Mitra
Bisnis
Saya baru saja selesai mandi dan keluar dari
kamar mandi dengan melilitkan sehelai handuk seperti biasanya. Karena kamar
mandi berada di dalam kamar utama, saya tidak terlalu menghiraukan penampilan
saya dari kamar mandi, bahkan biasanya keluar dari kamar mandi tanpa memakai
apa-apa.
Dan saya langsung
menuju meja rias untuk berias karena pagi ini saya akan menghadiri rapat
perusahaan untuk mengadakan kontrak kerja dengan mitra bisinis saya.
Saya sebagai salah
satu direktur dari perusahaan suami, saya harus hadir dan seharusnya suami pun
yang menjabat sebagai Direktur utama harus hadir, tapi karena suami baru pulang dari dinas di luar negeri
selama sebulan untuk mengadakan negosiasi dengan mitra bisinisnya yang di luar
negeri dan masih terlalu capai katanya dan memang kontrak akan ditanda tangani
oleh saya saja.
Ternyata dia sudah
bangun sementara saya sedang mandi tadi, dan sekarang masih di tempat tidur
sambil memainkan remote control tv untuk melihat berita hari ini.
Seperti biasanya,
didepan meja rias saya mulai berias.
Saya melepas handuk
yang melilit di badan saya dan mulai memberi body lotion ke seluruh badan.
Mulai dari kaki dan terus ke paha dan sampai selangkangan, terus ke atas.
Dibagian dada sedikit
agak lama memberikan lotion nya terutama dibagian payudara saya yang berukuran
36B ini. Sedikit saya tekan dengan kedua tangan saya. Saya sedikit merasa suatu
kenikmatan dan memang terlihat
dengan mulai mengeras nya puting saya. Mungkin memang sedang masa subur dan lagi sudah lama saya tidak berhubungan dengan suami karena di tinggal dinas. Dari kaca saya mengintip, sepertinya suami sedang memperhatikan saya berias. Suami memberi oleh-oleh untuk saya tadi malam begitu sampai. BH buatan salah satu product dari inggris yang lucu dan sexy.
BH yang hanya
menyanggah payudara dari bawah ini hampir tidak memiliki cup atau lebih dikenal
dengan sebutan quarter bra, sudah jelas puting saya tidak tertutup oleh BH nya
tapi tetap menjaga bentuk payudara.
Saya mulai memakai
stocking terlebih dahulu, yang hanya menutupi kaki saya sampai ke pangkal paha,
dan terus dilanjutkan dengan melilitkan garter ke pinggang saya dan tidak lupa
menjepit stocking saya ke tali garter. Karena suami sudah bangun saya
memanggilnya, “mas tolong dong ke sini ikatkan tali BH ini”.
Suami yang tidur
dengan mengenakan T shirt dan celana dalamnya saja bangun dari tempat tidur dan
menuju ke meja rias untuk membantu saya.
“mas bagus ini BH nya,
enak dipakai sepertinya…sexy lagi”.
Sambil tersenyum dia
membantu memasangkannya dari belakang. Sambil tetap menghadap kaca saya
menanyakannya
“pinter juga milihnya
mas, gimana pas tidak kelihatannya”.
Dari belakang saya,
suami mengulurkan tangannya dan memegang bagian depan BH yg dia berikan itu.
Sambil memeriksa bagian depan BH, dengan nakalnya tangannya menyentuh dan
menekan payudara saya yang tidak tertutup oleh BH ini.
Saya sedikit mendesah,
“ah….mas nakal nih
tangannya….”,
sambil tetap meremas
kedua payudara saya dia menjawab
“kenapa memangnya
tangan saya…”,
dia mulai menjepit ke
dua puting saya dengan jari telunjuk dan jari manisnya, sambil sedikit
menariknya dengan perlahan. “Enak ya rasanya…sudah lama kan tidak saya pijit”.
“Ah mas menggoda saja
orang mau kerja”. Kedua puting dengan cepatnya mengeras, terasa sakit bercampur
nikmat. “Ah….ah….enak sekali rasanya”,
saya segera ingin
berbalik menghadap dia rasanya, tapi dia menahannya, tangan kanan saya mulai
melilit kan ke tengkuk nya dari depan dan menngelus rambutnya yang berombak.
Sementara itu tangannya tetap meremas payudara saya. Oh begitu nikmatnya, saya
betul-betul terangsang. Sementara itu tangan kanannya mulai bergerak menuju
bawah dengan perlahan dan sampai ke bawah puser. Saya belum mengenakan celana
dalam.
Dia mulai mengelus
rambut bawah saya yang tidak banyak ini.
“Aduh kamu sudah
banjir sepertinya…..”, memang saya merasa bagian bawah saya sudah mulai lembab,
dan dia terus mengelus dengan lembutnya.
Mendadak saya merintih
agak keras “ah…ah…!!” ketika dia memainkan bibir bawah saya., tidak kuat lagi saya
berdiri tegak, dengan sedikit membungkuk, kedua tangan saya memegang pinggir
meja rias untuk bertahan.
Tangan kanannya
bergerak lebih jauh lagi.
Saya merasakan cairan kental dan licin keluar membasahi bibir bawah.
Saya merasakan cairan kental dan licin keluar membasahi bibir bawah.
Seperti terpeleset,
jari tengah tangan kanannya memasuki tubuh saya dan menggerak gerakannya di
dalam vagina saya
“ah…. ah… aduh mas…ah…
saya tidak tahan…..enak sekali…”.
Saya sudah tidak sabar
lagi, tangan kiri saya menuju belakang dan memegang pinggulnya dan menariknya
supaya lebih mendekat dengan saya, dan segera menyelinap ke dalam celana
dalamnya, saya mulai memegang penisnya yg sudah membesar dan keras itu, dan
dengan berirama saya gerakkan.
“ah…ah…” dia mulai
merintih kecil.
