Kamu Orang Kedua Selain Suamiku
Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu.
Sudah lebih dari 5 tahun usia perkimpoianku dengan Hendra, tapi belum juga
menghasilkan momongan, setelah mencari informasi ke teman teman akhirnya aku
mendapat rekomendasi dokter kandungan bagus yang berpraktek di kawasan elit
Jakarta.
Setelah membuat appointment, aku dan suamiku sudah berada di
ruang tunggu dokter Andri, pasien yang menunggu sudah banyak, dan ternyata kami
mendapat nomer paling akhir tepat sebelum ditutup pendaftarannya
Pukul 21:00 dipanggillah namaku oleh suster, aku masuk ke
ruangan dokter Andri sendirian, sementara suamiku harus menunggu di ruang
tunggu, konsultasi dilakukan di ruang praktek sendiri.
Betapa terkejutnya aku dibuatnya karena tanpa diduga ternyata
dokter Andri adalah mantan pacarku dulu sewaktu SMA di sebuah kota kecil di
Jawa Timur, kami memang bersahabat karena tiap kali pulang selalu bersamaan
karena jalan ke rumahnya melewati rumahku, hingga akhirnya kami berpacaran saat
dia kelas 3 menjelang ujian akhir, dia adalah kakak kelasku satu tahun di atas,
sebagai jagoan basket tentu banyak teman wanitaku yang mencoba menarik
perhatiannya, tapi ternyata pilihan jatuh kepadaku.
Hubungan kami tidak berlangsung lama karena setelah selesai SMA
dia harus kuliah di Jakarta sementara aku ternyata sudah dijodohkan orang tuaku
dengan seorang Insinyur yang mengerjakan proyek di dekat tempat tinggalku, dan
setahun kemudian menikahlah aku dengan Hendra saat usiaku masih ingin menikmati
masa muda dan remajaku.
“Lily !!!” teriak dokter Andri
“Andri !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
“Andri !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
Ternyata
penampilan kami tidak banyak berubah meskipun sudah berpisah lebih dari 10
tahun, Andri yang aku kenal masih seperti yang dulu, tapi terlihat lebih
dewasa, sehingga tidak ada rasa asing diantara kami.
“Ly, gimana kabarmu selama ini, kemana aja kamu” Tanya Andri
Aku malu karena akulah yang meninggalkan dia untuk menikah
dengan Hendra, meskipun itu bukan kemauanku dan aku tetap mencintainya sebagai
cinta pertamaku.
Aku diam saja dan menunduk malu karena merasa bersalah dan sepertinya
dia tau perasaanku.
“Sudahlah Ly, semuanya sudah berlalu dan kini kita masing masing
punya kehidupan sendiri sendiri” kata Andri, terdengar nada kepedihan di
perkataannya.
“Oke sekarang apa masalahmu ?” Tanya Andri sudah berganti
menjadi dokter Andri.
Kemudian
aku menjelaskan permasalahanku yang tak juga kunjung punya anak, malu juga
sebenarnya menceritakan ini kepada bekas pacar yang kutinggalkan.
Lalu dia melakukan sedikit Tanya jawab mengenai seputar
kehidupan dan sesekali menyerampet ke masalah sex yang cukup sensitive, tapi
itu kuanggap sebagai bagian dari tugas dia.
“oke, silahkan berbaring, biar aku periksa” kata dokter Andri
Aku menuruti saja perkataanya, kemudian dokter Andri mulai
memeriksa tubuhku, bisa kurasakan tangannya gemetar ketika memeriksa kondisi
tubuhku, sepertinya ada rasa nervous pada dokter Andri begitu juga aku, mungkin
dia tahu degup jantungku yang berdetak tak normal ketika stetoskop di tempelkan
di dadaku. Sepertinya kami berdua merasa canggung.
Dokter Andri memintaku melepas celana dalamku karena dia mau
USG, dengan gemetar aku memenuhi permintaanya dan posisi kakiku mekangkang di
tempat yang sudah disediakan. Posisi dokter Andri tepat diselangkanganku yang
sudah tidak tertutup, aku yakin sekali dia bisa melihat alat kewanitaanku
dengan jelas, entah apa yang ada dipikiran dia aku nggak tahu, kemudian dia
memasukkan alatnya USG ke vaginaku, dan tampaklah di layar monitor alat itu
gambaran rahimku. Setelah melakukan diagnosa, selesailah USG dan dia memintaku
kembali duduk tempat duduk semula, lalu menjelaskan diagnosanya terhadap
rahimku dan beberapa tindakan yang harus dilakukan.
Selesailah
acara konsultasi dengan dokter Andri, aku beranjak dari kursi dan menjabat
tangan dokter Andri, aku tak punya kekuatan ketika dokter Andri mencium pipi
kananku bahkan ketika ciumannya berpindah kekiripun aku tetap tiada kekuatan
untuk menolaknya, bahkan seperti diluar kendaliku, tanganku segera meraih
kepala Andri dan kucium bibirnya dan dia memberi respond dengan mengulum
bibirku, cukup lama kami berciuman melepas rindu yang sudah lama terpendam dan
tak sempat berkembang. Setelah kami tersadar, Andri melepas ciumannya, aku
sebenarnya ingin lebih lama lagi bersama dia, napasku sudah memburu tak karuan,
tapi dia sudah memanggil suster yang di luar.
“aku ingin kenalan dengan suamimu, kalau kamu nggak keberatan
kupanggil dia masuk sekarang” katanya
“Sus,
tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perinyahnya pada suster.
Aku diam saja mengatur napas ketika susternya masuk. Kemudian
Hendra masuk ke ruang konsultasi dan duduk di sebelahku, kuremas tangannya
untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku tak tahu apa yang dimaui Andri.
“Pak Hendra, sepertinya istri anda perlu pemeriksaan lebih
lanjut, kalau anda tidak keberatan aku akan melakukan beberapa test, perlu
waktu mungkin sekitar 30 – 45 menit mungkin lebih, atau Senin minggu depan
supaya waktunya lebih lama”
Suamiku diam saja lalu melihat ke arahku, aku Cuma menganggukkan
kepala karena masih bingung dengan apa maunya dokter Andri.
“baiklah dok, daripada minggu depan antri lagi, sekarang saja
dok udah tanggung” jawab suamiku pasrah.
“oke silahkan tunggu diluar ” kata Andri sambil mempersilahkan
suamiku keluar.
Begitu
pintu ruang konsultasi di tutup, Andri menghampiriku.
