Halo, perkenalkan
namaku Dana usia 27 tahun berasal dari Sumatra Utara. Aku sudah berkeluarga
dengan 1 anak yang masih berusia 3 tahun. Aku dan R suamiku hidup sangat
romantis dan sebenarnya keharmonisan kami sudah terbentuk sejak kami masih
berteman (R adalah rekan kerja satu kantor sampai sekarang) yang seiring
berjalannya waktu kamipun berpacaran.
Ternyata keasikan
pertemanan kami setelah memasuki masa pacaran tidak mengalami perubahan malah
semakin kompak karena untuk pulang kerumah aku tidak perlu kuatir jam berapapun
karena R dengan setia siap mengantarku pulang atau kalau aku yang lembur maka R
akan pulang duluan lalu kembali ke kantor untuk menjemput. Maklumlah sekalipun
posisiku dikantor masih tergolong pegawai biasa tetapi kesibukan seolah tidak
pernah berhenti dan aku sangat menikmati pekerjaan itu.
Oh ya aku saat ini aku
bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing yang menangani perpajakan
sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku harus banyak menghabiskan waktu
untuk berhubungan dengan orang-orang pajak yang sudah menjadi rahasia umum
sangat banyak tuntutan. Akupun jadi terbiasa menghadapi mereka dan tak jarang
untuk dapat “melunakkan” hati mereka aku harus bersikap seluwes bahkan
cenderung berpura-pura genit termasuk tampil agak seronok dengan tujuan supaya
tugasku dapat selesai dengan mudah. Untungnya suamiku cukup bijaksana dan dapat
memahami keberadaanku dengan memberikan kepercayaan 100% kepadaku. Ternyata
keleluasaan ini justru membawa aku kedalam situasi yang sulit hingga akhirnya
aku memasuki satu dunia yang belum pernah kukenal tapi gilanya aku jadi sulit
untuk keluar dari dunia tersebut yaitu threesome sex.
Awalnya ketika itu
kantorku menjelang tutup buku dan seperti biasanya kesibukan kami di keuangan
menjadi luar biasa tingginya sampai-sampai ada beberapa rekanku yang harus
pulang kantor menjelang pagi. Aku sendiri tetap pada tugas utama yaitu
merapihkan laporan-laporan pajak dengan dibantu oleh petugas-petugas pajak.
Syukurlah kali ini yang ditugasi untuk konsolidasi ada 2 orang yang sudah tidak
asing bagiku yaitu Heru (26) dan Dimas (25) sehingga aku tidak perlu
buang-buang waktu untuk beradoptasi dan menjelaskan kondisi kantorku.
Kami janjian ketemu di
Hertz Chicken untuk makan siang sekaligus berdiskusi awal menyepakati hal-hal
apa yang harus dilakukan dan pembagian tugasnya. Karena sudah akrab kamipun
menyelingi diskusi dengan senda gurau dan setelah itu kami lanjutkan pekerjaan
inti di kantor mereka yang letaknya cukup jauh yaitu di Tanggerang. 3 hari
pertama semua berlangsung normal, ketika memasuki hari ke 4 volume pekerjaan
semakin serius sehingga tidak terasa sudah jam 8 malam. Sedangkan target
selesai kerjaan kami hari ke 6 sudah harus dilaporkan. Akupun jadi gelisah
sendiri dan rupanya Heru menangkap gelagat itu dan mencoba membantuku mencari
solusinya.
“Bukan apa-apa Her,
rumahku kan jauh sekali di Bogor sedangkan jam segini aku masih di Tanggerang”
“Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Muti bermalam saja di cottage dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Dana membawakan pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya dia tidak gelisah nungguin,” usul Heru
“Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Muti bermalam saja di cottage dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Dana membawakan pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya dia tidak gelisah nungguin,” usul Heru
“Boleh juga, usul
diterima” sambutku gembira dan mengangkat tangan untuk TOSH dengan Heru.
