Aku dan Gadis Berjilbab Itu
Saat itu aku sudah bekerja di sebuah LSM di kota B. Saat itu
kantor kami menerima beberapa teman untuk magang dari sebuah univeritas islam
negeri yang cukup ternama. Saat itu aku diminta untuk memberikan materi magang.
Saat sedang memberikan materi aku melihat ada mahasiswi yang selalu tersenyum
kepadaku. Tidak lama kemudia kamipun berkenalan. Namanya Iffa, dia mahasiswi
tingkat 4, orangnya cukup manis meski tidak begitu tinggi dan juga bekerja di
sebuah LSM anak
Singkat cerita aku mengajaknya
untuk terlibat beberapa proyek di kantor kami. Akhirnya selain dia terlibat
dalam magang, Iffa juga terlibat di beberapa proyek yang sedang aku kerjakan.
Kedekatan kami waktu cukup intim, bahkan kami sempat saling mencuri pandang
beberapa kali dan berkirim SMS. Pekerjaan yang selalu membuat kami dekat saat
itu adalah pada saat hendak melakukan pemantauan untuk pemilihan presiden
secara langsung yang pertama kali. Saat itu aku sering mengantarnya ke tempat
kos, karena pekerjaan tersebut menyita waktu hingga malam hari.
Pada suatu malam, saat itu kami
hanya berdua di kantor menyelesaikan beberapa persiapan untuk penyelenggaraan
simulasi pemilu. Aku berkata
”fa dah malam nih, mau makan
malam dulu nggak?”
”Mau mas” katanya.
”kita beli sate yuk, kamu tunggu sini, nanti aku pesankan yaa” lanjutku lagi
”baik mas” katanya.
”Mau mas” katanya.
”kita beli sate yuk, kamu tunggu sini, nanti aku pesankan yaa” lanjutku lagi
”baik mas” katanya.
Saat itu aku bergegas pergi
untuk membeli sate yang letaknya tidak jauh dari kantor. Dan saat kembali ke
kantor, aku mencarinya karena kantor tidak terkunci dan kulihat di ruang rapat
tidak ada siapapun. Aku pun menyiapkan piring dan minuman untuk kami berdua.
”Mas Farid sudah pulang toh”
dia tiba-tiba keluar dari kamar mandi.
”iya nih, makan yuk” lanjutku.
”iya nih, makan yuk” lanjutku.
Saat itu, untuk pertama kalinya
aku menatapnya lembut dan saat itu aku merasa bahwa aku ingin menikmati
tubuhnya. Aku pun langsung memegang tangannya
”fa, aku pengen menikmati
tubuhmu” kataku
”jangan mas” dia menolakku.
”jangan mas” dia menolakku.
Saat itu yang terpikir olehku
adalah bagaimana menikmati tubuhnya, aku pun segera mendekap tubuhnya dan
”sudah kamu jangan melawan fa,
nikmati aja” kataku
”jangggan maas” katanya memohon padaku.
”jangggan maas” katanya memohon padaku.
Saat itu aku sudah tidak peduli
dengan permohonannya. Saat itu aku langsung memegang kedua lengan bagian atas
Iffa dengan cepat mulai membuka kancing-kancing depan baju terusan yang
dikenakan Iffa. Badan Iffa hanya bisa menggeliat-geliat,
“Jangan…, jangan lakukan itu!,
stoooppp…, stoopppp”, akan tetapi Aku tetap melanjutkan aksiku.
Sebentar saja baju bagian depan
Iffa telah terbuka, sehingga kelihatan dadanya yang kecil mungil itu ditutupi
dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya.
Perutnya yang rata dan mulus itu terlihat sangat mulus dan merangsang. Tangan
kanan Aku bergerak ke belakang badan Iffa dan membuka pengait BH Iffa. Kemudian
Aku menarik ke atas BH Iffa dan…, sekarang terpampang kedua buah dada Iffa yang
kecil mungil sangat mulus dengan putingnya yang coklat muda agak tegang naik
turun dengan cepat karena nafas Iffa yang tidak teratur.