“not bad, pantesan kamu mau meninggalkan aku demi dia” katanya
sambil tangannya menarikku ke pelukannya, dan kami kembali berdiri berciuman.
Tangannya berpindah ke pantatku dan menyingkap rokku, meremas
pantatku yang telanjang karena aku memang belum mengenakan kembali celana
dalamku, karena nervous.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir Andri sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat Andre mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir Andri sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat Andre mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.
Antara kesadaran sebagai seorang istri dan rasa kangen serta
ingin menebus kesalahan masa lalu saling muncul silih berganti, tapi akhirnya
menghilang saat dokter Andri mulai membuka resluiting bajuku dan dipelorotkan
ke bawah. Aku kembali memeluknya ketika tinggal bra ungu yang menutupi bagian
intim tubuhku. kubuka celananya hingga melorot kebawah dan tanganku langsung
menuju ke penisnya yang masih tertutup celana dalam, kurasakan ketegangan dan
keras seperti batu, agak malu juga aku telanjang di depan dia tanpa sehelai
benangpun menempel di tubuhku, baru kali ini aku dalam posisi seperti ini
selain dengan suamiku. Andri langsung menyerbu kedua bukit di dadaku yang masih
tertutup bra sutera, diciuminya kedua bukit itu dengan gemas, sesaat kemudian
bra-ku tak bertahan lagi di tubuhku.
“kamu ternyata makin montok saja, dan buah dadamu makin indah
dan terawat dibanding dulu, makin matang dan lebih sexy” katanya sambil
memandangi tubuhku yang sudah telanjang dan langsung membenamkan kepalanya di
antara kedua belah bukit di dadaku.
Meskipun pacaran kami tak lama, tapi karena kami sudah berteman
sejak lama, maka pada masa pacaran kami sudah pernah saling meraba dan melihat,
hanya sebatas itu, paling banter peting.
Andri sudah mendaratkan lidahnya ke puncak bukitku, dia mempermainkan
lidahnya di putingku, secara bergantian dari kiri ke kanan dan seterusnya
sambil tangannya meremas remas dengan penuh gairah seakan tak ingin kehilangan
diriku lagi.
Kurasakan
kenikmatan yang tak terkira, gairah sexualku mulai naik, aku hanya bisa menggelinjang,
kugigit bibirku karena tidak bisa mendesah dan menjerit dalam kenikmatan, takut
ketahuan.
Andri mendudukkanku di meja prakteknya, dengan hati hati
disingkirkannya peralatan kerjanya ke kursi samping supaya tak menumbilkan
curiga pada suster maupun suamiku yang menunggu di luar. Kakiku dipentangkan
lebar seperti saat konsultasi tadi, tapi kali ini kepala Andri langsung menuju
ke selangkanganku, dibenamkannya kepalanya diantara kedua pahaku, ternyata
Andri mempermainkan vaginaku dengan lidahnya. Kuremas rambutnya sebagai
pelambiasan karena aku tidak bisa melampiaskan dengan menjerit atau mendesah
seperti biasa kulakukan. Napasku sudah berpacu dengan birahiku, dengan indahnya
Andri mempermainkan irama jilatannya di daerah yang benar benar peka, sepertinya
dia sangat menguasai peta anatomi daerah erotica vaginaku, dan aku dibuatnya
melayang layang menuju puncak kenikmatan, jilatannya sungguh teratur, halus
tidak kasar tetapi memberikan kenikmatan yang tiada tara, permainan di daerah
klitoris maupun kombinasi permainan lidah dan kocokan jari tangannya terlalu
berlebihan kenikmatannya.
Hampir
saja aku menjerit kalau saja Andri tidak segera menghentikan permainan
lidahnya.
“please Ndri, jangan goda aku, sekarang please” desahku pelan
takut terdengar suamiku yang menunggu di luar, entah dia dengar atau tidak.
Mengerti akan permintaanku, Andri mengakhiri permainan lidahnya,
dia berdiri didepanku, mengamati aku yang lagi terbakar birahi.
“kamu makin cantik dan mempesona apalagi kalau lagi bernafsu
seperti ini” katanya sambil melepas baju dan celananya, tangannya mengatur
penisnya ke vaginaku.
Kami kembali berciuman, tanganku memegang penisnya dan
mengocoknya.
“sepertinya lebih besar daripada dulu” bisikku sambil meremas
remas penisnya.
Dia hanya tersenyum ketika kubimbing penis itu ke vaginaku yang
sudah basah, kusapukan sejenak ke bibir vaginaku, ternyata Andri tidak mau
menunggu terlalu lama, dia langsung mendorong masuk penisnya ke vaginaku yang
sudah basah, gerakannya perlahan tapi makin lama makin masuk ke dalam, hingga
semua batang penis Andri terbenam ke vaginaku didiamkannya sejenak.
Ini adalah penis kedua yang menikmati hangatnya vaginaku selain
suamiku, karena aku memang tidak pernah berselingkuh dengan laki laki lain.
Sebenarnya ukuran penis Andri boleh dibilang sama dengan punya Hendra, tapi
karena bentuknya berbeda, maka aku merasakan sensasi yang berbeda antara Andri
dan suamiku.
“pelan pelan, ndri” bisikku
“lebih dari sepuluh tahun aku mendambakan saat saat seperti ini”
jawabnya sambil memandangku penuh kemesraan.
Andri menarik keluar secara perlahan dan kembali memasukkan
secara perlahan pula dan makin lama makin cepat, tapi halus dan tidak liar.
Sungguh indah permainan Andri, dengan penuh perasaan dan penuh kenikmatan, dia
mengocok vaginaku dengan penisnya tangannya meraba dan meremas buah dadaku.
Aku telentang di meja, diangkatnya kakiku ke pundaknya,
tangannya meremas kedua buah dadaku, gerakannya tetap teratur seakan dia
menikmati setiap gesekan dan gerakan dari tubuhku, pandangan matanya tak pernah
lepas dari mataku sungguh menghanyutkan pandangannya. Dirabanya seluruh tubuhku
seolah tak mau terlewatkan sejengkalpun dari jamahannya.
“terlalu lama aku merindukan seperti ini, selama hampir tiga
tahun pertama sejak perkimpoianmu aku membayangkan saat seperti ini” katanya
tanpa menghentikan gerakannya
“Ndri, please jangan ungkit itu lagi” kataku pelan disela sela
kenikmatan
Andri lalu membalikkan tubuhku, kini aku tengkurap di meja
kerjanya, dengan perlahan Andri kembali memasukkan vaginaku, kali ini dari
belakang. Kembali aku merasakan kenikmatan yang datang silih berganti antara
sodokan, elusan dan ciuman di punggung serta remasan di dadaku, aku merasakan
bercinta dengan seorang good lover yang romantis, yang tahu kapan saatnya untuk
berbuat apa, dia sepertinya tahu persis yang bisa membuatku melambung ke awan
kenikmatan birahi, kurasakan kocokan yang penuh kemesraan dan perasaan.