Segera kutelpon
suamiku R yang sedang berada di luar kota untuk minta ijin dan R menyetujui
bahkan menyuruhku supaya mentuntaskan. Setelah makan malam nasi goreng di
kantor akupun minta tolong Heru mengantarku ke cottage yang dimaksud. Setiba
disana ternyata tempatnya cukup menyenangkan karena tersedia ruang tamu dan 2 kamar
ditambah lagi hari itu ada rate khusus berkenaan dengan ulang tahun cottage
tersebut. Melihat itu spontan aku langsung setuju bahkan menyesali.
“Tahu begitu kita
kerja disini saja lebih enak”
Rupanya reaksiku ini
disambut oleh Heru, “kalau begitu bagaimana kalau kita melanjutkan tugas kita
disini supaya aku dan Dimas enggak perlu repot-repot karena disini kan bisa
sekalian mandi lalu tidur, mumpung kamarnya dua.. gimana Mbak?”
“Boleh saja,” jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam satu atap rumah.
“Boleh saja,” jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam satu atap rumah.
Namun keraguanku pupus
karena aku berusaha berpikir positif, toh kita nggak akan macam-macam karena
kamar kami terpisah, kalaupun terjadi apa-apa atas diriku aku bisa berteriak.
Ah, jahatnya hati ini.. kalau dilihat dari sikap dan penampilan mereka yang
intelek mana mungkinlah mereka mau berbuat macam-macam.
Tak lama kemudian
Dimaspun datang dengan membawa beberapa tumpuk order dan meletakkan di meja
makan yang rencananya akan kami jadikan meja kerja. Untuk menghilangkan rasa
lelah aku memutuskan untuk berendam di kamarku yang juga dilengkapi dengan
kamar mandi. Tapi baru kusadar aku tidak membawa pakaian, untunglah aku membawa
kaos mirip singlet dan kebetulan dibalik celana panjang yang kupakai aku juga
mengenakan celana sport stretch hitam sebatas diatas lutut. Masalah lain adalah
aku hanya membawa CD yang menempel.. Duh bagaimana ya..
Akhirnya aku dapat ide
untuk mencuci CD itu dan menjemur di kamar mandi dengan harapan besok pagi
sudah kering. Sebagai pengganti CD aku melapisi kemaluanku dengan panty liner
yang kutempelkan langsung di celana. Beress.. Kan?? Lalu mandilah aku dengan
air panas yang sudah kuatur sesuai selera. Usai mandi akupun berbusana seperti
yang sudah aku pikirkan dan ketika keluar kamar kulihat Heru dan Dimas sudah
segar karena mereka juga sudah mandi dan seolah sudah janjian mereka sama-sama
mengenakan celana pendek, tapi bagian atasnya hanya Heru yang mengenakan kaos
singlet sedangkan Dimas bertelanjang dada saja membiarkan dadanya yang bidang
berotot dan berbulu itu terpampang membuat darahku sedikit berdesir.
“Maaf Mbak Dana aku
terpaksa tidak pakai apa-apa karena tadi waktu mau mandi bajuku jatuh dari
kapstok sehingga basah”
Dimas berusaha menjelaskan
dan menutupi rasa saltingnya karena mataku menatap tajam.
“O ya, tapi sudah
dijemur kan?” tanyaku basa basi.
“Sudah sih,” jawab Dimas sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi.
“Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Dana.. ck, ck, ck.. Di kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha” ganggu Heru sambil melirik ke aku dan kulihat Dimas semakin malu.
“Sudah sih,” jawab Dimas sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi.
“Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Dana.. ck, ck, ck.. Di kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha” ganggu Heru sambil melirik ke aku dan kulihat Dimas semakin malu.
Rupanya introduksinya
Heru tidak berhenti disitu karena akhirnya kami kembali bersenda gurau yang
selanjutnya topikpun beralih serius menjadi diskusi tukar pikiran seputar
hal-hal yang sangat pribadi dan kamipun tenggelam asik dalam pembicaraan
tentang teknik-teknik ML. Dari situ baru kuketahui dari kisah-kisah mereka
ternyata Heru sangat piawai dalam teknik sex. Heru terus bercerita tentang
pengalamannya dengan beberapa teman gadisnya yang menurut pengakuannya
cewek-cewek itu sangat tergila-tergila dengan permainannya.
