baru selesai sama Ricky. Terus
kami nge-sex lagi sampai akhirnya sama-sama puas. Aku puas sekali, soalnya baru
kali ini aku dipuasi dua cowok sekaligus tanpa jeda. Baru saja selesai satu,
yang satunya sudah menyodok-nyodok penisnya ke vaginaku. Pokoknya benar-benar
puas sekali deh aku. Masuk ke cerita, malam ini kami rencana tidak akan nge-sex
lagi, soalnya sudah capai sekali dua hari gituan melulu. Makanya Ricky sama Alf
langsung menghilang begitu matahari mulai teduh.
Mereka sih pasti main bola
lagi, tidak bakalan jauh dari itu. Vivie menghabiskan waktunya di villa,
kayaknya dia capai sekali, hampir seharian dia di kamar. Aku jadi bosan
sendirian,makanya aku putuskan aku mau jalan-jalan. Kebetulan di dekat situ ada
air terjun kecil. Akurencana mau menghabiskan hari ini berendam di sana, biar
badanku segar lagi dan siap tempur lagi. Aku tidak langsung ke air terjun, aku
jalan-jalan dulu mengelilingi kompleks villa itu. Besar juga, dan villanya
keren-keren. Ada yang mirip kastil segala. Sepanjang jalan aku ketemu lumayan
banyak orang, rata-rata sih orang-orang yang memang lagi menghabiskan waktu di
villa sekitar sini. Hampir semua orang yang ketemu melihati aku.
Dari mulai
cowok keren yang adadi halaman villanya, om-om genit yang sibuk menggodai cewek
yang lewat sampai tukang kebun di villa juga melihati aku. Aku sih cuma nyengir
saja membalas mata-mata keranjang mereka. Tidak aneh sih kalau mereka
melihatiku, masalahnya aku memang pakai baju pas-pasan, atasanku kaos putih
punyanya Si Vivie yang kesempitan soalnya kamarku dikunci dan kuncinya terbawa
Ricky. Aku malas mencari dia, makanya aku pakai saja kaos Si Vivie yang ada di
meja setrika. Itu juga aku tidak pakai bra, soalnya bra Vivie itu sempit sekali
di aku. memang sih dadaku jadi kelihatan nonjol sekali dan putingnya kelihatan
dari balik kaos sempit itu, tapi aku cuek saja, siapa yang malu, ini kan
kawasan villa buat nge-sex, jadi suka-suka aku dong. Oh ya aku jadi lupa,
bawahan aku lebih gila lagi. Aku tidak tega membangunkan Vivie cuma untuk
minjam celana atau rok, kebenaran saja ada Samping Bali pengasih Ricky bulan
lalu, ya aku pakai saja. Aku ikat di kananku, tapi tiap kali aku melangkah,
paha kananku jadi terbuka, ya cuek saja lah.
Apa salahnya sih memarkan apa yang
bagus yang aku punya, benar tidak? Singkat cerita, aku sampai ke air terjun
kecil itu. Aku jalan-jalan mencari tempat yang enak buat berendam. Kaosku mulai
basah dan dadaku makin jelas kelihatan, apalagi Samping yang aku pakai, sudah basah
benar-benar kena cipratan air terjun. Enak juga sih segar, tapi lama-lama makin
susah jalannya, soalnya Samping aku jadi sering keinjak. Aku jadi ingin
cepat-cepat berendam, soalnya segar sekali airnya, dan waktu aku menemui tempat
yang enak, aku siap-siap berendam, aku lepas sandalku. Tapi waktu aku mau
melepas Samping-ku tiba-tiba ada tangan yang memegang bahuku, aku berbalik
ternyata seorang cowok menodongi pisau lipat ke leherku. Aku kaget camput
takut, tapi secara naluri aku diam saja, salah-salah leherku nanti digoroknya.
"Mau... mau apa lo ke gue?" aku tanya ke orang yang lagi nodong pisau
ke aku. Aku tidak berani lihat mukanya, soalnya aku takut sekali. Ternyata
cowok itu tidak sendiri, seorang temannyamuncul dari balik batu, rupanya mereka
memang sudah ngincar aku dari tadi. Temannya itu langsung buka baju dan celana
jeans-nya. Aku tebak kalau mereka mau memperkosa aku. Ternyata tebakanku benar,
orang yang menodongi pisau bicara, "Sekarang lo buka semua baju lo, cepet
sebelum kesabaran gue habis!" Aku jadi ingat bagaimana korban-korban
perkosaan yang akulihat di TV, aku jadi ngeri. Jangan-jangan begitu mereka
selesai perkosa aku, aku dibunuh. Makanya aku beranikan diri ngomong kalau aku
tidak keberatan muasin mereka asal mereka tidak bunuh aku. "Oke... oke,
aku buka baju.