Lalu
Andri menarik tanganku, kini aku setengah berdiri dengan tanganku dipegangi
dari belakang sama Andri, dikocoknya dengan tiada henti, ingin rasanya teriak
atau mendesah merasakan kenikmatan ini, tapi suamiku masih menunggu diluar
sementara Andri mengaocokku dari belakang makin lama makin keras, iramanya kini
berubah liar dan tidak beraturan, meskipun agak kaget dengan perubahan iramanya
tapi aku menikmati juga variasi ini.
Kini
aku dihadapkan ke di tembok, tanganku tertumpu pada tembok menahan tubuhku,
kaki kanankudiangkat Andri dan dia mengocokku dengan keras dan cepat, mungkin
suamiku menunggu di balik tembok ini aku tak tahu, tapi aku tahu pasti kalau
suamiku masih di luar sana dan aku yakin sekali dia akan segera tahu kalau aku
teriak atau mendesah dalam kenikmatan.
Kutengok ke belakang, wajah Andri tersenyum penuh kemenangan,
kemenangan karena dia bisa mempermainkan aku sementara aku hanya bisa menahan
desah kenikmatan.
“kamu gila Ndri” ucapku pelan dan hanya dibalas senyum dan
hentakan di vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang tak bisa kugambarkan, suatu
kenikmatan yang bercampur ketegangan suatu petualangan yang nyerempet bahaya
tapi benar benar kunikmati.
Tiba tiba pintu kamar di ketok.
“sebentar sus” teriak Andri sedikit panik
“kita masuk tempat periksa, bawa bajumu” perintahnya, dan kami
berdua masuk tempat periksa dan menutup gordennya.
Bukannya berhenti, Andri malah kembali mendorongku hingga aku
berdiri membungkuk dan bersandarkan kursi, tanpa mempedulikan protesku dia
kembali melesakkan penisnya ke vaginaku.
“gila kamu” protesku
“masuk sus” katanya sebagai jawaban sambil terus menyodokku
dengan keras, aku hanya menggigit bibirku menahan kenikmatan ini.
“dok, sudah jam sepuluh lebih, kalau dokter tidak memerlukan
saya lagi, saya permisi pulang dulu ya” kata suster dari luar gordin
“oke sus, sampai besok, tolong panggilkan Pak Hendra kesini”
jawab Andri tanpa menghentikan kocokannya
“apa apaan ini” protesku kembali dengan pelan setelah kudengar
pintu ditutup suster
“tenang saja, percayalah aku takkan terjadi apa apa” katanya dan
kocokannya makin keras disertai remasan yang kuat pada buah dadaku yang
menggantung sesekali diselingi tarikan pada rambutku, kugigit bibirku kuat kuat
ketika kudengar pintu kembali dibuka.
“ya
dok, sudah selesai ?” kudengar suara suamiku dibalik gordin
“Pak Hendra, mohon tunggu sebentar lagi ya, mungkin 15 menit
lagi, sudah hampir selesai koq” jawab Andri tenang, tak setenang kocokannya di
vaginaku, aku menggigit jariku menahan desah napasku, tegang dan nikmat
bercampur menjadi suatu petualangan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Aku bercinta dengan mantan pacarku sementara suamiku hanya
terpisah selembar kain gordin diluar sana, aku merasakan ketegangan yang hebat,
tapi diluar dugaanku justru menambah erotis dan sensasi dari dalam diriku.
“iya
pa, nggak tahu dokter Andri, maunya macam macam nih” jawabku terbawa emosi
erotis sambil meremas sandaran kursi menahan desah karena kocokan Andri.
“nggak apa Pak Hendra, ini sudah biasa koq, dari pada nggak
kelar” kembali Andri menimpali sambil meremas kedua buah dadaku dengan makin
keras, aku hampir menjerit kalau tak ingat suamiku diluar sana, kupelototi dia
sebagai protes tapi dia tersenyum saja.
“oke dok, nggak usah terburu buru, diselesaikan saja dok, yang
penting hasilnya, ma papa tunggu diluar ya, jangan pikirin aku diluar, ikuti
saja kata dokter Andri” jawab suamiku dari balik gordin, lalu kudengar pintu
tertutup.
“tuh
kan suamimu sendiri bilang nggak usah terburu buru, jangan pikirin dia suruh
ikutin kataku ” kata Andri menggoda, kocokannya makin cepat seakan menumpahkan
segala rindu dan dendam yang terpendam bertahun tahun.
Kini aku ditelantangkan di tempat tidur pasien, tubuhnya lalu
naik di atasku, kini kami telanjang dan kembali berpelukan dan berciuman di
ruang prakteknya, untuk kesekian kalinya dia memasukkan penisnya ke vaginaku
terus mengocoknya, karena tempat tidur berbunyi ketika digoyang, Andri pindah
ke kursi, ditariknya tubuhku kepangkuannya.
Aku
segera mengatur posisiku dipangkuannya, sesuai “petunjuk” suamiku untuk
mengikuti kata Andri. Kini ganti aku yang mengocok Andri, posisi ini adalah
favouritku. Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kugoyang dan kuputar
pantatku hingga terasa vaginaku diaduk aduk Andri.
Tak mau kalah, Andri meremas buah dadaku dan mengulum kedua
putingku dengan sedotan yang kuat, aku tak bisa bertahan lebih lama lagi, maka
sampailah ke puncak kenikmatan tertinggi, orgasme pertama yang kualami selain
dengan suamiku. Kugigit keras jariku untuk menahan jeritan orgasmeku supaya tak
terdengar dari tempat suamiku menunggu.
“udah Ndri, keluarin please” pintaku setelah mengalami orgasme
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda Andri
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda Andri
Tak tahan dipermainkan lebih lama, dengan sisa tenaga yang ada,
aku goyang makin liar dan cepat, Andri membenamkan kepalanya di antara buah
dadaku, sepertinya dia sudah tak tahan lagi, makin keras sedotan di putingku.