Sementara itu dia
menambah jari telunjuknya untuk masuk ke saya,
“gimana….enak…rasanya”
katanya. “Ah…mas enak sekali….terus gerakkan mas… jangan berhenti…satu lagi
mas…ah…!!” saya minta jari manisnya juga.
Saya mulai menarik
celana dalamya ke bawah, dan dengan bantuan tangan kirinya celana nya pun jatuh
ke bawah.
Saya membungkuk lebih
dalam lagi dan dia mulai merapatkan pinggulnya ke pantat saya, dan saya
merasakan penisnya yang hangat itu menempel di bibir bawah saya. Jari tangan
kanannya yang sudah basah dia keluarkan dari dalam saya dan kembali meremas
remas payudara kanan saya sambil memainkan puting saya. Semetara itu tangan
kirinya memegang pinggul saya untuk lebih mantap. Pinggulnya mulai dia gerakkan
berirama.
Saya hanya bisa lihat
dia dari kaca saja. Sesekali ujung penisnya menyentuh mulut vagina saya, seakan
mau memasukinya, dia sengaja tidak memasukkannya dulu.
Membuat saya gregetan
untuk bertahan, saya sudah terangsang sekali.
“Ayo mas…saya sudah
tidak tahan lagi…..ah..ah..!!” saya memintanya.
“Mau apa kamu….bilang dong…” dengan nada menggoda.
“Mau apa kamu….bilang dong…” dengan nada menggoda.
Saya pegang ujung
penisnya yang sedang menempel di mulut vagina,
“ini….mau
ini…cepat…ah..ah.. jangan buat penasaran….ah..!!” dan lebih membungkuk lagi
saya, posisi saya sudah siap untuk dimasukinya.
Pelahan-lahan dia
mulai memasukinya, dan saya merasakannya, sebuah benda yang hangat mulai masuk
ke dalam saya,
“ah…ah… ayo terus
mas….saya mau semuanya..ah”.
Dia hanya memasukkan
setengah saja, membuat saya tambah penasaran, pinggulnya mulai bergerak ke
depan dan belakang dengan berirama.
“ah…terus..terus mas…
saya mau semuanya…ah.. sampai mentok mas.. ah”.
“ah..emm..enak tidak,
mau semuanya ya..”, dia bertanya, belum sampai saya jawab dia mulai mendorong
penisnya jauh lebih ke dalam lagi, dan saya pun merintih dan merasakan sesuatu
yang enak sekali. Pinggul nya terus bergerak berirama, dan mulai menambah cepat
irama nya, tentu saja membuat saya tenggelam ke kenikmatan.
Tiba-tiba dia
melepaskan penisnya dari dalam saya, dan menegakkan saya sambil memutarkan
tubuh saya sehingga berhadapan dengan dia. Pinggang saya dia pegang dengan
kedua tangannya dan mengangkat badan saya dan dia dudukan di meja rias,
kemudian dia membentangkan kedua kaki saya. Dia kemudian mulai merapat dan
memasukkan kembali penisnya ke dalam saya,
“ah…ah…” saya pun
merintih lebih keras karena nikmatnya. Dan dia mulai menggerakkan pinggulnya lagi.
Kedua tangannya meremas-remas payudara saya dan juga memainkan puting saya
dengan menjepit dengan jari telunjuk dan tengahnya.
Dia mulai mencium
saya, dan saya langsung menyambutnya dengan membuka mulut saya sedikit, dan
lidah dia mulai memasuki mulut saya dan saya sambut dengan lidah saya.
Kedua lidah saling
bercengkrama dan membuat lebih nikmat.
Irama gerakan pinggulnya semangkin cepat, dan saya tahu dia mulai mendekati klimaks.
Irama gerakan pinggulnya semangkin cepat, dan saya tahu dia mulai mendekati klimaks.
“Tunggu mas, saya mau
sama-sama mas…ah..!!”, saya ingin mencapai klimaks bersama-sama, dan saya lebih
konsentrasi lagi sambil menjepit penis nya.
“Ah…mas.. ayo mas..
saya sudah mau keluar mas…ah..sama-sama…mas..!!”.
Dan seperti pistol
meledak, dari penisnya keluar cairan panas yang terasa begitu panas dan kencang
dalam tubuh saya, dan saya pun beberapa detik kemudian mencapai klimaks.
Irama gerakan
pinggulnya mulai menurun perlahan-lahan , dan saya memeluk kepalanya dan saya
ciumi kuping kirinya sambil berbisik “ah…nikmat sekali mas…sudah lama kita
tidak begini”, dan pinggulnya sudah berhenti bergerak, tapi penisnya masih
tetap di dalam saya, dan dia mengecup bibir saya dengan mesranya. “Ah…”, dia
merintih sedikit karena penisnya yg masih didalam saya jepit.
Dia mulai mengeluarkan
penisnya dari dalam saya, dan saya masih dalam posisi duduk di meja rias, saya
merasakan cairan kental putih keluar dari dalam saya membasahi meja rias.
“Mitra kita akan
tertarik dengan kecantikan kamu nanti”, katanya dengan penuh arti.
Di luar mobil sudah
menunggu saya, saya keluar dari rumah dan pamit.
Saya memakai onepice
merah panjang, potongan di dada sedikit rendah sehingga kelihatan sedikit
belahan dada saya dan sedikit menonjol kedua puting saya dari balik gaun merah
ini, BH saya hanya menyangga buah dada saya dan puting saya tidak tertutup oleh
BH sehingga sepintas seperti tidak memakainya.
Supir saya membukakan
pintu belakang dan saya masuk, sebelum pintu di tutup saya menarik bagian rok
saya yg masih sedikit menempel di bagian pintu karena kancing bagian rok saya
yg ada di depan sengaja saya buka sampai pertengahan paha, supaya lebih mudah
bergerak dan sedikit terlihat sexy dengan belahan di depan.