“Oooohh…, ooohh…, jaanggaannn…,
jaannnggaann!”. Aku mulai mencium belakang telinga Iffa dan lidahnya
bermain-main di dalam kuping Iffa.
Hal ini menimbulkan perasaan
yang sangat geli, yang menyebabkan badan Iffa menggeliat-geliat dan tak terasa
Iffa mulai terangsang juga oleh permainanku ini. Aku sengaja tidak melepas
jilbabnya, karena aku ingin melihatnya telanjang dengan jilbab yang masih
terpakai di kepalanya
Mulutku berpindah dan melumat
bibirnya dengan ganas, badan Iffa yang tadinya tegang mulai agak melemas,
kepala Iffa tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang
melengkung ke depan, ke arahku, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat
kencang itu, seakan-akan menantangku
Aku langsung bereaksi, tangan
kananku memegangi bagian bawah payudara Iffa, mulutnya menciumi dan
mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Iffa yang
sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Buah dada Iffa yang kecil mungil itu
hampir masuk semuanya ke dalam mulutku, Aku mulai mengisap-isapnya dengan
lahap. Terasa sesak napas Iffa menerima permainanku yang lihai itu. Badan Iffa
terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan,
“Sssshh…, ssssshh…, aahh…, aahh…,
ssshh…, sssshh…, jangaann…, diiteeruussiinn”, mulut Aku terus berpindah-pindah
dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan mejilat-jilat kedua
puting buah dada Iffa secara bergantian selama kurang lebih lima menit.
Badannya benar-benar telah
lemas menerima perlakuanku ini. Aku melihat matanya terpejam pasrah dan kedua
putingnya telah benar-benar mengeras. Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badan
Iffa tersentak, karena dia merasakan tanganku mulai mengelus-elus pahanya yang
terbuka karena rok panjangnya telah terangkat sampai pangkal pahanya. Iffa
mencoba menggeliat, badan dan kedua kakinya digerak-gerakkan untuk mencoba
menghindari tanganku tersebut beroperasi di pahanya, akan tetapi karena badan
dan kedua tangannya terkunci olehku, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa, yang
hanya dapat dilakukan oleh Iffa adalah hanya mengerang,
“Jaanngaannnn…, jaannngggannn…,
diitteeerruusiin”, akan tetapi suaranya semakin lemah saja.
Melihat kondisi Iffa seperti
itu, Aku yang telah berpengalaman, yakin bahwa gadis ayu ini telah berada dalam
genggamanku. Aktivitas tanganku makin ditingkatkan, terus bermain-main di paha
Iffa yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan jariku
menyentuh bibir kemaluannya. Segera badan Iffa tersentak dan,
“aahh…, jaannggaan!”, mula-mula
hanya ujung jari telunjuk Aku yang mengelus-elus bibir kemaluan Iffa yang
tertutup CD, akan tetapi tak lama kemudian tangan kananku menarik CD Iffa dan
memaksanya lepas dari pantatnya dan meluncur keluar di antara kedua kaki Iffa.
Iffa tidak dapat berbuat
apa-apa untuk menghindari perbuatanku ini. Sekarang Iffa dalam posisi duduk di
atas meja dengan tidak memakai CD dan kedua buah dadanya terbuka karena BH-nya
telah terangkat ke atas. Muka Iffa yang ayu terlihat merah merona dengan
matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya
yang bergetar. Tampa menyia-nyiakan waktu yang ada, Aku, dengan tetap mengunci
kedua tangan Iffa, tangan kananku mulai membuka kancing dan retsliting
celanaku, setelah itu dia melepaskan celana yang dikenakannya sekalian dengan
CD-ku.
Pada saat CD-ku terlepas, maka
senjataku yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas
mengangguk-angguk dengan perkasa. Aku agak merenggangkan badannya, maka
terlihat oleh Iffa benda yang sedang mengangguk-angguk itu, badan Iffa
tiba-tiba menjadi tegang dan mukanya menjadi pucat, kedua matanya terbelalak
melihat benda yang terletak diantara kedua pahaku. Dari mulutnya aku mendengar
jeritan tertahan,
“Iiihh”, disertai badannya yang
merinding. Aku menatap muka Iffa yang sedang terpesona dengan mata terbelalak
dan mulut setengah terbuka itu,
“Kau Cantik sekali Iffa…”, gumam Aku mengagumi kecantikan Iffa.