“aku mau keluar, di dalam ya Ly” pintanya
“gila kalau hamil gimana” protesku
“gila kalau hamil gimana” protesku
“berarti terapinya sukses” jawabnya sambil kembali meremas dan
menyedot putingku, aku ingin berdiri melepaskan pelukan Andri tapi terlambat
ketika kurasakan denyutan dan semprotan yang keras dari penis Andre mengenai
sisi dalam vaginaku, terasa begitu keras denyutan itu hingga aku terhanyut dan
mengalami orgasme untuk kedua kalinya dengan Andri.
Aku terkulai lemas, kusandarkan kepalaku dipundak Andri, dia
membelaiku dengan penuh kasih sayang, terhanyut aku dalam belaiannya dan
pangkuannya, tubuh kami menyatu dan kurasakan degup jantung Andri, keringat
kami saling menempel menyatu dalam kenikmatan, sesaat aku melupakan kalau
suamiku menunggu dengan setia di luar ruangan.
Beberapa
saat kemudian kami tersadar dan segera berbenah, kukenakan kembali pakaianku
dan merapikan make up di wajahku, setelah dirasa semua sudah aman, Andre
memanggil suamiku untuk masuk.
“Pak Hendra, istri anda memang hebat, dia bisa tahan lama dengan
kondisi seperti ini” kata dokter Andri sambil melirik ke arahku
Aku hanya senyum senyum saja mendengar perkataannya, tapi tidak
dengan suamiku.
“maksud dokter ?”
“ada sedikit kelainan pada rahim istri anda, dengan kondisi
seperti ini kalau capek atau kondisi tertekan dia akan sangat kesakitan”
jelasnya, kemudian dia menjelaskan dengan bahasa kedokteran yang bagi kami
berdua tidak mengerti sama sekali, tapi aku iyakan saja.
“saya akan melakukan therapy dua kali seminggu kalau bisa senin
disini dan kamis di tempat praktek saya di rumah supaya bisa lebih lama” jelas
Andri sambil melirikku kembali
“saya sudah melakukan terapi awal, sementara ini harap jangan
berhubungan dulu selama satu minggu, setelah satu minggu datang lagi ke sini
akan saya beri terapi dan obat untuk bisa berhubungan besoknya” lanjut Andri
kembali melirikku pertanda dia merencanakan sesuatu.
“saya
ikut apa kata dokter saja, mana yang terbaik bagi istriku terbaik pula bagi
kami” jawab suamiku
“oke Pak Hendra, bu Hendra, kita sudah sepakat, sampai senin di
tempat praktek saya di rumah, harap reservasi dulu senin pagi supaya tidak
terlalu lama menunggu” kata Andri sambil menyerahkan kartu namanya ke suamiku.
Selama percakapan ini, kurasakan sperma Andri menetes keluar
dari vaginaku, entah berapa banyak yang tertampung di celana dalamku.
Akhirnya kami pergi ketika lonceng pukul 11 malam berbunyi,
berarti aku sudah bersama Andri paling tidak selama dua jam, dan lebih dari
satu jam melakukan sex dengan dia, Andri mengantar kami hingga pintu, sebelum
meningalkan kami, dia masih sempat meremas pantatku.
“jangan lupa senin untuk reservasi dulu” katanya terus
menghilang dibalik pintu. Ketika suamiku mengurus pembayaran, aku ke toilet
untuk membersihkan sisa sperma Andri yang menetes di pahaku.
“Dokter Andri orangnya masih muda, ganteng lagi, pantesan banyak
pasangan muda yang menjadi pasiennya” kata suamiku ketika dalam perjalanan
pulang
“cara dia menangani pasien begitu tenang, cool gitu, sehingga
kita seperti berhadapan dengan seorang teman bukan seorang dokter” jawabku
“Senin aku antar lagi deh, lebih sore biar tidak terlalu malam
dan terapi-nya tidak terburu buru” tambah suamiku tanpa prasangka
Hari
Senin setelah reservasi pagi hari, aku ternyata mendapat nomer terakhir lagi,
diminta datang pukul 7 malam di tempat praktek Andri.
Tempatnya di lingkungan perumahan yang elit dan asri, suasananya
begitu nyaman untuk tempat tinggal, ternyata Andre membuka praktek di paviliun
samping rumahnya yang gandeng dengan rumah utama.
Pukul 6:30 malam aku dan suami sudah sampai di tempat praktek,
ada 2 pasien yang menunggu di situ, rata rata masih muda, seusia kami.
Setelah menunggu lebih dari satu jam dan tidak ada pasien
lainnya lagi, akhirnya suster cantik itu memanggil kami masuk.
Di
depan kami berdua Andri begitu berwibawa seperti layaknya seorang dokter.
“bagaimana Pak Hendra, apa anda mengikuti petunjuk saya untuk
tidak berhubungan paling tidak hingga Kamis depan ?” Tanya dokter Andri
“ya bagaimana lagi dok, kalau ingin berhasil kita ikutin anjuran
dokter saja” jawab suamiku seperti pasrah, sebenarnya nggak tega juga aku
melihat expresi wajahnya.
“kali ini mungkin tidak selama yang pertama, paling lama satu
jam, Pak Hendra boleh tunggu di sini atau di luar” kata Andri
“saya tunggu di luar, tempatnya sejuk dan asri, boleh saya Tanya
dok ?” kata suamiku
“silahkan”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”
“banyak
alasan, pertama, biar tidak terlalu banyak pasien kalau suaminya tidak setuju,
sebagai upaya pembatasan pasien secara halus, kalau nggak gitu bisa tiap hari
saya selesai praktek jam 12 malam. Kedua, saya tentu akan merasa canggung bila
memeriksa si istri sementara sang suami melototi kerja saya. Ketiga belum
saatnya, setelah periksa istri dan ternyata tidak ada masalah maka mungkin
masalahnya ada di suami, baru saya akan periksa suaminya, itulah metode
pengobatan saya” jawab Andri
“oke dok, aku tunggu di luar saja” kata suamiku langsung keluar
meninggalkan aku berdua dengan Andri.
Sepeninggal suamiku, Andri langsung menarikku di pangkuannya,
kami berciuman mesra, tangannya langsung meraba ke dadaku diremasnya dengan
penuh gairah. Aku mulai mendesis pelan ketika ciumannya sampai di leherku.
“jangan mendesah disini sayang, ntar suamimu dengar” bisiknya,
dia sudah berani bilang sayang seperti dulu kala.
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ” dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”
Tangan Andri dengan terampil membuka resliting di belakang
hingga rok-ku langsung melorot ke pingggang, aku sengaja pakai pakaian rok
terusan yang simple supaya mudah “dilucuti”, aku membalasnya dengan membuka
bajunya dan melemparnya ke meja.