Supir sepertinya
sedikit melirik ke paha saya ketika itu, tapi seperti sudah biasa dia terus
menutup pintu.
“Jon tolong mampir ke
hotel Hyatt dulu untuk jemput tamu, dan baru kita ke kantor”.
Di lobby hotel tamu
saya sudah menunggu, dia bersama wakilnya.
“Wah maaf pak Robert
agak telat sedikit, tadi jalanan sedikit macet”.
Saya berbohong,
padahal jalan tidak macet, tentu saya tidak bisa bilang bahwa saya telat karena
menikmati sex di pagi hari.
Bapak Robert ini
sepertinya masih muda dan tampan, badannya tegap dan tinggi. Masih muda sudah
menjadi president suatu perusahaan yang lumayan besar.
Di mobil saya duduk di
sebelah kanan, kemudian pak Robert di tengah dan wakilnya di kanan. Sambil
sedikit memiringkan badan masing-masing kami berbincang-bincang tentang kota
Jakarta. Sambil berbincang-bincang,
sesekali-kali dia mencuri pemandangan dengan melirik ke bagian dada saya yang belahan bajunya sedikit rendah ini. Saya tahu itu, tapi saya berpura-pura seperti tidak sadar dan juga saya tahu bahwa yang dia lihat adalah bagian yang menonjol dari balik baju saya di sekitar buah dada saya.
sesekali-kali dia mencuri pemandangan dengan melirik ke bagian dada saya yang belahan bajunya sedikit rendah ini. Saya tahu itu, tapi saya berpura-pura seperti tidak sadar dan juga saya tahu bahwa yang dia lihat adalah bagian yang menonjol dari balik baju saya di sekitar buah dada saya.
“Pak Robert sudah umur
berapa putranya?”
saya sengaja
menanyakanya untuk memastikan sudah berkeluarga atau belum. Dia tersenyum dan
“Saya belum
berkeluarga bu”, sambil tersenyum.
“Kalau begitu bisa
lebih santai dulu dong di Jakarta setelah kerjaan selesai” dengan nada
memancing saya bertanya.
Tidak lama kemudian
kami sudah sampai di kantor. Mobil berhenti dan supir membukakan pintu sebelah
kiri. Wakil pak Robert turun dahulu dan kemudian dia, sambil bergeser saya juga
menunggu untuk keluar, dan ketika saya memutarkan badan untuk mengambil tas
saya yang ada di belakang kursi, belahan rok saya terbuka sampai pangkal
belahan, tapi saya tidak sempat membenarkannya dan langsung ke luar. Di depan
pintu pak Robert sudah menunggu saya untuk turun, dan dia pasti telah melihat
pangkal paha saya dan bahkan mungkin telah lihat celana dalam saya yang hitam
dan agak transparant itu.
Pintu lift di loby
terbuka dan saya persilahkan Tamu saya masuk dahulu dan kemudian saya. Kantor
saya ada di tingkat 30, di dalam lift tidak terlalu penuh, tapi di tingkat 3
banyak yang masuk sehingga kami mundur ke belakang. Karena penuhnya, saya
terdorong sampai menyentuh pak Robert, “maaf pak Robert” saya minta maaf
kepadanya.
Dalam lift saya
merasakan tangan pak Robert yang menempel ke pantat saya, merasa tidak sopan,
dia mengeser tangannya agar tidak menyentuh, tapi rupanya justru membuat
posisinya semakin tidak enak. Bagian depannya langsung menempel ke bagian
belakang saya. Saya merasa ada sesuatu yang keras menyentuh bagian belakang
saya, penisnya mengeras rupanya. Belum sampai lebih jauh merasakannya lift
terbuka dan kami harus keluar. Ruang rapat sudah siap dan saya persilahkan
masuk, dan beberapa menit kemudian rapat dimulai. Ada dua hal kontrak yang kami
bicarakan dan pada awal rencana kami akan menanda tangani kedua kontrak kerja,
tapi setelah satu jam rapat berjalan ada satu hal yang harus dikonfirmasikan
dan pak Robert minta ditunda sehari, akhirnya kami menandatangani satu kontrak
kerja saja.
Untuk menjamu tamu,
saya membuat appoitment untuk diner malam ini di hotel pak Robert jam 20 malam.
Pak Robert dengan diantar oleh mobil saya kembali ke hotel.
Sore jam 16 saya
bersiap-siap untuk pulang kerumah karena nanti malam ada diner dengan pak
Robert. Ketika sampai di rumah ternyata ada pesan dari suami bahwa dia harus
keluar kota dan baru kembali besok pagi.
Saya langsung menuju
meja rias dan membuka baju untuk mandi. Setelah buka baju, saya duduk dahulu di
kursi meja rias sambil membuka BH saya, dan sedikit istirahat dulu.
Baca cerita sex
terbaru lainya di
Saya merasakan
kelembaban di celana dalam saya, dan merabanya dari atas celana, ternyata
basah, naluri sex saya sedang tinggi. Dari selangkangan kaki, celana dalam saya
geser sehingga tangan saya dapat menyentuh bibir bawah yang sudah basah ini,
dengan halus saya mengelus-ngelusnya sambil membayangkan tadi pagi, tapi
tiba-tiba imajinasi saya berubah seakan akan pak Robert yang muda dan ganteng
itu sedang mencium dan menjilat vagina saya.
Cairan yang hangat dan
licin semangkin membasahi, dengan tidak sadar jari telunjuk saya sudah masuk ke
dalam vagina dan terus saya gerakkan keluar masuk dari vagina saya,
“ah..ah..a.h..” saya mulai merintih dengan nikmatnya. Seperti kurang puas
dengan jari, saya membuka laci meja rias dan mengeluarkan mainan saya.
Mainan ini berbentuk
penis ukuran orang eropa dan bisa bergerak-gerak dengan memakai baterai.