“Kau Cantik sekali Iffa…”, gumam Aku mengagumi kecantikan Iffa.
Kemudian dengan lembut Aku
menarik tubuh Iffa yang lembut itu, sampai terduduk di pinggir meja dan
sekarang Aku berdiri menghadap langsung ke arah Iffa. Sambil memegang kedua
paha Iffa dan merentangkannya lebar-lebar, Aku membenamkan kepalaku di antara
kedua paha Iffa. Mulut dan lidahku menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar
kemaluan Iffa yang yang masih rapat, tertutup rambut halus itu. Iffa hanya bisa
memejamkan mata dan berteriak
“Ooohh…, nikmatnya…, ooohh!”,
sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian.
“Ooooohh…, hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Mass…, aku tak tahan lagi…!”, Iffa memelas sambil menggigit bibir. Tanganku yang melingkari kedua pantat Iffa, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Iffa dengan sangat bernafsu.
“Ooooohh…, hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Mass…, aku tak tahan lagi…!”, Iffa memelas sambil menggigit bibir. Tanganku yang melingkari kedua pantat Iffa, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Iffa dengan sangat bernafsu.
Menghadapi serangan
bertubi-tubi yang dilancarkan olehku ini, Iffa benar-benar sangat kewalahan dan
kemaluannya telah sangat basah kuyup.
“Maasss…, aakkhh…, aakkkhh!”,
Iffa mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepalaku untuk
melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambutku keras-keras.
Aku melepaskan diri, kemudian
bangkit berdiri di depan Iffa yang masih terduduk di tepi meja, aku menarik
Iffa dari atas meja dan kemudian Aku gantian bersandar pada tepi meja dan kedua
tangannya menekan bahu Iffa ke bawah, sehingga sekarang posisi Iffa berjongkok
di antara kedua kakiku dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah
perutnya. Iffa sudah tahu apa yang diinginkan olehku, namun tanpa sempat
berpikir lagi, tanganku telah meraih belakang kepala Iffa dan dibawa mendekati kejantananku.
Tanpa mendapat perlawanan yang
berarti dari Iffa, kepala penisku telah terjepit di antara kedua bibir mungil
Iffa, yang dengan terpaksa dicobanya dan dikulum alat vitalku ke dalam
mulutnya. Ku lihat Iffa bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan
batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Rasanya sangat seksi melihat gadis
yang sudah telanjang tapi masih memakai jilbab sedang menyedot penis
Beberapa saat kemudian Aku
melepaskan diri, badannya yang ringan itu dan membaringkan di atas meja dengan
pantatnya terletak di tepi meja. Kemudian Aku mulai berusaha memasuki tubuh
Iffa. Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada
clitoris dan bibir kemaluan Iffa, hingga Iffa merintih-rintih kenikmatan dan
badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam
kemaluan Iffa yang memang sudah sangat basah itu.
Pelahan-lahan kepala penisku
menerobos masuk membelah bibir kemaluan Iffa. Dengan kasar Aku tiba-tiba
menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada
pinggul Iffa. Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Iffa terdengar jeritan
halus tertahan,
“Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh”,
disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Iffa mencengkeram
dengan kuat pinggangku.
Beberapa saat kemudian aku
mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin
cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu
tersebut. Iffa berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak
dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya
bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Iffa
mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan
melihat wajahku, dengan takjub. Iffa berusaha bernafas dan …:”
“Mass…, aahh…, ooohh…, ssshh”,
sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Iffa sungguh tak kuasa untuk
tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di
dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan
masuk penisku ke dalam vagina Iffa, maka klitoris Iffa terjepit pada batang
penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang
berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang
mengakibatkan seluruh badan Iffa menggeliat dan terlonjak, sampai badannya
tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata.