Aku kemudian berdiri, dengan sendirinya rok-ku melorot ke
lantai, kini aku hanya mengenakan bra hitam berenda setelan dengan celana
dalamku, aku memang berusaha tampil sexy dan menggoda di depan Andri, dan
ternyata berhasil, dia memandang dengan seksama ke arahku, menikmati setiap
lekuk kemolekan dan keindahan tubuhku.
“kamu sungguh cantik dan sexy” komentarnya, sambil berdiri
melepas celananya.
Aku
memutar tubuhku seperti layaknya seorang model pakaian dalam, kemudian memulai
gerakan erotic seperti penari streaptease, Andri duduk kembali di kursi
menikmati tarian erotic-ku sambil meremas remas penisnya yang mulai menonjol
dari balik celana dalam biru-nya.
Sesekali kugoda dia dengan menempelkan buah dadaku di wajahnya
lalu menariknya kembali. Perlahan kulorotkan kedua tali bra-ku lalu diikuti
melepas bra dari tubuhku dan kulemparkan ke wajah Andri, tampaklah buah dada
kebanggaanku menggantung indah menantang terpampang di depannya.
Andri menelan ludah, dia berusaha menarikku ke pelukannya tapi
aku menghindar menggoda, semakin dia terbakar birahi semakin baik bagiku, aku
ingin menggodanya. Sensasi dan rasa erotis di diriku makin naik mengingat bahwa
kini aku sedang menari streaptease di depan Andri yang hampir telanjang
sementara suamiku menunggu di luar dan istri Andri ada di ruangan sebelah
bersama anaknya, sungguh permainan ketegangan yang menggairahkan.
Andri
sepertinya makin terbakar birahinya, kini dia sudah melepas celana dalamnya dan
meremas remas penis-nya sambil menikmati tarian erotisku.
Celana dalam satu satunya penutup tubuhku masih menempel indah,
tapi Andri sepertinya sudah tidak tahan lagi dengan dorongan birahinya, dia
lalu berjongkok di depanku, kakiku kananku dinaikkan ke kursi, dari celah
celana dalam dia mulai mencium dan menjilati vaginaku yang sudah basah karena
begitu terangsang menikmati sensasi ini.
Permainan
lidah Andri tak terlalu lama, dia lalu menarik turun celana dalamku hingga kami
sama sama telanjang. Andri meneruskan pekerjaannya, jilatan lidahnya menyusuri
pangkal paha hingga bibir vaginaku. Klitoris adalah bagian yang paling
mendapatkan perhatian khusus dari Andri, cukup lama dia memainkan lidahnya di
klitorisku dengan berbagai macam gerakan lidah, entah jurus apa yang dia pakai
hingga aku hanya bisa menggigit bibir bawahku menahan desah. Kuremas rambutnya
dan kudorong lebih dalam ke vaginaku.
Aku
duduk di kursi dokter, kepala Andri kembali menempel di selangkanganku, dia
sungguh menikmati permainan ini begitu juga aku, permainan lidahnya sungguh
jauh lebih lebih nikmat dibanding dengan suamiku, mungkin dia melakukan dengan
menggunakan teori.
Desah tertahan sungguh merupakan siksaan tersendiri bagiku, tapi
tidak bagi Andri, dia menikmati siksaanku ini, dia menyukai expresi wajahku
ketika menahan desah kenikmatan, apalagi saat orgasme.
Setelah puas menikmati vaginaku, Andri lalu berlutut di depanku
dan mengatur posisinya sebelum memasukkan penisnya ke vaginaku. Aku nggak mau
melakukan terlalu cepat, kuminta Andri berdiri berganti posisi, dia duduk di
kursi, kini aku berlutut di depannya, kuciumi penisnya, dengan gerakan
menggoda, kujilati kantung bolanya, kupermainkan lidahku di batang dan ujung
kepala penisnya sebelum memasukkan penisnya kemulutku. Akhirnya hampir semua
batang penisnya masuk dalam mulutku, dengan sliding aku mulai mempermainkan
dia, kini dia mendesah tertahan karena takut ketahuan, baik oleh istrinya
maupun suamiku di luar sana.
Sepertinya dia hampir tak tahan, lalu tubuhku dibopongnya menuju
kamar sebelah yang sambung ke ruang praktek dia. Kamar itu tidak terlalu luas,
dengan ranjang yang cukup besar dan bersih, dindingnya di hiasi cermin seukuran
ranjang.
“kamar apaan ini ?” tanyaku masih dalam gendongannya
“untuk pasien kalau perlu periksa sperma, ntar juga kamu akan
tahu dan mengalami” jelasnya
“kamu boleh teriak sepuasnya, karena terlalu jauh dan tak akan
terdengar oleh suamimu dari ruang tunggu pasien, kamar ini dirancang kedap
suara” lanjutnya
“bagaimana dengan istri dan anakmu ?” tanyaku
“ada di dalam mungkin sedang nonton TV sama anakku, dia baru
berumur 2 tahun” Andri merebahkuan tubuhku di ranjang, dengan mesra dan penuh
gairah dia menciumi kedua buah dadaku sambil menindih tubuhku.
“ssssssshhhhh?”.. aagghhhh” aku sudah berani mendesis meski
perlahan sebagai pelampiasan atas kenikmatan yang aku alami.
“Ndri, fuck me please nooooowwwwww” pintaku sambil mengocok
penis Andri
Tanpa membuang waktu lebih lama, Andri segera memasukkan
penisnya yang sudah sekeras batu ke vaginaku yang sudah basah, dengan tiada
kesulitan yang berarti melesaklah penis itu ke vaginaku, masuk semua tanpa
tersisa. Meskipun sudah pernah sekali melakukan dengan Andri, masih saja
kurasakan perasaan asing di vaginaku, karena bentuknya yang berbeda dengan
suamiku.
Kupeluk erat tubuh Andri seolah tubuh kami menyatu dalam
panasnya api birahi yang membara, sambil tetap berpelukan dan berciuman, Andri
mengocokku dengan penuh perasaan, pantatnya turun naik di atas tubuhku,
kunaikkan kakiku menjepit pinggulnya untuk memberikan jalan supaya bisa masuk
lebih dalam.
“aaaaagghhhh”.. yaaa?” yesss”. trussss Ndri” desahku mulai agak
keras, aku mulai menemukan irama permainanku mengimbangi goyangannya, kami bergulingan
di atas ranjang sempit itu, terkadan aku di atas kadang dibawah.
Cukup lama kami dengan posisi ini, tak terasa kedua peluh sudah
menetes campur menjadi satu, seperti menyatunya tubuh kami dalam lautan
kenikmatan.