Mula-mula ujungnya saya tempel di ujung mulut vagina saya, “ah..ah!!”, denyut
jantung mulai cepat dan saya mulai memasukkan nya perlahan-lahan sambil
berimajinasi yang masuk itu penis pak Robert. Saya masukkan sampai habis, bukan
main rasanya, seperti benar-benar melakukan sex, mainan ini bergerak terus di
dalam badan saya. Saya mulai menggerakkan mainan perlahan dengan men keluar
masukan ke vagina dengan berirama, seperti orang laki-laki sedang memasukan
punyanya ke vagina wanita.
“ah…ah!!…ah ah ah..”,
irama gerakkan mulai cepat dan cepat, saya pun mulai tidak sadarkan diri,
sementara tangan kanan menggerakkan mainan, tangan kiri saya mulai meremas
payudara kanan saya dan sambil memainkan puting yg sudah dari tadi mengeras.
Selama lima menit,
terus saya mainkan mainan ini dan irama tangan pun semangkin cepat, dan saya
sudah mendekati kelimax. “ah..ah… keluar!!..ah..ah”, tanpa saya atur pinggul
saya bergerak menyentak dan mainan yg didalam saya jepit….
Cairan kental bening
keluar banyak dari celah vagina yg masih dimasuki oleh mainan ini.
Kepala dan tangan,
saya rebahkan di meja rias, sementara mainan penis ini masih bergerak di dalam
vagina saya. Kurang lebih tiga menit kemudian saya mulai menarik maian yang
masih bergerak dalam vagina saya, mainan sudah jelas basah dan licin oleh
cairan saya.
Mainan saya bersihkan
dengan tisue dan saya simpan kembali di laci, dan saya baru melepas celana
dalam yg sudah basah ini dan melepas gartar, kedua stocking saya, dan menuju
kamar mandi.
Saya pilih gaun biru
gelap untuk diner malam ini. Setelah memakai minyak wangi ke seluruh badan,
saya mulai mengenakan stocking hitam dari kaki kiri dan terus saya tarik sampai
setengah paha dan diteruskan dengan yang kanan. Saya lebih senang stocking
model seperti ini dari pada panty socking, lebih praktis apabila ingin ke kamar
kecil. Gartarpun saya pilih yang hitam, dan saya jepit tali gartar ke ujung
stocking yang ada di pertengahan paha. Saya pilih celana dalam hitam yang
berbentuk sangat minim yang hanya pas-pasan menutupi bagian depannya, sedangkan
bagian belakang hampir seperti tidak memakai celana dalam, hanya berupa garis
yang menutupi belahan bagian belakang, sehingga dari luar baju tidak akan terlihat
garis celana dalam.
Gaun malam saya bagian
bawahnya panjang sampai ke mata kaki dengan dua belahan di samping sampai dua
puluh centimeter dari atas lutut. Bagian punggung terbuka, dan bagian depan
gaun dari dada terus ke atas dan bersimpul di kuduk kepala, tentu tidak
berlengan dan belahan dada nya sampai setinggi bawah payudara, gaun hanya pas
menutupi bagian payudara saja.
Gaun seperti ini tidak
bisa memakai BH yg umumnya, biasanya hanya berupa cup saja.
Tapi saya kurang enak
memakai BH yg hanya cup saja. Malam ini payudara saya langsung di tutup oleh
gaun saja, tidak memakai BH.
Setelah merapih kan
gaun dengan melihat dari kaca setinggi badan kemudian saya memilih sepatu untuk
malam ini. Saya pilih warna hitam bludru dan dengan hak yang tinggi.
Supaya tidak kelihatan
sepi bagian atasnya, saya pakai anting berbentuk bulat seperti gelang yang
tipis dan bross bentuk daun di dada kiri. Lipstik saya pilih warna merah ross
dan di tambah dengan lips gloss agar lebih kelihatan mengkilat dan tidak
kering.
Jam sudah menunjukkan
pukul 19:00, saya harus berangkat sekarang.
Malam ini saya bawa
mobil sendiri, supir sudah saya suruh pulang karena besok pagi dia harus jemput
suami pulang.
Mobil sudah di siapkan
dari dalam garasi, mobil ini hadiah dari suami yg bisa di hitung oleh jari di
Jakarta ini. Mobil sport warna merah buatan Italy, jarang saya pakai kalau
siang karena menyolok.
Jalanan tidak terlalu
padat, dan sekitar setengah jam sudah sampai di hotel.
Dari lobi hotel saya
menelpon ke kamar pak Robert,
“pak Robert saya
tunggu di lobi ya”.
Pak Robert minta waktu
sebentar untuk turun, kira-kira sepuluh menit kemudian dia turun dan menemui
saya.
“Wah maaf bu menunggu
agak lama”, sambil memandang saya dengan mata seorang laki-laki muda yang penuh
arti.
“Maaf pak Robert, bapak tidak bisa hadir malam ini karena dia ada urusan penting ke luar kota, salam saja darinya semoga bisnis kita bisa jalan dengan lancar”.
“Oh tidak apa, tapi kasihan juga ya ibu sering di tinggal suami, apa
tidak kesepian?”.
“Maaf pak Robert, bapak tidak bisa hadir malam ini karena dia ada urusan penting ke luar kota, salam saja darinya semoga bisnis kita bisa jalan dengan lancar”.
“Oh tidak apa, tapi kasihan juga ya ibu sering di tinggal suami, apa
tidak kesepian?”.
Saya balas dengan
senyuman. Kami pilih restoran jepang Teppanyaki. Dengan kursi yang mengelilingi
meja penggorengan yang lebar, kami duduk di bagian tengah, dan memang hanya
kami berdua di situ karena sudah di reserve. Tidak lama koki yg akan meladeni
kita datang dan kami memilih menu nya. Sementara kami menunggu makanan sampai
jadi dan melihat atraksi si koki yang sangat khas ini, kami berbincang bincang,
dari cerita ringan sampai mulai cerita soal bisnis. Tidak lama kemudian masakan
siap dan kita mulai makan sambil meneruskan perbincangan kami.