Aku tersebut terus menyetubuhi
Iffa dengan cara itu. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur,
dengan terus bermain-main pada bagian dada Iffa dan meremas-remas kedua
payudara Iffa secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan
tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku
segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan
tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan
terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil,
“Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…,
ssstthh!”. Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang
serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya
naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak
dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya,
diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya
merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan.
Iffa terkulai lemas tak berdaya
di atas meja dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang
lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya.
Selama proses orgasme yang
dialami Iffa ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang
dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam
liang vagina Iffa dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa
terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa
mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku
setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Iffa, yang diakhiri dengan siraman
cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Iffa yang begitu cantik
dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang
halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu
menjepit dengan ketat batang penisnku.
Tidak sampai di situ, beberapa
menit kemudian Aku membalik tubuh Iffa yang telah lemas itu hingga sekarang
Iffa setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai,
sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy
style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Iffa yang
kini menggantung ke bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan
aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang
keluar dari dalam vagina Iffa dan menempatkan kepala penisku pada bibir
kemaluan Iffa dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala
penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan
Iffa. Kedua tanganku memegang pinggul Iffa dan mengangkatnya sedikit ke atas
sehingga posisi bagian bawah badan Iffa tidak terletak pada meja lagi, hanya
kedua tangannya yang masih bertumpu pada meja. Kedua kaki Iffa dikaitkan pada
pahaku. Kutarik pinggul Iffa ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya
ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa,
“Oooooooh!”, penisku tersebut
menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya
sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Iffa yang setengah terangkat.
Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis
keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Iffa
yang ketat itu.
Kemudian Aku merubah posisi
permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan Iffa kutarik duduk
menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada
bibir kemaluan Iffa dan mendorongnya sehingga kepala penisnya masuk terjepit
dalam liang kewanitaan Iffa, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Iffa dan
menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti
penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Iffa. Tangan kananku memeluk punggung
Iffa dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Iffa melekat pada badanku.
Kepala Iffa tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup
menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa
melumat bibir Iffa yang agak basah terbuka itu.
Iffa mulai memacu dan terus
menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar,
sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di
perutnya. Tak berselang kemudian, Iffa merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan
kembali melandanya. Terus…, terus…, Iffa tak peduli lagi dengan gerakannya yang
agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang
luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Iffa tak peduli lagi,
“Aaduuuh…, eeeehm”, Iffa
memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia
serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas
pangkuanku.
Kemudian kembaliku gendong dan
meletakkan Iffa di atas meja dengan pantat Iffa terletak pada tepi meja dan
kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Iffa
yang kutarik
mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam
lubang vagina Iffa yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke
dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar,
sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh
membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Iffa yang terkapar lemas di atas meja.
Badan gadis itu terlonjak-lonjak
mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Iffa benar-benar telah KO dan dibuat
permainan dan benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang
keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya
mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Dan aku sekarang merasa
sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang
menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku.
Aku mengeram panjang dengan suara tertahan,
Aku mengeram panjang dengan suara tertahan,
“Agh…, terus”, dan pinggulku
menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah
pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang
vagina Iffa. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat
gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan
yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam vagina Iffa.
Ada kurang lebih 5 detik aku
tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar
hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan
Iffa yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat
dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.
Aku melihatnya lemas dengan jilba yang sudah nggak keruan bentuknya lagi dan aku berkata, supaya lain kali dia pasrah saja dan nggak perlu melawan, aku melihatnya mengangguk sedih sambil menangis. Dalam ahti aku berkata, maafkan aku fa yang telah merenggut keperawananmu.
Aku melihatnya lemas dengan jilba yang sudah nggak keruan bentuknya lagi dan aku berkata, supaya lain kali dia pasrah saja dan nggak perlu melawan, aku melihatnya mengangguk sedih sambil menangis. Dalam ahti aku berkata, maafkan aku fa yang telah merenggut keperawananmu.




Post a Comment