Memang asik bercinta dengan Andri, begitu penuh perasaan karena
memang diantara kami bukan cuman nafsu yang berperan tapi api cinta masih belum
padam sepenuhnya, dan sekaranglah saatnya menuntaskan cinta yang terpendam,
bukan berarti aku tidak cinta sama suamiku tetapi rasa cinta dan nafsu kali ini
sungguh berbeda.
Kami
bercinta layaknya sepasang kekasih yang dilanda kangen berat, apalagi sudah
tiga hari tidak berhubungan dengan suamiku. Dengan bebas dan tanpa beban aku
bisa mengekspresikan kenikmatanku dalam desahan desahan dan jeritan ringan,
apalagi ketika Andri mulai mengocok dengan cepat dan keras hingga ranjang ikut
bergoyang keras.
Kuimbangi permainan irama Andri dengan menggerakkan tubuhku
melawan gerakan Andri, kujepit tubuhnya dengan kedua kakiku yang mengapit di
punggungnya sehingga pantatku ikut terangkat membuat Andri lebih dalam
menanamkan penisnya di vaginaku. Kurengkuh sebanyak mungkin kenikmatan dari
Andri sebanyak yang bisa dia berikan, Andri mengangkat tubuhnya hingga tertumpu
pada lutut, kakiku dipentangkan membuat vaginaku terbuka lebat, kocokan Andri
semakin cepat secepat degup jantung kami.
Dengan posisi seperti ini kami bisa saling memandang sambil
bercinta, kuamati wajah dan tubuhnya yang bersimpuh peluh kenikmatan, wajah
Andri menurutku jauh lebih tampan dibandingkan dulu, lebih matang.
Cukup lama kami bercinta dengan posisi ini, dia lalu telentang
di sampingku, tanpa menunggu permintaannya, segera aku jongkok di atas
penisnya, perlahan kuturunkan tubuhku sampai semua penis Andri masuk ke
vaginaku semua.
Penis Andri terasa menyetuh dinding terdalam dari vaginaku,
kunaikkan kembali tubuhku lalu kuturunkan begitu seterusnya hingga aku bisa
mengocokkan penisnya ke vaginaku. Andri meraba dan meremas kedua buah dadaku
sambil memainkan putingnya, membuat aku bertambah terbakar dalam birahi.
Kurobah gerakanku menjadi berputar seperti orang ber hula-hop, vaginaku terasa
seperti diaduk aduk penis Andri yang masih keras itu, sambil menggoyang pinggul
kuraba dan kupermainkan kantong bolanya sehingga Andri kelojotan merem melek,
matanya melotot ke arahku, pancaran kenikmatan kutangkap dari sorot matanya.
Aku
melakukan variasi gerakan dengan posisi di atas aku yang pegang peranan,
kombinasi antara hula hop lalu maju mundur kemudian naik turun kembali lagi ber
hula hop membuat Andri seakan terbang tinggi dalam kenikmatan birahi, begitu
juga aku, penis Andri sepertinya menjelajah ke seluruh pelosok ruang vaginaku.
Ternyata Andri tak mau kalah, dia ikutan menggoyang pinggulnya melawan
gerakanku, semakin cepat aku menurunkan tubuhku semakin cepat pula dia menaikkan
pinggulnya hingga vaginaku tersodok dengan kerasnya begitu seterusnya. Tak
teringat lagi apa yang dilakukan suamiku di luar ruangan ini yang masih setia
menunggu istrinya sedang bercinta dengan mantan pacarnya.
“Ndri, aku mau keluar sayang” kataku tak tahan menghadapi
perlawanannya
“jangan dulu sayang, tidak dalam posisi seperti ini” jawabnya
sambil mengangkat tubuhnya hingga posisi duduk dan aku dalam pangkuannya.
Goyanganku
semakin cepat, Andri sudah membenamkan kepalanya di antara kedua buah dadaku,
mulutnya mempermainkan putingku secara bergantian, aku merasakan kenikmatan
yang hebat antara kocokan di vagina dan kuluman maupun sedotan di putingku.
Gerakanku makin cepat dan tidak beraturan antara hingga tak tertahankan lagi
aku mencapai puncak kenikmatan yang indah.
“aaaaaaaaggghhhh?”. yessss?” yessss?” yessssssss” desahku dalam
orgasme sambil meremas rambut Andri yang masih larut dalam keindahan permainan
kami, sedotan di putingku makin kencang ketika orgasme kudapatkan hingga
menambah kenikmatan yang tiada terbayangkan sebelumnya, tak lama kemudian maka
lemaslah aku dalam pangkuannya. Andri membelaiku dengan mesra, meski aku tahu
dia belum mengalami orgasme, tapi dia tetap tenang, aku masih dalam
pangkuannya, dielusnya punggungku sementara kepalaku sudah terkulai di
pundaknya.
Penis
Andri di vaginaku masih menegang, aku merasa kasihan juga, tapi badanku lemes
sehabis orgasme setelah tiga hari tanpa sex. Dia menyuruhku berbaring di
sebelahnya, kemudian digulingkannya tubuhku hingga aku tengkurap, lalu Andri
naik di atasku, dipeluknya aku dari atas lalu dia bergeser di antara kakiku
yang dipentangkan. Ditariknya pantatku sedikit ke atas hingga aku agak
nungging, kembali dia melesakkan penisnya ke vaginaku dan dengan cepatnya mulai
mengocok.
Tangannya mengelus punggungku lalu tubuhnya tengkurap di atas
tubuhku, dia mengocokku dari belakang dengan posisi seperti ini, belum pernah
aku melakukan sebelumnya dengan suamiku, ini pengalaman pertamaku, gairahku
mulai naik kembali merasakan sensasi kenikmatan yang baru, tapi dengan posisi
seperti ini aku tidak bisa melakukan apa apa kecuali hanya pasrah menerima
kenikmatan yang dia berikan. Menyadari kepasrahanku, Andri makin menjadi jadi
mengocokku, dihentakkannya pinggangnya ke arah pantatku hingga penisnya
menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya sambil dia menciumi tengkuk, pungak
dan telingaku, yang kadang kadang dikulumnya.
“aaaaauuugghhhhh?”eeeehhhhhh?”..emmmmhhhh” hanya desah itulah
yang bisa kulakukan. Entah gaya apa yang dimainkan ini, yang jelas bukan doggie,
mungkin gaya kura-kura kali, tapi who cares, yang penting aku mendapatkan
pelajaran dan kenikmatan baru dari dia.