“Wah saya kurang mahir
memakai sumpit”, dan memang pak Robert kelihatannya kurang mahir untuk
mengambil makanannya. “Cara memegangnya begini pak, jadinya tidak jatuh dan
tidak capai tangannya”,
sambil membetulkan jarinya
memegang sumpit. Sepertinya agak lumayan sekarang tapi dia senang rupanya
sekarang, tapi di bagian akhir dia berusaha mau mengambil udang yang sudah
matang itu, dan berkali-kali jatuh karena licin. Karena kasihan, saya bantu
ambilkan dengan sumpit saya dan suapkan ke mulutnya, mukanya sedikit merah
karena malu sepertinya, saya tersenyum.
Setelah selesai makan,
pak Robert saya ajak ke pub yg ada di hotel ini,
“bagaimana kalau kita
pindah tempat ke pub di atas untuk berbincang-bincang”.
“Boleh bu”, dia menurut
saja. Hari ini sepertinya agak ramai, dan banyak tamu orang barat, sehingga
kami tidak dapat meja, terpaksa kami duduk di bar nya.
“Ibu mau minum apa?”, sambil menunjukan menu ke saya.
“Terserah pak Robert deh, kan anda lebih tahu yg enak”, dan akhirnya dia pesan cocktail dengan campuran dasar gin.
Agak keras, tapi enak
rasanya. Sementara kami berbincang bincang, suasana semangkin ramai, musik
berirama cepat terus mengalir dan yg turun untuk berdansa di dance floor
semakin ramai, begitu asiknya berbincang-bincang saya tidak ingat sudah berapa
gelas saya tambah minum, yang jelas lumayan banyak, soalnya mulai terasa
alkohol naik ke
kepala. Mendadak musik berhenti dan disusul dengan alunan musik yg slow, yang berdansa pun sedikit berkurang, pembicaraan kami pun terputus sejenak.
kepala. Mendadak musik berhenti dan disusul dengan alunan musik yg slow, yang berdansa pun sedikit berkurang, pembicaraan kami pun terputus sejenak.
“Pak Robert mau
turun?”, sebelum dia sempat menjawab, saya sudah tarik tangannya.
Awalnya kami berdansa
dengan sedikit mengambil jarak, tangan kanan saya memegang tangan kirinya, dan
tangan kiri saya melilitkan ke pinggang dia, begitu juga dia.
Sambil iringan musik
yg slow terus mengumandang, kami meneruskan pembicaraan.
Ketika kami mulai
berhenti berbicara, saya mencoba mendekatkan badan ke dia, dan rupanya dia
menyesuaikan diri juga. Dengan perlahan tangan kanan saya lepaskan dari
tangannya begitu juga tangan kiri saya lepas dari pinggangnya dan melingkarkan
kedua tangan saya ke belakang pinggangnya, dan dia pun mengikutinya, tapi dia
melingkarkan tangannya agak ke atas, sehingga terasa sentuhan tangannya yang
hangat itu ke bagian punggung saya yang terbuka itu. Suasana semakin romantis,
dan kami makin merapat.
Saya merasakan denyut
jantungnya yang semakin cepat, saya pun sama, apalagi payudara saya yang tanpa
BH itu menempel dengan rapatnya ke dadanya, puting saya terasa mengeras yang
hanya ditutupi sehelai kain sutra yang tipis, dia pun pasti merasakannya. Dia
pun bereaksi, terutama ketika saya menekankan bagian bawah saya ke dia,
penisnya mengeras dan
terasa agak besar miliknya. Kepala saya rebahkan ke dadanya, dan kini sementara tangan kanannya tetap diam pada posisi semula, di punggung bawah sekitar pinggang, tangan kirinya mulai naik perlahan lahan ke atas dan berhenti di pertengahan punggung, terus bergeser kekanan hingga ujung salah satu jarinya menjentuh bagian payudara saya yang sedikit tidak tertutup dari celah samping belakang gaun saya.
terasa agak besar miliknya. Kepala saya rebahkan ke dadanya, dan kini sementara tangan kanannya tetap diam pada posisi semula, di punggung bawah sekitar pinggang, tangan kirinya mulai naik perlahan lahan ke atas dan berhenti di pertengahan punggung, terus bergeser kekanan hingga ujung salah satu jarinya menjentuh bagian payudara saya yang sedikit tidak tertutup dari celah samping belakang gaun saya.
Saya sedikit mendesah
sambil menutup mata, tapi sepertinya dia tidak dengar.
Sampai beberapa saat
terus kami dalam posisi begini, dan tidak ada satu kata pun yang keluar dari
kami.
Musik berhenti,
rupanya waktu istirahat untuk pemain band, dan kami pun kembali ke bar tempat
semula kami duduk. Waktu telah menunjukkan pukul 23:30.
Saya kembali berbicara
mengenai bisinis, “Saya rasa tidak ada yang kurang lagi dengan kontrak kerja
kita yang kedua itu dan percayalah sama saya”, dengan nada meyakini nya.
“Coba kita lihat lagi
sama-sama kontraknya, mungkin ada yg saya bisa bantu lebih jelas”, sekali lagi
saya meyakinkannya. “Kalau begitu saya ambil dulu surat kontraknya dan kita
ketemu di loby”, ucapnya. “Kalau pak Robert tidak keberatan kita langsung saja
ke kamar bapak dan kita bahas di sana”. “Boleh, kalau ibu mau silahkan”.
Selama perjalanan kami
tidak ada pembicaraan. Kamar dibuka dan kami masuk, di dalam keadaannya rapih
dan luas dan memang ini sweet room.