Kalem saja, aku tidak masalah muasin elu berdua, tapi tidak usah
pakai nodong segala dong." Aku berusaha ngomong, padahal aku lagi takut
setengah mati. Orang yang nodongin pisau malah membentak aku, "Goblok,
mana ada cewek mau diperkosa, elu jangan macem-macem ya!" Aku makin takut,
tapi otakku langsung bekerja, "Santai dong, emangnya gue berani pakai baju
ginian kalau gue tidak siap diperkosa orang? Lagian apa gue bisa lari pakai
samping kayak ginian?" Kedua orang itu melihati aku, terus akhirnya pisau
itu dilipat lagi. Aku lega setengah mati, tapi ini belum selesai, aku masih
harus puasin mereka dulu. Aku mulai buka Samping-ku, "Maunya bagaimana,
berdua sekaligus atau satu-satu?" Orang yang tadi nodongin pisau melihat ke
orang yang satunya, "Eloe dulu deh. Gue lagi tidak begitu mood."
Temannya mengangguk-angguk dan langsung mencaplok bibirku. Aku lihat-lihat,
ganteng juga nih orang. Aku balas ciumannya, dia sepertinya mulai lebih halus,
pelan-pelan dia remas dadaku dan tahu-tahu aku sudah ditiduri di atas batu yang
lumayan besar. Dia tidak langsung main sodok, dia lebih senang main-main sama
dadaku, makanya aku jadi lebih rileks, so aku bisa menikmati permainannya.
"Ah... yeah... ah... siapa... siapa nama loe?" aku tanya dibalik desahan-desahanku
menahan nikmat. Dia nyengir, mirip sekali Si Alf, dia terus membuka celana
dalam birunya, dan penisnya yang sudah tegang sekali langsung nongol seperti
sudah tidak sabar ingin menyodokku. Tidak usah disuruh, aku langsung jongkok,
tanganku memegang batangnya dan ternyata masih menyisa sekitar 5 - 7 senti. Aku
jilat kepala penisnya terus aku kulum-kulum penisnya. Dia mulai menikmati
permainanku, "Oke... terus... terus... Yeah..." Ternyata ada juga
cowok yang suka berdesah-desah kayak gitu kalau lagi nge-sex. Aku berhenti
sebentar,
"Belum dijawab?" "Oh, sorry. Nama gue Jeff." Dia
menjawab sambil terus merem-melek menikmati penisnya yang aku kulum dan
kuhisap-hisap. Kulihat-lihat sepertinya aku kenal suaranya. "Elo tinggal
di sini juga ya, elu yang lusa kemarin ngentot di halaman villa?" Jeff
kaget juga waktu aku ngomong gitu. "Memang elu tahu dari mana?" Aku
nyengir terus aku teruskan lagi menghisap penisnya yang sudah basah sekali sama
liurku. Aku berhenti lagi sebentar, "Gue lihat elu. Gila lu ya ! berdua
ngentotin cewek, keliatannya masih kecil lagi." Jeff nyengir, "Itu
adik kelas gue, dia baru 15 tahun, tapi bodinya oke sekali. Gue ajakin ke sini,
dan gue entot bareng Si Lex. Dia sendiri sepertinya suka digituin sama kami
berdua." Aku tidak meneruskan lagi, aku berhenti dan langsung cari posisi
yang enak buat nungging. Jeff mengerti maksudku, dia langsung menyodok penisnya
ke vaginaku bareng sama suara eranganku. Terus dia mulai mengocok, mulanya sih
pelan-pelan terus tambah cepat. Terus dan terus, aku mulai merem-melek
dibikinnya. Terus dia cabut penisnya, aku digendong dan dia masukkan penisnya
lagi ke vaginaku. Terus dia mengocok aku sambil bediri, seperti gaya ngocoknya
Tom Cruise di film Jerry Maguire.