Tak lama kemudian kurasakan denyutan keras dari penis Andri
menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya, semprotan demi semprotan kunikmati
dengan perasaan yang lain, begitu kerasnya denyutan itu hingga mengantarku
mencapai orgasme yang kedua kalinya hingga kali ini aku benar benar lemas tak
bertenaga. Andri terkulai diatas punggungku setelah menyemprotkan spermanya di
vaginaku, kemudian dia berguling berbaring di sebelahku.
“Ternyata
kamu lebih hebat dari yang aku bayangkan selama ini” komentarnya setelah
selesai menyetubuhiku lebih setengah jam.
“Tak kusangka bercinta dengan kamu bisa senikmat ini” lanjutnya.
“Kamu orang kedua setelah suamiku, dan aku benar benar menikmati
saat saat seperti ini” jawabku
“beruntunglah aku” Andri menimpali sambil tangannya mengelus
punggungku
“aku juga beruntung bisa mendapat kesempatan seperti ini, bisa
merasakan dua penis yang berbeda dengan permainan yang berbeda pula” kataku
sambil meremas penisnya yang mulai melemas.
“kenapa tidak kamu bandingkan saja perbedaannya sekarang,
percaya deh sensasinya pasti berbeda?”
“maksudmu ?” kataku nggak ngerti
“sekarang kamu main dengan suamimu disini, kalau mau, aku yang akan
mengatur, serahkan padaku” usulnya
“kamu gila Ndri, setelah aku dengan kamu, lalu kamu minta aku
dengan suamiku, mana aku bisa aku lakukanitu, lagian aku juga sudah capek”
“yang penting kamu mau nggak “, soal lainnya serahkan aku,
percaya deh pasti kamu akan berterima kasih setelah ini” jelas Andri
meyakinkanku.
Timbul
rasa ingin mencoba, tapi ragu ragu juga, kupikir kembali untung ruginya,
sepertinya untung saja nggak ada ruginya bagiku. Aku terdiam karena malu untuk
menjawab.
“oke kamu berpakaian seperti biasa, kupanggil suamimu masuk,
trust me” katanya lalu kami berpakaian seperti layaknya.
“baik, tapi beri aku waktu sebentar untuk memulihkan tenagaku”
pintaku.
Setelah beristirahat sebentar, kami kembali ke ruang prakteknya
dan dia memanggil suster untuk mempersilahkan suamiku masuk. “Pak Hendra, saya
sudah memeriksa anatomi tubuh istri anda, hasilnya dalam beberapa hari lagi,
sekarang saya ingin melihat bagaimana pengaruh sperma anda pada bu Hendra” kata
Andri ketika aku dan suamiku menghadapnya sebagai seorang dokter.
“maksud dokter” kata suamiku nggak ngerti
“saya ingin anda berhubungan, sekarang, di sini, setelah itu
saya periksa lagi kondisi rahim istri anda setelah berhubungan” jelasnya lagi
“sekarang ” di sini dok ?” suamiku bengong
“ya sekarang, tentu saja tidak disini, maksud saya di kamar
sebelah, jangan kuatir pak, nanti anda akan tahu sendiri, oke aku siapkan dulu”
katanya lalu dia beranjak dari kursinya dan menuju ke kamar sebelah, mungkin
merapikan sprei yang acak acakan habis kami pakai tadi.
“silahkan, santai saja, jangan tegang, kalau ada masalah di
dalam ada intercom yang bisa menghubungi saya” katanya setelah keluar dari
kamar sebelah sambil mempersilahkan kami masuk.
Untuk kedua kalinya kumasuki kamar itu, tapi kali ini dengan
orang lain, yaitu suamiku sendiri, ternyata ranjang sudah rapi.
Agak
canggung juga suamiku memulainya, maka aku ambil inisiatif, tanpa membuka baju
kulepas celana dalamku, ternyata sperma Andri banyak tumpah di situ maka aku ke
toilet untuk membersihkan vaginaku dari sperma Andri, aku nggak mau suamiku
curiga pada cairan di vaginaku. Kulihat dia ragu ragu melepas celananya, aku
langsung berlutut di depannya dan langsung ku kulum penisnya untuk
membangkitkan gairah sexualnya.
Andri
benar, kurasakan sensasi yang berbeda dibandingkan tadi. Tidak terlalu lama
membuat penis suamiku menegang karena sudah tiga hari kami tidak bercinta.
Kurebahkan suamiku di ranjang lalu kuteruskan mengulum penisnya, ingin rasanya
kumasukkan langsung ke vaginaku untuk merasakan perbedaan kenikmatan yang
dijanjikan Andri. Tapi tiba tiba pintu diketuk dari luar, kami kaget sesaat,
karena posisiku di atas dan aku masih memakai pakaian meski tanpa celana dalam,
maka aku buka pintunya, ternyata dokter Andri.
“maaf
mengganggu, aku lupa pesan kalau bu Hendra harus di bawah, jangan di atas” kata
dokter Andri dengan sorot mata yang nakal, kembali kututup pintu kamar sambil
ngedumel, sialan, batinku.
Tanpa melepas bajuku karena khawatir ketahuan ada bau badan lain
yang masih menempel di tubuhku, aku langsung berbaring di sebelah suamiku, kami
berciuman sebentar lalu suamiku mengatur posisinya di antara kakiku, kupegang
penisnya dan kubimbing ke vaginaku setelah menyingkapkan rok ku hingga ke
perut, kuusap usapkan di bibir vagina hingga kembali menegang, lalu didorongnya
perlahan hingga masuk secara pelan pelan sampai semua tertanam di dalam, dia
diam sebentar.
Sekali
lagi Andri benar, aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat penisnya mulai
mengocok vaginaku. Meski irama kocokannya tak seindah Andri, tapi kenikmatan
yang kuperoleh boleh dibilang setara, tiap irama kocokan maupun bentuk penis
mempunyai kenikmatan yang berbeda, baru sekarang aku bisa bilang seperti itu,
tak pernah aku membayangkan menikmati sensasi seperti ini.
Kunaikkan kakiku ke pundaknya supaya suamiku bisa mengocok lebih
dalam, aku tidak berani menjerit takut ketahuan, suamiku meremas buah dadaku
dari luar sambil mengocok dengan keras. Karena sudah tiga hari tidak
berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit suamiku sudah orgasme, dia
menyemprotkan spermanya di vaginaku dengan kerasnya seakan memenuhi vaginaku,
jauh lebih banyak dari punya Andri tadi, denyutannya begitu keras tapi tak bisa
membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah tidak ada lagi
semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali aku merasakan aroma
tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus punggungnya dan dia mencium
keningku, lalu kami berbenah diri kemudian keluar kamar, tak kudapati dokter
Andri di situ.