Dia menuju tempat
tidur dan duduk di tepi tempat tidur sambil mengambil tas kerjanya untuk
mengambil dokument, sementara itu saya mengikutinya dari belakang, dan
menyalakan radio yang ada di dekat tempat tidurnya, alunan musik yang lembut memenuhi
ruangan, dan saya kemudian duduk di sampingnya. Karena tempat tidur agak rendah
posisinya, belahan samping baju saya terbuka lebar, tapi saya biarkan saja.
Sambil membuka buka
dokument, sebentar sebentar dia mencuri pemandangan paha saya yang kelihatan
dari belahan gaun. Saya berusaha menerangkan satu persatu pasal-pasal yang dia
anggap ragu, tapi sepertinya dia sudah tidak terlalu konsentrasi lagi.
Tidak lama setelah
saya menjelaskan semuanya tiba-tiba dia mengambil ballpoint dari tas nya dan,
“Saya tandatangan malam ini saja deh” sambil tersenyum, “pokoknya saya percaya
deh dengan perusahaan ibu”, dan dia pun menandatanganinya. Saya balas dengan
berjabat tangan.
“Ibu mau minum apa?,
wah hanya ada beer dan wisky saja tapi”, dengan nada kecewa.
“Kalau begitu saya
minta scotch saja deh”. Dia mengangguk dan menyiapkan dua gelas dan
mengeluarkan es dari kulkas. Sementara itu saya minta izin mau ke kamar kecil.
Di dalam kamar kecil
yang jadi satu dengan kamar mandi dan dengan kaca yang besar saya merapihkan
baju dan merapihkan rambut dan menambah lipstik lagi yang mulai pudar.
Ketika selesai saya
merasa tidak enak di celana dalam saya, dan ketika saya mau membenarkan, bagian
depannya saya pegang, ternyata basah. Mungkin tadi waktu kami dansa dan saya
terangsang sampai basah. Saya bingung, bagaimana ya, dipakai terus tidak enak
rasanya. Akhirnya saya putuskan untuk melepaskannya dan saya masukkan ke dalam
tas kecil saya.
Begitu saya keluar,
pak Robert baru selesai membuatkan scotch untuk berdua. Saya ambil gelas yang
satu dari tangan dia dan terus berjalan menuju jendela sambil melihat
pemandangan diluar, sudah pukul 0:30, jalanan sudah tidak banyak mobil,
sementara itu dia duduk di ujung tempat tidur sambil memandang saya dari
belakang.
Saya baru sadar di depan
saya ada lampu dinding yg agak terang, rupanya dia lihat bayangan badan saya
yang samar-samar kelihatan dari balik gaun. Tapi saya diam saja tanpa reaksi
terus memperhatikan jendela.
Tidak lama dia melepas
jasnya dan berdiri menghampiri saya, tapi di tengah tengah dia berhenti dan
dengan suara agak ragu dia bertanya kepada saya, “Mau kah ibu dansa lagi dengan
saya di sini?”.
“Emm, enak juga ya
mungkin, lagunya juga enak dan tenang lagi ya, boleh”, saya membalasnya sambil
mendekatinya. Minuman saya letakkan dan langsung kami berdansa.
Kali ini kami langsung
merapat dan saling merangkul pinggang pasangan masing-masing.
Semakin lama suasana
semangkin romantis, kepala saya sudah merebahkan ke dadanya, dan bagian bawah
mulai saya tekan ke dia, reaksi sudah kelihatan, punyanya mengeras.
Puting saya sudah
dahulu mengeras dan sangat kencang terasa. Seperti ingin lebih merasakannya,
kedua tangannya mulai turun ke bawah dan memegang bagian pantat saya dan
mendorongkannya ke badan dia sehingga lebih terasa bentuk penisnya yang menekan
bagian bawah saya. Tangannya mulai mengelus ngelus pantat saya dari luar gaun
saya sambil terkadang meremasnya, saya tidak menunjukkan reaksi apa-apa,
berarti ada lampu hijau dari saya, dia terus melakukannya berkali kali, dan
saya tetap diam sambil merasakan kenikmatan.
Tidak lama kemudian
kedua tangannya bergeser ke bagian pangkal belahan gaun di pertengahan kedua
paha saya, dan dengan cepatnya kedua tangannya menyelinap ke dalam belahan gaun
dan mencoba memegang pantat saya dari dalam. Dia mulai meraba-raba pantat saya
seakan mencari sesuatu. Sepertinya dia mencari celana dalam saya, padahal saya
sudah tidak pakai lagi. Begitu dia sadar bahwa saya tidak memakai celana dalam,
wajahnya sedikit kaget, tapi hanya sejenak, bahkan dia lebih berani lagi dengan
menggerakkan tangan kanannya kebagian depan saya, mengelus rambut bawah dan
jari telunjuk dan tengahnya turun lebih bawah lagi tepat di bagian belahan
depan. Dengan kedua jarinya dia membuka bibir bawah dan menjepit kacang saya.
Dia tahu saya sudah
banjir. Ketika dia sekali lagi memainkan bagian kacang, mendadak kepala saya
bangkit dari dada nya dan menghadap mukanya dengan jarak yg sangat dekat dan
keluar suara rintihan saya sambil menutupkan mata, “ah…”.
Belum sempat saya
menutup mulut, bibirnya langsung mendarat di bibir saya dan menciumnya. Saya
sengaja bukakan mulut saya agar dia lebih dalam mengecup saya.
Lidahnya mulai
memasuki bibir dan terus masuk ke mulut, Saya pun bereaksi dengan mengulurkan
lidah saya, lidah dan lidah saling menyaut dan menghisapnya. Sampai beberapa
saat kami saling bercumbu. Seakan sudah diberi lampu hijau dari saya, dia
bertambah agresif. Tangan kanannya kembali melingkar ke belakang saya dan
bersama tangan kirinya kembali meremas remas pantat saya sambil terkadang
mendorongnya ke depan sehingga menekan bagian depannya, sementara kami tetap
saling bercumbu.
Tangan yang sejak tadi
melingkar di pinggang pak Robert mulai saya lepas dan tangan kiri saya gerakkan
menuju depan celananya, dan meraba raba seperti mencari sesuatu.