Vaginaku seperti ditusuk-tusuk keras sekali
dan aku makin merem-melek dibuatnya. Dan akhirnya aku tidak tahan lagi, aku
kejang-kejang dan aku menjerit panjang. Pandanganku kabur, dan aku pusing. Aku
hampir saja jatuh kalau Jeff tidak cepat-cepat memegangi pinggangku. Aku lagi
nikmati puncak kepuasanku, tiba-tiba seorang sedang mendekatiku, sepertinya
sekarang dia nafsu sekali gara-gara mendengarkan desahan-desahanku. Dia sudah
telanjang dan penisnya sudah tegang sekali. Aku tahu dari mukanya kalau dia
sedikit kasar, makanya aku tidak banyak cing-cong lagi, aku langsung maksakan
bangun dan jongkok meng-"karaoke"-in penisnya. Penisnya sih tidak
besar-besar sekali, tapi aku ngeri juga melihat otot-otot di sekitar paha dan
pantatnya. Jangan-jangan dia kalau ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-bisa vaginaku
jebol. Lama juga aku meng-"karaoke"-in penisnya, dan akhirnya dia
suruh aku berhenti. Aku menurut saja, dan langsung ambil posisi menungging. Aku
sudah pasrah kalau dia bakal menyodok-nyodok vaginaku, tapi kali ini tebakanku
salah. Dia tidak masukkan penisnya ke vaginaku, tapi langsung ke anusku.
"Ah... aduh..." anusku sakit soalnya sama sekali tidak ada persiapan.
Tapi rupanya Lex tidak peduli, dia tetap maksakan penisnya masuk dan memang
akhirnya masuk juga.
Walaupun penisnya kecil tapi kalau dipakai nyodok anus sih
ya sakit juga. Benar dugaan aku, dia kalau nyodok keras sekali terus tidak
pakai pemanasan-pemanasan dulu, langsung kecepatan tinggi. Aku cuma bisa pasrah
sambil menahan perih di anusku. Dadaku goyang-goyang tiap kali dia menyodok
anusku, dan sepertinya itu membuat dia makin nafsu. Dia tambah kecepatan dan
mulai meremas dadaku. Benar-benar kontras, dia mengocok anusku cepat dan keras,
tapi dia meremas dadaku halus sekali dan sesekali melintir-melintir putingnya.
Mendadak rasa sakit di anusku hilang, aku mulai merasakan nikmatnya permainan
tangannya di dadaku. Belum habis aku nikmati dadaku diremas-remas, tangan
kirinya turun ke vaginaku dan langsung menyambar klitorisku, mulai dari
digosok-gosok sampai dipelintir-pelintir. Rasa sakit kocokannya sudah
benar-benar hilang, sekarang aku cuma merasakan nikmatnya seluruh tubuhku.
Aku
mulai merem-melek kegilaan dan akhirnya aku sampai ke puncak yang kedua kalinya
hari itu, dan bersamaan puncak kenikmatanku, aku merasakan cairan hangat
muncrat di anusku, aku tahu Lex juga sudah sampai puncak dan aku sudah lemas
sekali, akhirnya aku ambruk. Mungkin aku kecapaian soalnya tiga hari ini aku
terus-terusan mengocok, tidak sama satu orang lagi, selalu berdua. Aku masih
sempat lihat Jeff menggendong aku sebelum akhirnya aku pingsan. Aku tidak tahu
aku dimana, tapi waktu aku bangun, aku kaget melihat Ricky lagi mengocok cewek.
Cewek itu sendiri sibuk mengulum-ngulum penisnya Alf. Aku paksakan berdiri, dan
waktu aku lihat di sofa sebelah, ada pemandangan yang hampir sama, bedanya Jeff
yang lagi sibuk mengocok cewek dan aku lihat-lihat ternyata cewek itu Vivie.
Vivie juga sibuk mengulum-ngulum penis Lex. Aku jadi bingung, tapi aku tetap
diam sampai mereka selesai main. Terus aku dikenali sama cewek mungil yang tadi
nge-sex bareng Ricky dan Alf, namanya Angel. Aku baru ingat kalau tadi aku
pingsan di air terjun habis muasin Jeff sama Lex. Ternyata Jeff bingung mau
bawa aku ke mana, kebenaran Ricky dan Alf lewat.
Mereka sempat ribut sebentar,
tapi akhirnya akur lagi, dengan catatan mereka bisa menyicipi Angel ceweknya
Jeff sama Lex. Angel sendiri setuju saja sama ajakan Ricky sama Alf, dan waktu
mereka lagi mengocok, Vivie kebetulan lewat. Alf memanggil dia dan dikenali
sama Jeff dan Lex, terus mereka akhirnya nge-sex juga. Makin asik juga,
sekarang tambah lagi satu cewek dan dua cowok di kelompok kami, dan seterusnya
kami jadi sering main ke villa itu untuk muasin nafsu kami masing-masing. Dan
kami kasih nama kelompok kami "MAGNIFICENT SEVEN". TAMAT




Post a Comment