Lain halnya dengan
Dimas yang lebih banyak mendengarkan tapi tanpa sadar Dimas sudah menutupi
bagian auratnya dengan bantal, mungkin malu kalau ketahuan “adik”nya sudah
meronta-ronta. Semula aku bertahan untuk tidak menceritakan pengalamanku, tapi
karena Heru pandai memanfaatkan suasana akhirnya kuceritakan juga apa saja yang
aku dan suamiku pernah lakukan tapi masih dalam batas yang sopan karena itu hal
yang tabu untuk disampaikan kepada orang lain apalagi lawan jenis dan bukan
suami sendiri.
Lama kelamaan level
cerita kamipun meningkat, aku sudah semakin berani menyampaikan hal yang
sekecil-kecilnya tentang apa saja yang masing aku dan suamiku sukai. Begitu
juga dengan Dimas yang berhasil dibuat mengaku kalau ternyata selama ini
mengalami minder akibat bawaan lahir karena memiliki penis yang sangat besar.
Dengan tetap berusaha keras mengendalikan hormon wanitaku aku berusaha untuk
menghibur Dimas.
“Ah, kenapa harus
minder.. Justru seharusnya bangga dong. Seperti aku, maaf kata nih, aku suka
minder karena memiliki rambut yang berlebihan. kalau laki-laki seperti kamu sih
nggak apa-apa, tapi aku suka kuatir suamiku tidak menyukainya. Buktinya setiap
aku memintanya untuk mengoral selalu ditolak halus, tapi jangan salah.. Dia
selalu puas dengan coitus kami”
Hari semakin malam dan
topik diskusi kami semakin panas dan kamipun sudah berpindah ke sofa. Ketika
kami membahas threesome sex dan entah sadar atau tidak sambil bercerita posisi
duduk sudah tak karuan.. Aku bersandar di pegangan sofa dengan kaki diatas
pangkuan Heru dan kaki sebelah berjuntai ke karpet dimana Dimas duduk dilantai
sambil menikmati Heru yang memijat betis indahku dengan bulu-bulu halus yang
tumbuh rapih disitu dan Dimas memijit telapak kakiku yang putih bersih dengan
kuku dilapisi kutex transparan.
Begitu nikmat sensasi
pijatan yang mereka berdua lakukan akhirnya aku merasa melayang apalagi pijitan
Heru sudah naik ke arah pahaku dan aku ingat aku hanya mengangguk dengan mata
terpejam ketika Heru dan Dimas melepaskan celana sportku dengan alasan untuk
memudahkan pemijitan dan lupa kalau itulah pertahananku terakhir. Ketika kubuka
mata untuk mencegah upaya mereka tapi ternyata terlambat karena celana itu baru
saja terlepas dari ujung kakiku.
“Duh.. Kalian ini..
Aku jadi malu”
Tapi mereka tidak
menggubris sebab mereka sudah asik masing-masing dengan kakiku.. Dan aku
semakin bergumul dengan diri ini antara menolak dan sebaliknya.. Yang
kesimpulannya aku dengan perlahan dan sambil menggoyang-goyangkan pinggul
akibat sensasi yang begitu hebat membuka kakiku terbuka lebar-lebar dan
melupakan rasa malu karena telah memamerkan bagian dari wanita yang mestinya
aku tutupi dan hanya dapat dibuka didepan suamiku. Tapi peraturan itu seolah
tidak berlaku karena dibawah selangkanganku sana dua lelaki muda sedang
menggeluti pahaku dan.. Oow mereka tiba-tiba berubah seperti hewan lapar sedang
rebutan makanan dan begitulah mereka sedang saling dorong untuk bisa melahap
kemaluanku..
Dan akhirnya Dimas
mengalah membiarkan Heru melahap kemaluanku dengan rakusnya, selanjutnya
giliran Dimas yang berbeda dari Heru.. Lebih lembut tapi oougghh seluruh
permukaan kemaluanku terasa dikunyah, penasaran mau tahu apa yang sedang Dimas
lakukan, kubuka mata dan kulihat mulutnya yang ditumbuhi janggut dan kumis
tebal itu telah menutupi kemaluanku membuat aku kegelian hebat serta tiba-tiba
kurasakan ada sesuatu yang mendesak dari bagian bawahku yang ternyata cairan
kewanitaanku mengalir deras memenuhi rongga kemaluanku..