Sampai juga yang saya
cari, resleting celananya saya tarik kebawah perlahan lahan, kemudian tangan
segera menyelinap ke dalam celananya, dan terus menuju kedalam celana dalamnya.
Penisnya sudah tegap dari tadi, ukurannya cukup besar, segera saya genggam dan
tangan saya gerakan ke atas dan ke bawah perlahan lahan secara berirama.
Seperti ada reaksi
dari tangan saya, dia sedikit menggigit bibir saya, dia mulai terangsang
rupanya, sementara tangan kiri saya tetap bergerak berirama menggenggam
penisnya.
Tidak lama kemudian
dari ujung penisnya membasah, terasa dari jari telunjuk saya yg mengusap ujung
penisnya, terasa licin dan lengket.
Bibirnya mulai
bergeser dari bibir saya menuju pipi dan terus ke daun kuping saya.
Seperti mengemut
permen, daun kuping sekitar anting kanan saya di kulumnya dengan lembut dan
suara nafasnya yang memuncak sangat jelas terdengar di kuping saya. Tidak lama
kemudian bibirnya pindah mengecup leher sebelah samping di dekat kuduk saya dan
terkadang mengecup sambil menyedotnya. “ah..ah..”, saya berdesah lagi. Ketika
asyik mengecup leher saya, dia melihat simpul baju ysng persis di kuduk saya,
segera kedua tangannya yang berada di pantat saya naik keatas menuju simpul itu
dan dia mulai membuka nya, dengan mudah simpul terlepas dan gaun bagian depan
dengan sendirinya lepas dan jatuh ke bawah. Buah dada yang sebelumnya tertutup
gaun, sekarang terlihat jelas keduanya dan puting yang sudah mengeras dari tadi
jelas terlihat.
Sedikit membungkuk,
bibirnya menuju buah dada saya yang kanan dan mengecup putingnya. “ah…ah…”,
saya benar benar terangsang. Tangan kirinya kembali meremas pantat saya dan
yang kanan menuju buah dada yang kiri dan meremas dengan lembutnya.
Dia memaikan puting
kiri dengan bibirnya, menghisap, mengecup, mengkulum dan terkadang menggigit
dengan ringan. Saya tidak bisa menjelaskan nikmatnya dengan kata-kata.
Lidahnya pun terkadang
keluar untuk menjilat puting dan sekitarnya yang berwarna kemerah mudaan. Jari
telunjuk dan tengah tangan kananya memainkan puting kiri saya dengan
menjepitnya. Seperti tidak ingin dihalangi apa-apa, tangan kanannya yg berada
di pantat saya segera menarik ke bawah gaun saya yang sudah setengah terbuka
itu, langsung saja seluruhnya jatuh ke lantai. Tinggal gartar dan stocking yang
melekat pada badan saya.
Saya berlutut di
depannya dan memberi kesempatan untuk membuka dasi dan kemejanya.
Sementara itu saya
mulai membukakan celananya, dengan segeranya jatuh ke bawah, dan terus menurunkan
celana dalamnya. Sekarang saya dapat melihat
jelas penisnya.
jelas penisnya.
Saya mendekat dan
dengan telapak kanan, kantong di bawah penis saya elus dengan halus,
“oh..oh..”, dia terangsang rupanya. Ujung penis saya kecup beberapa kali dan
dengan ujung lidah saya jilat belahan yang ada pada ujung penisnya.
Memang benar,
cairannya mulai keluar sedikit dari ujung penis, terasa asin.
Pinggulnya saya pegang dengan kedua tangannya agar lebih mantap melakukan oral.
Pinggulnya saya pegang dengan kedua tangannya agar lebih mantap melakukan oral.
Kepala penis saya
masukkan ke mulut dan berkali kali saya kulum dan di hisap. Setiap kali saya
hisap dia merintih. Sudah dari tadi dia melepaskan kemejanya, dan sudah tidak
ada satu kainpun yang melekat di badannya.
Setelah puas memainkan
kepala penisnya di dalam mulut, saya mulai lebih memasukkan penisnya kedalam
mulut perlahan lahan sampai ke pangkal penis, masuk semua ke dalam mulut saya.
Saya berhenti sejenak untuk menikmatinya dan sementara itu kedua tangannya
membelai belai rambut saya. Saya mulai mengerakan mulut saya dengan
mengeluarkan dan memasukan penis nya dari mulut saya dan sekali sekali saya
hisap ujungnya. Seakan sedang makan es mambo dengan nikmatnya, terus saya
gerakkan berirama.
“ah…ah..nikmat
sekali…ah…”, dia merintih. Sesekali-kali saya melirik ke atas melihat wajahnya
yang sudah hanyut di kenikmatan, saya pun sudah terangsang dan benar benar lupa
segalanya.
Sepertinya sudah lama
dia tidak melakukan sex, tapi saya tahu dia pengalaman.
Cukup lama saya
melakukan oral, dan dia bertahan rupanya, tapi tidak lama kemudian kakinya
mulai gemetar, tidak kuat berdiri lagi rupanya.
Dia menarik saya untuk
berdiri, dan setelah itu dia mendorong saya sedikit ke belakang dan mendudukkan
saya di tepi tempat tidur.
Sekarang dia gantian
berlutut, saya sudah tahu apa yang akan dia lakukan, tanpa diminta saya membuka
kaki lebar-lebar sehingga selangkangan terlihat jelas.
Kepalanya mulai
mendekati selangkangan saya dan terus memendamkan kepalanya tepat di daerah
bibir bawah, lidahnya berusaha membuka belahan saya dan terus menjilat kacang
saya berkali kali, “ah..ah..ah!!” saya merintih agak keras. Dengan bibirnya dia
mengecup dan mengkulum kacang saya beberapa saat. Dari situ dia mula menjilat
mulut vagina dan mengecupnya. dia menghisap cairan yang sudah dari tadi
membasahi vagina saya dan menelannya seakan meminum air, cairan dari dalam
vagina semakin banyak keluar, tanda sudah siap untuk tahap selanjutnya.