Kamipun menunggu di ruangannya, tak lama kemudian dia muncul.
“Oke tolong ibu kembali ke kamar tadi aku perlu berbincang
dengan Pak Hendra dulu sebelum memeriksa Ibu” kata
Andri sambil mempersilahkan aku kembali ke kamar.
Entah apa yang dibicarakan kedua laki laki itu di luar karena
aku harus masuk kamar itu untuk ketiga kalinya, entah kali ini dengan yang mana
lagi.
Sambil menunggu orang berikutnya yang masuk kamar, aku merenung
tentang apa yang barusan terjadi, dalam tempo kurang dari 2 jam, aku sudah
bercinta dengan dua orang yang aku cintai secara berurutan, suatu pengalaman
yang tak akan terlupakan meskipun yang terakhir dengan suamiku tak sempat
mengalami orgasme, sebenarnya ingin melanjutkan lagi untuk menuntaskan berahi
yang tak tertuntaskan.
Aku
sempat melamun kalau seandainya bercinta dengan mereka berdua sekaligus,
seperti yang pernah aku lihat di film biru betapa indah dan nikmatnya, tapi
segera kutepis khayalan itu karena suamiku sudah pasti akan keberatan kalau
harus berbagi istri dengan orang lain. Ternyata orang berikutnya yang masuk
seperti dugaanku adalah Andri.
“gimana Ly, kamu harus berterima kasih atau mengumpatku ?”
tanyanya menggoda
“tak kusangka begitu nikmat, begitu erotis” kataku sambil memeluknya
pertanda terima kasih.
“kalau melihat begitu cepat, pasti kamu belum orgasme” tanyanya
berlagak bodoh
Tanpa menjawab dan tanpa malu malu aku langsung membelakangi
Andri membungkukkan badan dan menyingkapkan rok-ku hingga tampaklah pantatku
yang putih mulus.
“beri aku sekali lagi Ndri agar tuntas” pintaku.
Dengan
segera dia membuka resliting celananya dan tanpa melepas celana dikeluarkannya
penisnya yang sudah menegang kembali. Pinggangku dipegangnya dan dengan sekali
dorong untuk kedua kalinya aku menikmati penisnya hari itu. Kali ini aku tak
berani teriak karena tak tahu dimana posisi suamiku, terdengar kecipuk cairan
sperma suamiku yang masih di vaginaku ketika Andri mengocokku, tapi sepertinya
dia tidak peduli. Kembali kurasakan perbedaan sensasi dan kenikmatan dari Andri
dan suamiku, karena memang birahiku sudah tinggi, tak lama kemudian akupun
mendapatkan orgasme untuk kesekian kalinya dari Andri, tanpa dia mengalami
orgasme lalu Andri memasukkan kembali penisnya ke celananya.
“Aku
sudah memeriksa alat reproduksi suamimu, penisnya gede juga sih pasti kamu puas
dengan punya suamimu, Cuma karena agak membengkok ke kiri mungkin sedikit
berpengaruh pada semprotannya dan karena gede dan panjang aku perkirakan
berpengaruh pada rahimmu ketika dia mengocok dengan keras” katanya setelah
merapikan celananya.
Kamipun kembali ke ruang praktek, suamiku menunggu di sana,
setelah memberi obat penyubur dan obat lainnya kamipun berpamitan pulang ketika
jam sudah menunjukkan 10 malam.
Pengobatan kami berlanjut terus setiap Senin Kamis dengan cara
“therapy” yang sama, yaitu gantian antara suamiku dan Andri sambil dia
melakukan therapy yang sebenarnya pada kami dan suamiku.
Lebih dari setahun kami melakukan konsultasi dengan dokter Andri
ketika akhirnya kami memutuskan untuk beralih ke dokter lain karena tidak ada
tanda-tanda kehamilan.
Antara
kecewa dan bersukur karena kalau sampai hamil aku tentu bingung siapakah ayah
dari anakku, suamiku atau Andri. Meski begitu aku masih berhubungan dengan
Andri diluar praktek dia sebagai pelampiasan cinta yang terputus.
Itulah awal bagaimana aku akhirnya berpetualang dengan banyak
laki laki dan pada akhirnya suamiku juga terbawa petualanganku untuk melakukan
hubungan sex secara terbuka maupun beramai ramai. –




+ komentar + 1 komentar
Puji sukur saya panjatkan kepada allah swt dan banyak terima kasih saya ucapkan kepada NYI RAWIH karna untuk pertama kalinya kami menang togel 3D.modal usaha kami sebelumnya habis semua gara-gara togel,tapi atas bantuan angka jitu nyai saya akan buka usaha saya kembali.tapi sebenarnya kami juga hampir putus asa karna persyaratan dari yang membayar maharnya terlebih dahulu sebesar Rp 1 juta tapi kami berusaha pinjam kiri kanan untuk menyelesaikan persyaratan yang diminta sama beliau dan akhirnya Puji tuhan terimah kasih NYI RAWIH atas nomor yang NYI RAWIH kasih kesaya ini yang pertama saya dapat angka jitu dari NYI RAWIH dan tembus langsung 3D dan allhamdulillah saya dapat Rp 110 juta,bagi teman-teman yang punya masalah keuangan ingin menang melalui angka jitu NYI RAWIH silahkan hubungi NYI RAWIH di nomor,( 0853-7778-3434).sebenarnya kami sering main PARA NORMAL di internet,baru kali ini ada yang kasi nomor jitu yang tembus, yaitu NYI RAWIH,saya jamin 100% tembus karena kami sudah buktikan sendiri,silahkan teman-teman buktikan juga sendiri
Dan bukan cumah togel yg nyai bisa terawan tapi nyai juga menyelesaikan banyak masala seperti berikut
MASALAH ASMARA ATAU SELALU GAGAL DALAM PERCINTAAN
INGIN MEMPERLANCAR PEKERJAAN
CARI JODOH
KETAKNYA PERSAINGAN BISNIS
INGIN DIHARGAI ORANG ATAU MENJADI ORANG PENTING
INGIN SEWAH TUYUL
MENGADAKAN UANG ATAU UANG BALIK
INGING MENPERINDAH DIRI DNG SUSUK JRM EMAS BERLIAN
SILAKAN BERGABUNG DENGAN NYI RAWIH DI NMR 0853 7778 3434 TERIMA KASIH.
Post a Comment