Setelah puas
menggeluti kemaluanku Heru mengambil handuk dan menyeka kemaluanku.. Dan
mengambil sesuatu yang ternyata krim cukur jenggot dan shaver.. Aku tahu apa
yang akan Heru lakukan tapi akibat kenikmatan oral sex itu aku seperti tidak
berdaya dan tetap telentang dengan posisi mengangkang..
“Heru apa yang mau
kamu lakukan??”
Tapi pertanyaanku
tidak digubris malah Heru memberi kode kepada Dimas yang kemudian Dimas
menghampiriku dan didepan mataku dia menurunkan celana pendeknya.. Dan wow..
Batang kemaluan Dimas ternyata sudah memuai sampai sebesar tangan bayi.. Dengan
tetap lembut Dimas menyodorkan Super Dicknya ke mulutku sehingga mulutku
sekarang penuh sesak dengan penis milik Dimas sementara dibawah sana Heru
rupanya asik mencukuri kemaluanku.. Semua proses itu berlangsung kira-kira 15
menit dan ketika “pekerjaan” Heru selesai Dimaspun mencabut penisnya dari
mulutku.
Ketika kutengok
kemaluanku sudah licin memerah.. Setelah membersihkan sofa dari bulu-buluku
Heru memulai tugas lainnya, penisnya yang tidak kalah besarnya dari milik Dimas
segera melompat dari celana pendeknya.. Sehingga yang terlihat sekarang 3 insan
berlawanan jenis sudah polos tidak mengenakan apa-apa terlebih aku sudah
seperti bayi karena kemaluanku sudah tidak ditumbuhi bulu lagi dan sedang
digosok-gosok oleh batang kemaluan Heru sampai cairanku keluar seolah
menyatakan siap untuk menyambut penis Heru yang besar dan penuh urat..
“Sshh..”
Hanya desisan itu yang
keluar dari mulutku ketika kepala cendawan itu menerobos perlahan kewanitaanku
yang selama ini hanya digunakan oleh suamiku R. Secara naluri mulutku terbuka
lebar ketika kurasakan batang kemaluan Heru sudah tertanam seluruhnya di dalam
liang senggamaku.. Setelah beberapa saat didiamkan yang ada dibenakku adalah
betapa sesaknya kemaluanku dan gatalnya minta ampun sehingga tanpa sadar
pinggulku bergoyang yang disambut dengan genjotan Heru..
Selang beberapa lama
Heru tiba-tiba membalikkan tubuh kami dengan penis masih tetap tertanam
sehingga sekarang aku berada diatas Heru memberiku kesempatan untuk mencari
sensasi sendiri.. Hal ini berlangsung cukup lama entah sudah berapa kali aku
orgasme.. Tak lama kurasakan bokongku ada memukul-mukul pelan, ketika kutengok
ternyata Dimas sedang dalam posisi tegak dibelakangku dan mengoleskan baby oil
ke anusku.. Selanjutnya yang terjadi adalah kenyataan 2 penis besar mereka
sudah tertanam dalam tubuhku.. Luar biasa nikmatnya sampai akhirnya merekapun
ejakulasi dan menumpahkan di wajahku..
Setelah itu kami
bertiga tertidur pulas dan pagi-pagi kami bangun melanjutkan pekerjaan yang
tersisa. Bedanya dengan kemarin-kemarin adalah sekarang kami bekerja tanpa
sehelai benangpun dan bila sudah mulai bosan kami selingi dengan persetubuhan..
Kadang aku melayani sekaligus berdua, kadang satu-satu dan sementara salah satu
dari mereka tetap bekerja.
Lucu memang.. Tapi
itulah pengalaman dahsyat yang aku alami dan membuat aku jadi sekarang jadi
ketagihan.. Malah aku pernah melayani Heru dan Dimas ditambah 3 orang temannya
yang lain.. Luar biasa.. Benar-benar aku sudah punya dunia sendiri diluar ijin
suamiku R.




Post a Comment