Lidahnya menjulur
memasuki mulut vagina dan terus kedalam, “ah..ah!!..” saya merintih tidak tahan
dan meremas-remas kepalanya. Seakan ada suatu mahluk hidup yang masuk ke dalam
vagina dan bergerak-gerak. Dia memang sedang memainkan lidahnya di dalam vagina
saya.
Saya tidak kuat lagi
bertahan untuk duduk, akhirnya saya merebahkan diri, sementara itu dia masih
terus memainkan vagina saya dengan lidahnya, saya merintih berkali kali.
Akhirnya kepalanya
menjauh dari selangkangan, berdiri dan naik ke tempat tidur untuk bergerak
lebih jauh lagi.
Kami sudah berada
diatas tempat tidur, dia mulai menghampiri saya yang sudah terlentang dari
tadi.
Dia mengambil posisi
di atas saya dan dengan halusnya mengecup dan kami saling bercumbu, mengkulum
lidah saya di dalam mulutnya, saling bertukar air liur seakan menikmati suatu
masakan. Bibirnya bergerak keleher dan terus mengecup, saya merintih tidak
henti hentinya dan dia menikmati rintihan saya. Bibirnya terus mengecup kebawah
sampai ke pangkal belahan buah dada saya, dan kedua tangannya terus meremas dan
memainkan buah dada saya, sesekali menjilat puting.
Sementara sedang
menciumi kedua buah dada saya, salah satu tangannya menyelinap ke bawah bantal
dan seperti mengambil sesuatu. Saya tidak begitu sadar saking nikmatnya
suasana. Bibirnya kembali bergeser ke atas dan menciumi belakang daun kuping
saya.
Sementara itu salah
satu tangannya yang sedang menggenggam sesuatu dia turunkan ke bawah, tidak
lama kemudian saya ada kesempatan melihat ke bawah badan saya.
Dia sedang menyobek
plastik kecil, dia sedang membuka kondom, dan sedang menyiapkan diri untuk
dipakai. Tangannya yang memegang kondom saya tangkap dengan tangan saya.
Bibir saya segera
menuju daun kupingnya dan saya kecup beberapa kali dan kemudian sambil sedikit
merintih berbisik kedia,
“tidak usah pakai
itu…..tidak apa-apa….masukkan saja….ah..ah..”. Dia membatalkan untuk memakai
kondom.
Penisnya sudah berada
di ujung vagina, dan mulai memasukkan kepala penisnya, dan saya merintih keras.
Kepala penis digerak-gerakan, membuat saya kehilangan kontrol.
“masukan semua….ah…”,
saya meminta. “keluarkan di dalam saja”, sekali lagi saya meminta. Saya ingin
dia menyelesaikan klimaxnya didalam, ingin merasakan cairan panas kental itu
masuk ke dalam tubuh.
Seperti sudah mendapat
izin, dia terus menekan penisnya mendorong ke dalam vagina.
Saya merasakan
penisnya yang besar itu terus masuk lebih dalam. Dia masukkan semua sepertinya,
saya merasa ujung penisnya mencapai bagian paling dalam vagina saya.
Tentu saya merintih
rintih tanpa henti dan memeluk badannya untuk bertahan.
Dia mulai menggerakkan
pingulnya dan terasa penisnya bergerak keluar masuk vagina saya. Suara seperti
orang jalan di tempat becek terdengar, bunyi dari gesekan penisnya dengan ujung
vagina yang banjir.
Sambil bercumbu,
gerakkannya semakin cepat. Pinggul saya pun ikut menyesuaikan gerakkannya.
Terus menerus saya merintih. Sesekali dia menjilat dan menghisap puting saya
yang berdiri menantang dan keras itu.
Mendadak dia memeluk
badan saya agak kuat, dan kami merubah posisi dengan memutar badan kami. Dia
terlentang dan saya berada diatas nya. Seperti menunggang kuda, saya duduk di
atasnya dan penisnya tetap berada didalam saya. Sekarang saya yang mulai
menggerakkan pinggul, dia kelihatan menikmatinya, terlihat dari wajahnya.
Sementara pinggul saya bergerak semakin cepat. Saya pun merintih karena
nikmatnya. Saya paling senang posisi begini. Terasa penisnya masuk lebih dalam
dan memang saya merasakan ujung penisnya berada di bagian paling dalam vagina.
Sesekali saya jepit penisnya yang sedang berada di dalam.
Beberapa menit
kemudian dia merintih agak keras,
“ah!!..saya tidak
tahan…ah!”.
Saya pun sudah
mendekat klimax, “keluarkan di dalam…ah!!… cepat sekarang!”.
Cairan panas terasa
keluar di dalam saya, dan saya pun sampai puncaknya.
Kami benar-benar menikmatinya sampai akhir.
Saya mulai merebahkan diri ke badannya, detak jantung kami terasa masih kencang, dan penisnya masih di dalam saya.
Dia mencium bibir saya yang masih benafas dengan kencang, sayapun menjawabnya dengan mengecup bibirnya.
Kami benar-benar menikmatinya sampai akhir.
Saya mulai merebahkan diri ke badannya, detak jantung kami terasa masih kencang, dan penisnya masih di dalam saya.
Dia mencium bibir saya yang masih benafas dengan kencang, sayapun menjawabnya dengan mengecup bibirnya.
Pukul empat pagi saya
terbangun, saya masih bersama pak Robert di temapt tidur tanpa sehelai baju.
Dia hasih tidur dengan lelapnya, saya berdiri dan menuju kamar mandi dan mandi.
Saya juga membersihkan bagian dalam saya, terasa air mani nya sedikit masih
tersisa di dalam.




Post a Comment